Bebaskan Penyihir Itu

Hukuman yang Tidak Terduga



Hukuman yang Tidak Terduga

0"Yang Mulia, aku …."     
0

Yang membuat Roland terkejut, Si Kapak Besi tidak segera mengungkapkan jawabannya seperti yang biasa ia lakukan, dan ia juga tampak ragu-ragu. Sangat jarang Roland melihat Si Kapak Besi berperilaku seperti ini.     

Awalnya Roland hanya mengajukan pertanyaan biasa, tetapi sekarang ia mulai penasaran. Roland berharap Si Kapak Besi bisa menjawab pertanyaan ini, lagi pula, hukuman karena bertanggung jawab penuh dalam masalah ini bisa mencakup hukuman mati dengan cara di bakar atau di gantung. Bagaimanapun Roland ingin tahu apa alasannya, karena Si Kapak Besi tidak melanggar perintahnya. Karena itu, pasti ada penjelasan lain di balik keraguan di wajah Si Kapak Besi.     

Namun, Roland tidak lanjut mencecar Si Kapak Besi dengan pertanyaannya, sebaliknya ia malah bersandar di kursinya sambil menunggu jawaban Si Kapak Besi.     

Setelah terdiam cukup lama, Si Kapak Besi tiba-tiba berlutut dan berkata, "Tidak, Yang Mulia … meskipun Nona Edith yang merencanakan untuk membinasakan para bangsawan itu, akulah yang melaksanakan rencana itu, dengan demikian akulah yang sepenuhnya bertanggung jawab …."     

"Edith?" Roland terkejut. "Apa ini direncanakan oleh Departemen Penasihat?" Karena ia belum melihat sesuatu yang terkait dengan ini dalam proposal yang diajukan tempo hari, Roland bertanya-tanya apakah rencana ini diatur secara diam-diam tanpa sepengetahuannya.     

Setelah dipikir-pikir, Roland akhirnya menyadari mengapa Si Kapak Besi terlihat ragu-ragu.     

Di era tentara bayaran saat ini, urusan apa pun yang berkaitan dengan militer dianggap sebagai urusan eksklusif sang penguasa, dan sangat peka terhadap intervensi dari orang luar. Jika masalah ini terjadi di wilayah bangsawan lain, orang yang mengusulkan gagasan ini pasti akan dihukum. Si Kapak Besi tampak malu-malu karena ia tidak ingin melibatkan Edith, namun ia juga tidak ingin berbohong kepada Roland.     

"Dari pemahamanku, kamu telah menangani urusan di Wilayah Timur dengan sangat baik. Balai kota akan segera menentukan jumlah hadiah untukmu berdasarkan hasil pertempuran. Kamu bisa pergi sekarang."     

Si Kapak Besi tertegun. "Yang Mulia, anda tidak menghukum aku?"     

Roland tidak bisa menahan tawanya. "Kenapa? Apa yang kamu lakukan itu salah?"     

"Hmm …." Si Kapak Besi tampak bingung.     

"Perintahku adalah untuk melenyapkan para pemberontak di Wilayah Timur dan membawa kota-kota itu ke dalam pemerintahanku. Kamu berhak bertindak sesuai dengan keadaan di sana," jelas Roland. "Jika kamu mendengarkan dua prajurit kamu berdiskusi tentang strategi di barak dan memutuskan untuk mengadopsi ide-ide mereka, apakah aku harus menghukum kamu dan kedua prajurit ini? Bagaimana pun, Edith adalah anggota Departemen Penasihat, jadi wajar saja jika ia memiliki pemikiran sendiri dalam mengambil strategi."     

"Jadi … Yang Mulia, anda tidak berpikir bahwa salah satu dari kami melakukan kesalahan dalam hal ini?" Si Kapak Besi mengangkat kepalanya.     

"Aku tidak bilang begitu." jawab Roland sambil mengangkat bahu. "Hanya karena kamu tidak dihukum, bukan berarti Edith tidak memiliki jawaban untuk masalah ini, tetapi jawaban Edith tidak ada hubungannya denganmu. Pergilah dan istirahatlah."     

Si Kapak Besi membuka mulutnya seolah-olah hendak mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya ia hanya menatap dan memutuskan untuk mematuhi perintah. "Baik, Yang Mulia."     

Setelah Si Kapak Besi pergi, Roland segera menghubungi Balai Kota. "Beri tahu Edith Kant untuk datang ke istana."     

Kurang dari 10 menit kemudian, Mutiara Wilayah Utara itu sudah tiba di depan pintu kantor Roland.     

"Yang Mulia, aku yang bertanggung jawab atas masalah ini," Edith langsung berbicara bahkan sebelum Roland bertanya. "Aku akan menerima hukuman apa pun yang anda berikan."     

Roland memandang Edith dengan geli. "Aku bahkan belum membuka mulut dan kamu sudah tahu apa yang akan aku katakan?"     

"Ketika Pasukan Wilayah Timur kembali ke Kota Tanpa Musim Dingin, orang pertama yang anda panggil pasti Si Kapak Besi. Jika Si Kapak Besi tidak melaporkan kepada anda mengenai pembakaran para bangsawan itu, aku rasa anda tidak akan memanggilku secepat ini."     

"Selalu mudah untuk berbicara dengan orang pintar." pikir Roland. Sikap Edith yang jujur ​​bahkan membuat Roland merasa bahwa wanita ini adalah bawahan yang setia.     

Namun, kadang-kadang, semakin pintar orang itu, semakin rentan mereka terjebak dalam jalan buntu yang diciptakan pikiran mereka sendiri.     

"Sejak awal, akulah yang meminta Si Kapak Besi untuk melakukan misi itu. Itu bukan gaya Si Kapak Besi untuk menipu para bangsawan dan membakar mereka hidup-hidup. Selain itu, karena kamu merasa bahwa kamu yang bertanggung jawab, menurut kamu, di mana letak kesalahan pada masalah ini?" tanya Roland.     

"Aku mengantur pertemuan dengan Si Kapak Besi dalam situasi tidak resmi tanpa meminta izin anda terlebih dahulu …." jawab Edith.     

"Salah." Roland dengan cepat memotong Edith. "Kesalahanmu adalah, kamu melanggar aturan Departemen Penasihat, yang menyatakan bahwa setiap rencana pertempuran harus dicatat di atas kertas dan diserahkan kepadaku untuk ditinjau terlebih dahulu."     

Jelas Edith tidak menyangka bahwa Roland akan mengatakan ini, dan kedua mata wanita itu terbelalak tanpa sadar. "Maksud Yang Mulia?"     

"Bukankah benar begitu peraturannya?" Roland balik bertanya.     

"Tapi …," kata Edith dengan bingung, "Operasi ini dilakukan atas nama Yang Mulia. Tidakkah para pejabat lain melihatnya sebagai sesuatu yang sudah anda perintahkan?"     

"Kamu tidak salah." Roland tersenyum sedikit. "Apakah ada masalah dengan itu?"     

"Sebenarnya …" Seperti Si Kapak Besi sebelumnya, kini Edith menampilkan ekspresi kebingungan yang jarang terlihat. "Mereka mungkin memang para pemberontak, tapi … mereka juga kaum bangsawan. Bagi bangsawan lain, tindakan anda bisa …."     

"Aku tahu apa yang hendak kamu katakan." potong Roland sambil mengangkat bahu. "Tapi jika aku tidak bisa menangani serangan balik, kenapa kamu pikir dirimu bisa melakukannya?"     

"Aku …."     

"Tenang, tidak apa-apa. Aku ingin bertanya, apakah kamu pikir aku akan mengkambinghitamkan bawahanku ketika ada masalah muncul?" tanya Roland.     

"Kambing hitam?"     

"Ehem, itu artinya mengelak dari tanggung jawab," jelas Roland. "Misi ini jelas dilakukan atas nama Kerajaan Graycastle, namun kamu menghadapi kematian daripada kemuliaan. Sekalipun aku menyetujui rencana itu, apakah kamu pikir para pejabat itu akan tetap berlaku setia sepenuhnya kepadaku?"     

Edith tetap diam.     

"Sebagai raja, akulah orang yang paling tepat untuk bertanggung jawab. Hanya dengan begini, para bawahanku dapat bekerja tanpa beban. Inilah mengapa aku harus meninjau rencana akhir Departemen Penasihat, kalau-kalau itu adalah sesuatu yang tidak dapat aku tangani, apa kamu mengerti?"     

Setelah beberapa saat, Edith akhirnya mengangguk dan menjawab, "Aku terlalu lancang."     

"Karena kamu sudah melanggar aturan, kontribusimu terhadap misi ini tidak akan mendapatkan penghargaan, yang pada awalnya seharusnya bisa membuatmu mendapatkan promosi." Roland menyesap tehnya. "Masalah ini sudah selesai. Kamu boleh pergi sekarang."     

"Baik, Yang Mulia. Aku mohon pamit." jawab Edith sambil membungkuk dengan hormat.     

***************     

"Jadi … semua yang kamu lakukan tidak ada artinya?" Cole Kant dengan hati-hati meletakkan sepiring jamur lapis madu di depan Edith dan menyaksikan ketika kakaknya dengan gusar menusukkan garpunya ke dalam irisan jamur. "Rekan-rekanmu semua bisa mendapatkan promosi, tetapi kamu tidak mendapatkannya?"     

"Itu benar, hanya aku yang tidak dapat." sahut Edith sambil mengunyah Jamur Paruh Burung itu dengan keras seolah-olah ia hendak melampiaskan amarahnya ke makanan itu. "Dengarkan apa yang dikatakan Yang Mulia kepadaku, 'jika aku tidak bisa menangani serangan balasan musuh, apa kamu pikir dirimu bisa melakukannya?' Ucapan itu sangat menyebalkan sehingga aku ingin segera keluar dari sana. Tentu saja, aku tidak akan melakukan rencana itu jika aku tahu bahwa Yang Mulia tidak bertindak seperti ayah kita. Tetapi mengetahui bahwa Yang Mulia tidak mengabaikan masalah ini, aku merasa bahwa rencana itu bukan sebuah rencana yang buruk dan risikonya masih dapat ditanggung. Namun, Yang Mulia menolak semua yang telah aku lakukan dengan beberapa kalimat, dan bahkan menyatakan bahwa aku terlalu banyak berpikir. Apakah salah jika aku menjadi seorang idealis?"     

"Eh … kakak, apakah kamu merasa marah?" tanya Cole sambil menyeka keringat di keningnya.     

"Apa kamu tidak bisa lihat?" sembur Edith sambil menatap Cole dengan tajam.     

Cole langsung mengkerut. Ini adalah pertama kalinya Cole melihat kakak perempuannya menunjukkan ekspresi seperti itu. Setelah hidup bersama selama lebih dari 10 tahun, Cole mengetahui dengan pasti ambisi Edith untuk mendapatkan kekuasaan. Jika Edith baru saja kehilangan kesempatan untuk mendapatkan promosi, wajar saja jika ia merasa jengkel atau kecewa. Tapi … ekspresi Edith malah tampak sebaliknya. Rasanya lebih seperti … senyum aneh bercampur kemarahan.     

Kecuali jika Cole salah menebak, gerutu semacam ini bisa dibilang hanya berwajah masam.     

"Astaga …", ketika Cole memikirkan hal ini, ia mengigil. Siapa yang tahu bahwa Mutiara Wilayah Utara, yang biasanya berwajah acuh tak acuh atau memasang wajah penuh kasih sayang yang licik, ternyata dapat tersenyum dengan kesal? Dan, tidak seperti jamuan makan yang selama ini di adakan, Edith tampaknya benar-benar tidak menyadari ekspresinya saat ini. Apakah ini benar-benar Edith Kant yang Cole kenal?     

"Eh?" Setelah tidak menerima tanggapan dari Cole selama beberapa waktu, Edith dengan tajam memicingkan matanya ke arah Cole.     

Tiba-tiba Cole merasa bulu kuduknya meremang. "Tidak, tidak diragukan lagi wanita ini memang kakakku." pikir Cole. "Aku hanya berpikir … mungkin Yang Mulia memiliki pertimbangan sendiri?" akhirnya Cole bisa membuka mulutnya.     

"Terserah Yang Mulia saja." Edith memasukkan jamur terakhir ke mulutnya. "Aku hanya ingin tahu sejauh mana seorang idealis bisa melangkah. Tapi …."     

"Tapi apa?" Cole samar-samar merasakan firasat buruk.     

"Tapi aku memang merasa sangat kesal." kata Edith sambil menyeringai. "Sementara itu, kamu yang akan menjadi karung tinjuku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.