Bebaskan Penyihir Itu

Hanya Seorang Manusia Biasa



Hanya Seorang Manusia Biasa

0Dua hari kemudian.     
0

Di Istana Kerajaan Fajar, di Kota Cahaya.     

"Kamu akan pergi hari ini? Tidak bisakah kamu tinggal di sini sedikit lebih lama?" Horford Quinn, dengan perasaan campur aduk memandang ke arah Andrea, yang datang untuk mengucapkan selamat tinggal padanya. "Otto dan yang lainnya juga pasti ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu."     

"Aku sudah lama meninggalkan Kota Tanpa Musim Dingin, dan ada banyak orang yang menungguku di sana," kata Andrea terus terang. "Hari ini adalah hari dimana rezim lama Kerajaan Fajar akan digantikan oleh yang rezim yang baru. Mengingat identitas mereka sebagai ahli waris keluarga kerajaan, mereka tentu tidak akan membuang waktu untuk jamuan dan permainan. Karena kita sudah berteman kembali, bertemu sekali saja sudah cukup."     

"Andrea memang sudah banyak berubah," pikir Horford dalam hati.     

Putrinya sudah menjadi wanita dewasa.     

"Mengenai negosiasi selanjutnya dengan Graycastle … apakah kamu punya saran?" tanya Horford.     

"Aku tidak tahu banyak tentang urusan pemerintahan, di Kota Tanpa Musim Dingin, orang-orang yang bertanggung jawab atas mereka bukanlah kaum bangsawan tetapi banyak warga sipil, setelah melewati semacam ujian dan pemeriksaan. Jika anda ingin mengetahui lebih banyak detail, anda sebaiknya berbicara dengan Hill Fawkes. Tuan Hill Fawkes tahu banyak tentang Wilayah Barat." Andrea berhenti sejenak. "Jika anda menginginkan saranku, jangan membuat kesalahan yang sama dengan Appen."     

Horford tersenyum masam. "Terus melawan Graycastle bahkan setelah secara langsung menyaksikan kekuatan yang dimiliki Roland Wimbledon, tentu itu sebuah tindakan yang sangat bodoh."     

"Ini bukan hanya tentang itu …" Andrea menggelengkan kepalanya. "Pertempuran Besar Ketiga yang akan datang menyangkut nasib seluruh umat manusia, jadi pertikaian di antara kita hanya akan mempercepat kehancuran kita. Baik Kerajaan Graycastle atau Kerajaan Fajar, tidak ada dari kita yang bisa bertahan sendirian dalam menghadapi musibah yang akan datang ini. Jadi, anda harus ingat apa yang baik untuk keluarga kita."     

"Yang terpenting adalah kita semua bisa bertahan hidup." Horford dengan cepat memahami arti kata-kata putrinya.     

"Sedangkan harapan kita untuk bertahan hidup, sekarang sepenuhnya terletak pada Yang Mulia Roland." kata Andrea sambil melambaikan tangannya dan berkata, "Jadi pertahankan ketertiban di Kerajaan Fajar dan bekerja sama dengan Graycastle untuk melewati Pertempuran Besar Ketiga. Itulah satu-satunya saran dariku."     

Earl Quinn mengangguk pelan. "… aku mengerti."     

Tepat ketika Andrea berbalik, Horford berusaha menghentikan Andrea sekali lagi.     

"Aku …."     

"Anda tidak perlu mengantarku, masih ada banyak hal yang harus anda lakukan hari ini. Dan anda tidak perlu khawatir tentang keselamatanku, Penyihir Penghukuman Tuhan akan kembali bersamaku ke Kota Tanpa Musim Dingin," kata Andrea tanpa menoleh ke belakang.     

"Tidak, aku ingin mengatakan … maafkan aku, putriku tersayang." Ketika Horford mengucapkan kata-kata itu, ia tiba-tiba merasa jauh lebih tua, tetapi hatinya seperti terbebas dari sebuah beban besar. Bahkan, Horford masih memiliki banyak hal yang ingin ia sampaikan. Seperti ketika Horford mengirim Andrea pergi pada saat itu semata-mata memang demi keluarga tetapi juga untuk melindunginya. Atau betapa Horford menyesal tidak membahas masalah itu dengan istrinya terlebih dahulu. Jika Horford memiliki kesempatan untuk memilih lagi, ia mungkin tidak akan bertindak seperti itu. Dan akhirnya, betapa bahagianya Horford ketika mengetahui dari Otto bahwa Andrea masih hidup dan baik-baik saja ….     

Namun, Earl Quinn mengerti bahwa segala sesuatunya sudah terlanjur terjadi. Tidak peduli apa yang Horford katakan sekarang, itu hanya akan terdengar seperti sebuah alasan, tidak lebih dari kata-kata yang dibuat-buat. Ini adalah harga yang harus dibayar atas keputusan yang ia ambil. Andrea sekarang sudah menjadi seorang wanita dewasa, Horford tidak bisa bertindak seenaknya lagi di depan putrinya.     

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Earl tua itu hanya bisa menutup kedua matanya.     

"Yah … kalau begitu aku pamit sekarang." balas Andrea.     

Langkah putrinya perlahan memudar dan akhirnya menghilang dari telinga Horford. Meskipun Horford tidak mendengar kata 'ayah' yang sangat ia rindukan dari mulut putrinya, pada saat yang sama, ia bisa merasakan bahwa sikap Andrea tidak sedingin sebelumnya. Setidaknya, Andrea tidak lagi memanggil Horford dengan sebutan Earl.     

Ini tidak apa-apa, pikir Horford. Bagaimanapun, ini hanyalah perpisahan sementara. Mereka masih memiliki kesempatan untuk bertemu lagi di masa depan.     

Waktu yang akan menyembuhkan semua luka.     

Keputusan Horford sepuluh tahun yang lalu telah membuatnya kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya.     

Tetapi Horford Quinn bertekad untuk menggunakan semua waktu yang ada sekarang untuk menebus kesalahan yang diperbuat dirinya di masa lalu.     

***************     

Meninggalkan Teluk Ombak Putih, kapal memasuki lautan.     

Appen meletakkan peta yang ada di tangannya dan melihat keluar dari jendela kapal.     

Rute ini adalah salah satu rute komersial utama ke Pelabuhan Ombak Cahaya milik Kerajaan Hati Serigala. Dari waktu ke waktu, orang bisa melihat kapal dagang datang dan pergi. Kadang-kadang, beberapa kapal nelayan mendekati kapal Appen untuk mencoba menjual ikan-ikan dan sayuran segar.     

Jika Appen masih menjadi raja, kapal-kapal yang berlayar di sekelilingnya seharusnya adalah kapal-kapal bertiang tiga yang mengibarkan bendera kerajaan, dan jika ia ingin makan makanan segar, ia akan langsung dilayani oleh para pelayannya.     

Para pengkhianat sialan itu yang harus disalahkan atas semua kekacauan ini!     

Sudah seminggu sejak Appen dilengserkan dari singgasananya. Selama seminggu ini, Appen tidak bisa berhenti memikirkan hari di mana ia akan kembali menjadi raja. Bahkan jika Appen tidak bisa melakukan apa pun kepada Raja Graycastle, ia tidak akan pernah membiarkan ketiga keluarga bangsawan besar itu untuk menikmati kotanya dan meloloskan mereka dari pemberontakan yang mereka lakukan terhadapnya.     

Setelah mempertimbangkan dengan cermat, Appen akhirnya memilih tujuan pertamanya, yaitu ke Benteng Seribu Pedang milik Kerajaan Hati Serigala. Tempat itu tepat berada di sebelah perbatasan Kerajaan Fajar, dan dikabarkan bahwa penguasa di sana memiliki hubungan darah dengan kaum bangsawan Kerajaan Fajar. Jadi penguasa Benteng Seribu Pedang itu tidak akan bersikap terlalu keras pada keluarga Moya. Tetapi yang terpenting, karena hubungan dekat antara para bangsawan yang tinggal di kedua kerajaan ini, jika keberadaan Appen dibutuhkan, maka mereka dapat dengan mudah menghubungi dirinya.     

Para penguasa wilayah biasanya selalu bersekongkol melawan satu sama lain, tetapi pada akhirnya, semua orang hanya peduli pada keuntungan mereka sendiri. Karena Appen bukan lagi penguasa Kota Cahaya, kepentingan mereka tidak akan bertentangan dengannya.     

Apa lagi, garis keturunan Appen sebenarnya berguna untuk mencapai kesepakatan baru mereka.     

Demi bisa membalas dendam, Appen memutuskan untuk menekan rasa kecewanya untuk saat ini. Ketika waktunya tiba nanti, Appen akan membuat semua orang yang telah meremehkannya membayar mahal!     

Sambil memikirkan hal itu, Appen mulai merasa bersemangat kembali. Pada saat yang sama, Appen juga merasa lapar.     

Akan sangat menyenangkan jika Appen bisa menikmati beberapa buah segar sekarang karena kapal-kapal di rute ini akan menjadi lebih langka ketika mereka meninggalkan pantai Kerajaan Fajar. Appen baru saja mendengar suara perahu nelayan yang berlabuh dekat dengan kapalnya.     

Appen menarik sebuah tali tipis yang ada di atas mejanya, yang terhubung ke lonceng yang ada di luar. Kapan pun lonceng di luar berbunyi, pelayan harus masuk untuk melayani dirinya.     

Namun, tidak ada respons dari luar saat ini.     

Appen langsung mengerutkan alisnya.     

Appen tidak percaya bahwa ia telah jatuh begitu rendah sehingga bahkan pelayannya kini berani bermalas-malasan untuk melayaninya. Appen merasa keinginan untuk membunuh seseorang kembali meningkat di hatinya.     

Baiklah, karena kelalaian pelayan itu, ia bisa menjadi contoh pertama. Di antara sekelompok orang yang mengikuti Appen, selain anggota keluarga Moya dan para kesatria yang setia, yang lain benar-benar perlu diberi pelajaran.     

Appen harus memberi tahu para pengikutnya bahwa meski di atas kapal, selama mereka ada di hadapannya, mereka harus bersikap seperti ketika masih di istana.     

Appen keluar dari kamarnya tetapi ia tidak menemukan seorang pun di luar. Bukan hanya para pelayan tetapi juga para pelaut, pengawalnya, para budak … tidak ada orang sama sekali. Kabin itu sangat sunyi, dan satu-satunya hal yang terdengar adalah suara deru ombak yang menghantam badan kapal.     

Tiba-tiba Appen merasa keringat dingin mengalir di punggungnya.     

Ada sesuatu yang tidak beres di sini!     

Apakah Appen ditinggalkan begitu saja di kapal? Tidak … itu tidak mungkin. Bahkan jika tentara bayaran dan para pelayan ingin pergi meninggalkannya, para kesatria setianya yang dilatih oleh keluarganya pasti akan menghentikan mereka. Ditambah lagi, seharusnya setidaknya ada suara-suara bising karena perselisihan itu!     

Appen memutuskan untuk keluar dari palka ke geladak untuk melihat-lihat. Seharusnya ada para awak kapal di sana. Saat Appen hendak berbalik, ia melihat sebuah belati bernoda darah yang diarahkan ke lehernya.     

Yang memegang belati itu adalah seorang wanita yang sangat buruk rupa, tetapi ia memiliki mata seterang bintang-bintang.     

Appen langsung menyadari bahwa wanita ini bukanlah bagian dari awak kapal. Appen pasti akan langsung memperhatikan dan menyadari seseorang dengan penampilan yang sangat aneh seperti wanita ini.     

Wanita ini pasti seorang penyusup!     

"Siapa yang mengirimmu? Apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan, hai manusia hina? Aku adalah Raja Fajar, keluarga Moya …."     

Suara Appen tiba-tiba berhenti.     

Appen menyadari bahwa ia tidak bisa lagi bernapas melalui tenggorokannya, tenggorokannya tersumbat oleh darah yang memancar. Rasa sakit yang menyengat mulai terasa dari lehernya dan menyebar ke dadanya dan rasa dingin mulai menyapu seluruh tubuhnya, mencabut semua kekuatannya.     

Ketika Appen jatuh ke lantai kapal, ia mendengar suara bisikan di atas kepalanya.     

"Ya ya ya, pada akhirnya kamu hanya seorang manusia biasa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.