Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Surat dari Balai Kota



Sebuah Surat dari Balai Kota

0Setelah menunggu melalui telepon selama satu setengah jam, Roland akhirnya menerima laporan pertempuran terakhir.     
0

Para penyihir yang bertanggung jawab atas serangan itu tidak membiarkan para iblis itu melarikan diri, dan mereka juga mengambil banyak tabung berisi Kabut Merah. Selain itu, mereka mengambil mayat musuh yang ditembak jatuh oleh pasukan pertahanan udara, dan Daun juga menangkap Iblis Gila terakhir yang berkeliaran di sekitar Hutan Berkabut. Secara keseluruhan, para penyihir itu telah memperoleh lebih banyak hal dari pertempuran ini daripada yang Roland harapkan.     

Pertama, dan yang terpenting, kemenangan itu telah meningkatkan moral dan semangat Tentara Pertama. Pertempuran telah membuat mereka menyadari bahwa meskipun iblis bukanlah musuh yang dapat dengan mudah dikalahkan seperti pasukan kesatria atau binatang iblis, setidaknya mereka memiliki kekuatan untuk melawan. Iblis-iblis itu ternyata tidak supranatural dan menakutkan seperti yang diceritakan oleh para tokoh dalam cerita-cerita dongeng. Dalam hal pertahanan, iblis, yang memiliki daging dan darah seperti manusia, tidak lebih baik dari Pasukan Penghukuman Tuhan di depan senjata api hebat milik Yang Mulia Roland.     

Kedua, musuh yang ditangkap akan membuat propaganda anti iblis di Kota Tanpa Musim Dingin jauh lebih efektif. Roland percaya bahwa begitu para imigran melihat seperti apa rupa iblis-iblis itu, mereka tidak akan lagi mendiskriminasi para penyihir. Tidak mungkin iblis, sejenis monster yang tidak memiliki kesamaan dengan manusia, mencuci otak para penyihir dan menjadikan para penyihir sebagai anak buah mereka.     

Yang terakhir, mayat iblis-iblis itu juga akan sangat berguna. Untuk tujuan penelitian tentunya.     

Karena darah iblis tidak bisa disimpan secara terpisah dan akan kehilangan kekuatannya dengan cepat setelah tubuh inangnya mati, Roland tidak akan mengandalkan penerapan darah musuh pada pembuatan pelat simbol baru. Tetapi Celine secara sukarela mengambil pekerjaan membuat pelat simbol tanpa kehadiran Agatha. Celine mengatakan kepada Roland bahwa Agatha memang salah satu penyihir yang paling menonjol di seluruh Perkumpulan Taquila, tetapi pengetahuan tentang pembuatan pelat simbol sangat penting bagi setiap anggota Perkumpulan Taquila lainnya.     

Celine juga menekankan bahwa selain kualitas Batu Ajaib dan darah iblis, metode yang tepat untuk mengukir pembuluh pada Batu Ajaib juga penting untuk membuat pelat simbol yang baik, meskipun itu bukan faktor utama. Seseorang dapat langsung menggunakan tongkat untuk menggambar garis lurus jika waktunya terbatas, tetapi pola ukiran yang rumit pada Batu Ajaib dapat sepenuhnya membawa kekuatan saat digunakan.     

Celine boleh berbangga hati mengatakan bahwa tidak ada tangan yang lebih indah dan tepat selain tentakel miliknya. Dalam hal sentuhan, kontrol kekuatan, dan belum lagi kemampuan numerik, tangan manusia tidak cocok dengan tentakelnya.     

Selagi Celine terus membanggakan tentakelnya, ide-ide aneh terus bermunculan di pikiran Roland, dan butuh waktu lama sebelum ia bisa tersadar dari lamunannya. Untungnya, Celine tidak bisa membaca pikiran Roland ketika pikiran mereka berkomunikasi. Kalau tidak, Roland tidak mungkin bisa menjelaskan apa sebabnya kepada Celine.     

Tapi tentu saja, ada juga kabar buruk.     

Ternyata efektivitas senapan HMG tipe I sebagian besar tidak terlalu memuaskan. Jika dilihat dari seluruh pertempuran, Roland menyadari bahwa hujan peluru yang ditembakkan ketika musuh berada lebih dekat ke tembok pertahanan adalah serangan yang paling mematikan musuh. Iblis-iblis itu pada awalnya tidak menyangka bahwa mereka akan diserang, sehingga mereka terbang perlahan menjadi dua formasi. Ini membuat mereka menjadi sasaran empuk untuk senapan HMG tipe I. Namun, dari 12 Binatang Iblis Bersayap yang datang, hanya empat yang ditembak jatuh oleh senapan. Setelah iblis-iblis itu mengubah taktik serangan dan mulai membubarkan diri ketika mereka memasuki jangkauan tembak efektif, tidak ada peluru yang berhasil menjatuhkan mereka.     

Untungnya, jangkauan ideal tombak tulang adalah sekitar 200 meter, itu jarak yang cukup pendek bagi peluru Mark I untuk melesat lurus. Setelah tiga Binatang Iblis Bersayap terkena tembakan, sisa pasukan iblis lainnya berhenti bertempur dan segera mundur. Namun, jika jarak serang musuh lebih jauh, atau jika mereka memilih untuk mendekati tembok pertahanan dalam formasi yang lebih tersebar, pertempuran ini akan jauh lebih sulit untuk dimenangkan pasukan Roland.     

Lagi pula, di hadapan musuh yang bisa bermanuver bebas di udara, kerugian para prajurit yang berada di tanah sudah jelas.     

Roland akan mencoba meningkatkan senapan Mark I setelah pertempuran ini, tetapi peningkatannya akan terbatas. Roland mungkin akan menambahkan pelat baja pelindung di sekitar pistol atau mengubah senjata menjadi semacam 'benteng kecil' untuk melindungi regu tembak. Ditambah lagi, Roland juga akan meningkatkan produksi senapan Mark I untuk menghadapi perang setelah Bulan Merah tiba. Namun, Roland mengerti bahwa tidak ada cara bagi mereka untuk menghilangkan ancaman Binatang Iblis Bersayap kecuali Kota Tanpa Musim Dingin memiliki pasukan udara yang sebanding dengan pasukan iblis.     

Tapi Roland akan mengesampingkan kekhawatiran itu untuk saat ini. Roland meletakkan pena bulunya dan menghela napas panjang. Akhirnya, Roland memenangkan pertempuran pertama di udara. Tidak peduli seberapa tidak signifikannya pertempuran itu, pertempuran itu bisa dianggap sebagai pertempuran pertama dalam sejarah umat manusia yang dimenangkan dengan bantuan senjata api.     

Saat memikirkan itu, Roland memanggil Barov Mons.     

"Adakan upacara perayaan di alun-alun kota tengah malam ini. Jadikan perayaan itu meriah seperti yang biasa kita rayakan di Hari Kemenangan. Itu akan menjadi bagian dari propaganda kita. Apa kamu mengerti?"     

"Baik, Yang Mulia," jawab Barov sambil menaruh satu tangan di dadanya.     

***************     

Lima hari setelah upacara kemenangan itu diselenggarakan, Si Gigi Ular menerima sebuah surat dari Balai Kota.     

"Siapa yang mengetuk pintu kita?" Si Cakar Macan mencibir di belakang Si Gigi Ular. "Bukankah kita seharusnya beristirahat hari ini?"     

"Jangan khawatir. Itu pasti bukan mandor. Kembalilah tidur." jawab Si Gigi Ular.     

Si Gigi Ular kembali ke meja dan menjulurkan kepalanya untuk melihat keluar jendela. Matahari baru saja terbenam, dan masih ada sedikit cahaya di luar seolah-olah ada selubung berkabut yang menutupi langit.     

Si Gigi Ular masih merasa mengantuk ketika ia terbangun, tetapi ia merasa segar sekarang. Melihat segel merah Balai Kota di amplop itu, Si Gigi Ular samar-samar bisa menebak apa yang ada di dalamnya.     

Kehidupan Si Gigi Ular telah berubah secara signifikan dalam satu setengah tahun terakhir. Setelah Si Gigi Ular pindah ke Area Perbatasan, ia tidak lagi menjalani kehidupan seperti seorang Tikus. Sebaliknya, seperti kebanyakan orang lainnya, ia mulai bekerja mencari nafkah sendiri. Tetapi, tetap saja, awalnya Si Gigi Ular tidak percaya hal-hal baik akan terjadi padanya sampai ia mendapatkan gaji pertamanya, karena ia sudah begitu akrab dengan para pedagang kaya yang terkenal sering mengeksploitasi para pekerja mereka. Orang-orang yang korupsi itu akan menipu para pekerja dengan memanfaatkan upah mereka. Terutama pekerja seperti Si Gigi Ular, yang merupakan seorang imigran. Namun, kenyatannya malah sebaliknya, Si Gigi Ular mendapat bayaran penuh setiap bulannya.     

Jadi, sekarang Si Gigi Ular bahkan tidak bisa membayangkan seberapa besar kehidupannya akan terus membaik di masa mendatang.     

Dengan gaji sebesar 12 keping perak per bulannya, Si Gigi Ular bisa menabung satu keping emas untuk membayar uang muka rumah termurah di daerah perumahan Kota Tanpa Musim Dingin. Dan jika Si Gigi Ular mengambil pekerjaan paruh waktu, ia mungkin bisa membeli rumah lebih awal. Sekarang setelah Si Gigi Ular merasa jelas tentang berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuannya, ia mulai menanti-nantikan impiannya.     

Ketika janji-janji Yang Mulia kepada orang-orang mulai terwujud satu per satu, Si Gigi Ular mulai berharap untuk mendapatkan lebih banyak.     

Si Gigi Ular dengan hati-hati membuka surat itu dan mengeluarkan semua isinya ke meja. Ada tiga lembar kertas dengan ukuran dan warna yang berbeda.     

Surat pertama adalah surat yang paling tebal dan berukuran telapak tangan, dengan hanya beberapa kata di atasnya, tetapi isi surat itu membuat jantung Si Gigi Ular berdebar-debar.     

Sudah jelas, surat itu adalah kartu identitas warga Kota Tanpa Musim Dingin resmi.     

Berbeda dengan kartu penduduk sementara, kartu ini dibungkus oleh lapisan transparan dan keras yang terasa halus ketika dipegang. Di atasnya tertulis tidak hanya nama Si Gigi Ular dan tanggal kelahirannya, tetapi juga potret dirinya yang jelas.     

Akhirnya, Si Gigi Ular menjadi penduduk resmi kota ini, dan ia merupakan warga yang diakui oleh sang Raja.     

Si Gigi Ular mencoba menenangkan dirinya sebelum ia melihat surat yang kedua.     

Itu adalah surat pemberitahuan tertulis. Ada banyak paragraf yang tidak bisa Si Gigi Ular pahami sepenuhnya, karena ia hanya bisa menghabiskan waktu terbatas di kelas malam sejak datang ke Kota Tanpa Musim Dingin, tetapi ia masih bisa memahami isi surat tersebut secara garis besar.     

Seperti yang Si Gigi Ular harapkan, lamarannya untuk berpartisipasi dalam proyek pembangunan jalur kereta api di Hutan Berkabut diterima oleh Balai Kota.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.