Bebaskan Penyihir Itu

Nama Gadis Itu



Nama Gadis Itu

0Suara yang berisik membangunkan Si Cakar Macan, dan ia menguap dan menyenggol Si Gigi Ular yang ada di sampingnya. "Apa itu? Sebuah surat?"     
0

Si Gigi Ular segera mendorong wajah Si Cakar Macan menjauh dari suratnya, ia takut Si Cakar Macan akan membasahi surat itu dengan air liurnya. "Ada apa? Kenapa kamu tidak kembali tidur?"     

"Aku lapar. Aku ingin makan sesuatu," kata Si Cakar Macan sambil mengusap-usap perutnya.     

"Kalau begitu rebuslah air dan masak. Aku juga mau makan bubur gandum." sahut Si Gigi Ular.     

"Baiklah," jawab Si Cakar Macan, kemudian ia teringat akan sesuatu. "Kamu masih belum menjawab pertanyaanku."     

"Ini kartu identitas penduduk dan surat pemberitahuan penerimaan kerja," kata Si Gigi Ular dengan nada tidak sabar.     

"Oh ya?" Mata Si Cakar Macan langsung berbinar-binar dan ia kembali bersandar ke Si Gigi Ular. Si Cakar Macan merangkul leher Si Gigi Ular dan mengguncangnya dengan penuh semangat. "Kamu akhirnya dapat KTP resmi milikmu! Hahaha … ini layak dirayakan! Kita harus memakan sesuatu yang lebih baik daripada sekedar bubur gandum. Mari kita pergi ke pasar dan membeli beberapa dendeng ikan dan jamur."     

"Aku masih harus berhemat." jawab Si Gigi Ular.     

"Aku bisa meminjamkan uang padamu," kata Si Cakar Macan. "Kamu sudah lama menantikan Kartu Identitas Pendudukmu. Bagaimana kita bisa membiarkan momen ini berlalu tanpa sebuah perayaan? Apakah kamu lupa apa yang kamu katakan ketika aku mendapat Kartu Identitas Pendudukku?"     

Si Gigi Ular tahu ia tidak akan bisa menolak niat baik Si Cakar Macan.     

Si Cakar Macan adalah pria yang tinggi dan kekar. Si Cakar Macan bekerja keras dan seringkali cara ia bekerja jauh lebih efisien daripada pekerja lainnya, terutama ketika ia banyak makan. Mandor Si Cakar Macan menyadari hal ini dan ia mulai menghargai Si Cakar Macan bahkan memilihnya untuk menjadi pekerja teladan di tim konstruksi ketiga. Si Cakar Macan mendapat upah yang lebih tinggi dan juga mendapatkan bonus, jadi ia sebenarnya punya cukup uang untuk membayar uang muka untuk membeli rumah.     

Setiap imigran akan mendapatkan Kartu Identitas Penduduk mereka jika mereka sudah mendapatkan tempat tinggal permanen. Pada hari di mana Si Cakar Macan mendapatkan kunci rumah baru dan Kartu Identitas Penduduknya, Si Gigi Ular menggodanya untuk mengadakan pesta perayaan dan ia bahkan langsung memindahkan barang-barangnya ke rumah baru Si Cakar Macan.     

"Baik, baik. Aku mengerti." kata Si Gigi Ular dengan pasrah. "Kita akan pergi merayakannya nanti."     

"Yeayy kalau begitu semua sudah beres!" seru Si Cakar Macan dengan puas, lalu ia kembali ke samping tempat tidurnya dan mencari-cari pakaian untuk pergi nanti. "Ngomong-ngomong, apa yang tertulis di surat pemberitahuan itu?"     

"Itu adalah surat tawaran dari tim konstruksi kereta api." sahut Si Gigi Ular sambil menarik napas dalam-dalam, "Tidak lama lagi aku akan bekerja di Tanah Barbar di luar perbatasan Graycastle."     

"Apa?" tangan Si Cakar Macan yang sedang mencari-cari pakaian tiba-tiba berhenti. "Kapan kamu melamar pekerjaan itu? Kenapa kamu tidak memberitahuku?"     

"Bagaimana jika kamu bersikeras untuk ikut denganku? Rumah ini akan dibiarkan kosong tanpa ada yang menjaganya." jawab Si Gigi Ular.     

"Aku tidak akan pergi denganmu. Tidak … maksudku, mengapa aku harus ikut pergi ke tempat yang berbahaya?" kata Si Cakar Macan. "Kamu tahu apa yang terjadi belakangan ini. Ada iblis di luar kota!"     

Serangan pasukan iblis baru-baru ini yang terjadi di tembok kota telah menimbulkan keresahan besar di antara warga. Pada awalnya, alarm peringatan berbunyi lagi dan lagi, kemudian ada monster-monster aneh yang bangkainya berjatuhan dari langit ke kota, kemudian ada upacara yang diadakan di malam harinya, ini semua terasa membingungkan bagi semua orang.     

Raja Roland mengumumkan di depan publik bahwa iblis-iblis itu adalah musuh yang harus dihadapi semua umat manusia, cepat atau lambat. Yang Mulia juga menekankan bahwa daerah yang disebut Tanah Barbar itu tidak sepi pada awalnya, tetapi tempat itu dulunya bernama Dataran Subur. Di situlah umat manusia dulu tinggal. Setelah mengalami kekalahan oleh pasukan iblis, umat manusia mulai berpindah tempat ke daerah yang saat ini dikenal dengan nama Empat Kerajaan.     

Sebagian orang yang melarikan diri dari Dataran Subur akhirnya mendirikan Gereja. Mereka berbohong tentang musuh, mereka menceritakan bahwa iblis itu musuh yang sangat kuat, dan mereka menuduh para penyihir juga berkolaborasi dengan iblis, karena manusia takut akan kekuatan sihir milik para penyihir. Tetapi kemenangan yang Kota Tanpa Musim Dingin raih saat ini membuktikan bahwa meskipun iblis itu makhluk yang licik dan menakutkan, mereka bukannya tidak terkalahkan.     

Untuk memperluas wilayah dan melindungi Kota Tanpa Musim Dingin dari serangan musuh, Raja Roland memutuskan untuk mempersiapkan peperangan di Tanah Barbar secepat mungkin untuk merebut kembali tanah yang dulunya milik umat manusia! Deklarasi yang diumumkan sang raja selama perayaan itu mengilhami banyak orang dengan sorak-sorai yang tak terhitung jumlahnya, dan ketika Tentara Pertama membagi-bagikan bubur daging dan daging panggang kepada para hadirin, suasana di alun-alun semakin meriah.     

Dalam lima hari ke depan, kita dapat mendengar orang-orang berbicara tentang iblis ke mana pun kita pergi. Rekan-rekan Si Gigi Ular di tim konstruksi juga sama. Mereka yang paling tertarik dengan topik seperti 'iblis dan binatang iblis, mana yang lebih kuat?' 'Haruskah Kota Tanpa Musim Dingin berkembang ke wilayah barat laut?' Sementara itu, Balai Kota mengeluarkan serangkaian pengumuman rekrutmen, salah satunya adalah pekerjaan untuk membangun jalur kereta api di Hutan Berkabut.     

Si Gigi Ular nyaris tidak peduli dengan jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan itu, namun ia merasakan apa yang dikatakan Yang Mulia entah bagaimana menggugah pikirannya. Tiba-tiba pikiran Si Gigi Ular menjadi jernih. Si Gigi Ular awalnya tidak pernah memikirkan dari mana ia berasal dan ke mana ia akan pergi. Sekarang Si Gigi Ular akhirnya mengerti bahwa mereka semua telah bermigrasi dari Tanah Barbar. Itu adalah sebuah dunia yang jauh lebih besar daripada Empat Kerajaan, dan batas-batas Tanah Barbar membentang jauh melampaui Dataran Subur, itu berarti ukuran Tanah Barbar beberapa kali lebih besar dari Kerajaan Graycastle.     

Ditambah lagi, Si Gigi Ular juga tertarik dengan upah yang ditawarkan.     

Si Cakar Macan berbalik dan merangkul Si Gigi Ular sambil berkata, "Kamu adalah orang yang berwawasan luas, jadi kupikir kamu tentu lebih memahami urusan ini lebih jelas daripada aku. Semua orang berpikir bahwa Iblis itu adalah makhluk yang sulit dihadapi. Bagaimana mungkin iblis mendorong umat manusia ke jurang kepunahan jika mereka memang makhluk lemah? Yang Mulia Roland berkata, dulu ada ratusan kota dan jutaan orang yang tinggal di Dataran Subur."     

"Tentu saja aku tahu itu. Itu sebabnya aku mengambil keputusan ini." sahut Si Gigi Ular. "Bayaran untuk pekerjaan ini adalah 35 keping perak per bulan, dan mereka bahkan akan membayar gajiku enam bulan di muka sebelum aku mulai bekerja. Selanjutnya, aku bisa memenuhi syarat untuk membeli rumah dengan dua kamar. Kesempatan seperti ini tentu tidak akan datang 2 kali."     

"Rumah dengan 2 kamar …" kata Si Cakar Macan sambil mengerucutkan mulutnya. "Kamu benar-benar terobsesi untuk memiliki rumah itu, ya?"     

"Tentu saja." sahut Si Gigi Ular sambil mengepalkan tangannya. "Ada sistem pemanas air, dapur serta kamar mandi terpisah. Seperti itulah seharusnya sebuah rumah idaman."     

Meskipun Si Gigi Ular tidak diupah sebanyak Si Cakar Macan, Si Gigi Ular telah menabung sampai sekitar satu keping emas sekarang. Sejak Si Gigi Ular melihat rumah mandor mereka, ia memutuskan untuk membeli rumah dengan 2 kamar sendiri di daerah perumahan di pusat kota. Tetapi karena ada uang muka seharga 3 keping emas yang harus ia bayar, di mana harga ini jauh lebih tinggi dari harga rumah biasa, Si Gigi Ular tidak bisa langsung membeli rumah idamannya.     

Yang terpenting, meskipun Si Gigi Ular tidak memberi tahu hal ini kepada orang lain, 2 kamar tidur akan lebih nyaman untuk ia dan Si Cakar Macan, tidak seperti kamar di mana mereka harus berbagi satu tempat tidur kecil.     

Melihat kenyataan bahwa Si Cakar Macan masih mencoba untuk mencegah dirinya agar ia tidak mengambil pekerjaan itu, Si Gigi Ular menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tahu pekerjaan ini sedikit berisiko, tetapi ketika kita masih menjadi Tikus, kita juga sudah biasa mengambil risiko hampir setiap harinya. Satu-satunya perbedaan adalah, sebagian besar risiko yang kita ambil pada waktu itu berakhir dengan sia-sia, sementara sekarang setidaknya kita bisa memastikan bahwa upaya yang kita lakukan akan membuahkan hasil. Kamu bilang aku ini orang yang cerdas, tetapi kecerdasanku hampir tidak berguna di Kota Tanpa Musim Dingin. Jika kita ingin memiliki kehidupan yang aman dan tenteram, mengapa kita pindah ke kota asing dan mulai semuanya dari awal lagi?"     

"Kamu tahu aku tidak pernah bisa memenangkan perdebatan denganmu." sahut Si Cakar Macan sambil mengangkat tangannya dengan sikap menyerah. "Aku tidak keberatan asalkan kamu sudah memikirkan semuanya matang-matang."     

"Jangan khawatir. Aku bukan orang sembrono yang hanya memikirkan keuntungan." sahut Si Gigi Ular. "Tentara Pertama akan bertanggung jawab atas keamanan di sana, dan katanya juga ada beberapa penyihir yang akan berangkat bersama tim konstruksi. Bahkan jika kami sampai bertemu iblis, mereka tidak akan membiarkan kita melawan musuh hanya dengan tongkat dan sekop kita. Singkatnya, ini pekerjaan yang aman."     

"Kuharap informasi itu benar," gumam Si Cakar Macan. "Aku mau mandi sekarang. Perutku sudah keroncongan. Sekarang setelah kamu mendapat pekerjaan dengan gaji yang lebih baik, aku akan memanfaatkan makanan gratis ini sebaik mungkin."     

Si Gigi Ular memutar kedua bola matanya saat mendengar ucapan kawannya itu.     

Selagi Si Cakar Macan mandi, Si Gigi Ular membuka lipatan kertas ketiga dan ia sedikit terkejut dengan isinya.     

Itu adalah surat kontrak pemindahan ahli waris.     

Singkatnya, dikatakan bahwa apa pun yang terjadi, Balai Kota tidak akan menahan gaji dan imbalan siapa pun. Para pekerja dapat memilih siapa saja yang mereka pilih untuk menerima harta benda mereka jika terjadi kecelakaan hebat yang menimpa para pekerja. Orang yang dipilih itu akan menerima notifikasi dari Balai Kota segera setelah kontrak pemindahan ahli waris diverifikasi.     

Si Gigi Ular memejamkan matanya, beberapa sosok berkelebat di benaknya. Joe, Si Bunga Matahari, Si Cakar Macan… akhirnya, bayangan itu berhenti pada seorang gadis kurus berkulit putih.     

Si Gigi Ular mengambil arang dan menulis nama ahli waris itu dengan hati-hati di sebuah tempat kosong yang disediakan dalam kontrak.     

Si Gigi Ular menulis nama 'Paper' di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.