Bebaskan Penyihir Itu

Persahabatan yang Menyedihkan



Persahabatan yang Menyedihkan

0"Apa yang terjadi disana?" Ketika Roland dan Margaret sedang berbicara, wanita itu terkesiap. "Apa yang Joan … lakukan?"     
0

Roland juga memperhatikan ada kerumunan lain di sisi aula. Roland melihat Joan meninggalkan tempatnya dan, sambil dikawal oleh pelayannya, perlahan-lahan ia berjalan menuju ke arah Kilat dan para penyihir lainnya.     

Maggie terbang bolak-balik, sepertinya ia sedang menyampaikan pesan untuk Joan dan kerumunan penyihir itu.     

Pada awalnya, Joan tampak sangat gugup sehingga ia terus berdekatan dengan pelayannya sepanjang waktu. Joan baru menjulurkan kepalanya ketika Maggie ada di sekitarnya. Namun, ketika Joan dan Maggie semakin akrab, situasinya langsung berubah.     

Joan tidak hanya mulai berbicara dengan para penyihir lain tetapi ia bahkan mengulurkan tangannya untuk menyentuh telinga dan ekor Lorgar dengan lembut.     

"Sekarang aku mengerti." Roland tidak bisa menahan senyumnya. "Kilat memang cepat berteman dengan siapa saja."     

"Itu … luar biasa." sahut Margaret sambil menutup mulutnya. "Anda tahu, berapa lama aku membujuk Joan untuk pergi ke daratan? Dibutuhkan waktu untuk membujuk Joan selama dua bulan, dan aku masih harus meminta Nona Camilla untuk membantuku."     

"Bagaimana Kilat bisa melakukan itu?" Tuan Guntur juga tampak terkejut.     

"Kilat tidak perlu melakukan apa-apa, ia hanya mengajak Maggie dan Lorgar ikut bersamanya," Roland menjelaskan sambil tersenyum. "Yang benar-benar ditakuti Joan adalah kebencian orang-orang yang memperlakukan ras asing atau orang-orang dengan penampilan berbeda. Mungkin, Joan memandang merpati dan gadis serigala itu sebagai orang-orang yang sejenis dengannya."     

"Sejenis dengannya?" ulang Margaret.     

"Benar. Kamu pernah bertemu Maggie sebelumnya, tapi Lorgar lebih mirip dengan Joan daripada Maggie." Roland kemudian memberi tahu Margaret tentang beberapa ciri khas serigala milik Putri Lorgar dari Klan Api Liar. "Ngomong-ngomong, kamu tidak perlu khawatir memikirkan Joan apakah ia bisa berbaur atau tidak."     

"Apakah penyihir yang bernama Lorgar itu … tidak pernah ditolak oleh siapa pun?"     

"Jika Lorgar tidak pernah ditolak oleh siapa pun, ia tidak akan datang ke Kota Tanpa Musim Dingin. Bahkan di Wilayah Selatan di mana para penyihir umumnya diperlakukan sebagai Wanita Suci oleh setiap klan, seorang dengan penampilan yang berbeda tetap akan dianggap buruk." sahut Roland sambil menggelengkan kepalanya. "Tentu saja, tidak semua orang di Kota Tanpa Musim Dingin mau menerima keberadaan para penyihir, tetapi diskriminasi di sini jauh lebih halus daripada di tempat lain. Sedangkan bagi Persatuan Penyihir, tidak ada yang akan mendiskriminasi karena penampilan Joan atau Lorgar. Semua orang telah melalui rasa sakit yang sama dan mereka sepenuhnya tahu sifat dan kemampuan mereka masing-masing. Mereka akan sangat senang memiliki anggota baru di Persatuan Penyihir."     

"Orang-orang memang merasa takut akan hal yang tidak diketahui." kata Tuan Guntur sambil menghela napas. "Yang pertama memotivasi diriku untuk menjadi seorang penjelajah adalah uang, tetapi sekarang aku ingin menjelajah semua wilayah sebanyak mungkin sebelum aku mati. Ada begitu banyak misteri di dunia ini yang menunggu kita. Jika orang hanya puas dengan tempat di mana mereka dibesarkan, mereka mungkin akan terikat oleh rasa takut selama sisa hidup mereka."     

"Inilah sebabnya aku mendukung proyek besarmu." kata Roland sambil mengangkat gelasnya. "Ada pepatah lama yang berbunyi, seseorang pada akhirnya akan menjadi sama hebat dengan pemikirannya. Kamu akan tercatat dalam sejarah jika kamu mampu berpikir seperti itu."     

"Terima kasih," jawab Tuan Guntur sambil tersenyum dan mendentingkan gelasnya ke gelas Roland. "Aku akan mencoba yang terbaik agar tidak mengecewakan harapan anda. Anda bisa mengandalkanku."     

Margaret menatap Joan untuk waktu yang lama, seolah-olah ia tenggelam dalam lamunannya. Setelah beberapa saat, Margaret berbalik dan membungkuk pada Roland sambil menaruh satu tangan di dadanya. "Yang Mulia, aku punya sebuah permintaan."     

"Katakanlah." jawab Roland.     

"Awalnya aku berencana membawa Joan kembali ke Fjords dan membujuknya untuk menetap di tempat ia dilahirkan setelah penjelajahan ini selesai," kata Margaret dengan pelan. "Kehidupan di laut terlalu sepi dan aku tidak ingin melihat Joan terus seperti ini. Tapi sekarang aku berubah pikiran …" Margaret terdiam sejenak kemudian bertanya, "Yang Mulia, bisakah aku mempercayakan Joan kepada anda?"     

"Kamu ingin Joan … tinggal di Kota Tanpa Musim Dingin?" tanya Roland.     

"Jika Joan tetap di Fjords, ia mungkin akan mengurung dirinya sendiri dan bergaul dengan sedikit orang. Tapi di sini Joan bisa menemukan beberapa kawan sejati." jawab Margaret sambil mengangguk. "Joan meninggalkan lautan yang sudah sangat familiar dengan dirinya, dan ia bersedia mengikutiku sampai ke sini. Aku tidak ingin mengecewakan kepercayaan Joan kepadaku. Aku benar-benar merasa tidak ada tempat yang lebih cocok baginya selain di Kota Tanpa Musim Dingin."     

"Aku tidak masalah jika Joan di sini." jawab Roland sambil tersenyum. "Inilah gunanya Persatuan Penyihir didirikan."     

"Sekarang karena anda sudah berjanji kepadaku, aku akan sepenuhnya mempercayai anda tentang masalah ini." kata Margaret sambil membungkuk dengan hormat dan lega.     

***************     

Lily kembali ke kamarnya, ia menguap, dan menggantung handuk basahnya di gantungan baju. Ketika Lily hendak membaca buku biologi sebelum tidur, ia mendengar Si Bulan Misteri bergumam di belakangnya.     

"Kita kalah … kita kalah … kita kalah …."     

Lily memutar kedua bola matanya, ia berpura-pura tidak mendengar gumaman yang berulang-ulang itu, dan ia tetap membuka buku dengan acuh tak acuh.     

Seperti yang sudah Lily duga, gumaman Si Bulan Misteri terdengar semakin lama semakin keras.     

"Grup Detektif kita sudah dikalahkan … kita kalah … grup kita kalah …."     

"Kamu sudah selesai bicara atau belum?" Lily mulai merasakan pelipisnya berdenyut menahan amarah. Lily duduk tegak dan berteriak ke arah Si Bulan Misteri, "Mengapa kamu tidak tidur saja?"     

"Tapi kita kalah." Si Bulan Misteri membenamkan wajahnya ke bantal dan menggerutu dengan kesal. "Apakah kamu tidak merasa sedih sama sekali? Aku sudah punya rencana tentang bagaimana jika Joan bersama kita. Aku sudah hampir berhasil! Lihat cara mereka berkomunikasi. Sepertinya mereka tidak saling memahami satu dengan yang lain. Bagaimana mereka bisa berkomunikasi dengan Joan? Apakah mereka sudah mengenal satu sama lain sebelumnya? Sekarang Tim Eksplorasi sudah seimbang dengan Grup Detektif dalam jumlah anggota, dan kita bukan lagi organisasi yang terbesar …."     

Lily tidak berkomentar. Si Bulan Misteri sama sekali tidak hampir berhasil menang seperti yang ia sebutkan, karena Tim Eksplorasi telah benar-benar mengalahkan mereka bahkan sebelum Grup Detektif bertindak. "Kenapa aku harus merasa sedih? Aku tidak ada hubungannya denganmu." sahut Lily dengan ketus. "Aku tegaskan sekali lagi. Hanya ada tiga orang di Grup Detektif sejak awal dan sekarang kamu telah kalah dalam permainan dan kalah jumlah. Sebaiknya kamu membubarkan Grup Detektif ini sebelum semuanya terlambat."     

Sambil berkata demikian, Lily kembali membaca bukunya dan ia bertekad untuk tidak bicara dengan Si Bulan Misteri lagi, tidak peduli sekeras apa pun gadis itu berusaha mengajak Lily berbincang.     

Namun, yang membuat Lily heran, Si Bulan Misteri berhenti mengganggunya. Sejenak, ruangan itu terasa sunyi senyap.     

Tidak biasanya begini.     

Lily merasa sedikit khawatir dan bertanya-tanya apakah ia sudah bicara terlalu keras pada Si Bulan Misteri. Meskipun Si Bulan Misteri terkadang bersikap menyebalkan, ia bermaksud baik. Jika tidak ada kompetisi konyol seperti itu, Joan mungkin tidak akan pernah membuka diri terhadap para penyihir dengan cepat. Meskipun Si Bulan Misteri seharusnya tidak menguping pembicaraan Yang Mulia, pada dasarnya itu bukan sebuah kesalahan berat … mungkin Lily agak terlalu serius dalam menghadapi kejadian ini.     

Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di benak Lily.     

Berbeda dengan Lily, sejak dulu Si Bulan Misteri sangat pendiam dan pemalu. Karena kemampuannya, Si Bulan Misteri terus-menerus dimarahi oleh Cara di Asosiasi Persatuan Penyihir dan semua orang memperlakukannya sebelah mata. Berkat Persatuan Penyihir, Si Bulan Misteri akhirnya menjadi lebih ramah dan mudah bergaul. Lily bertanya-tanya apakah teriakannya tadi telah membuat Si Bulan Misteri kembali ke sifat lamanya dan tenggelam dalam kesedihannya lagi.     

Mendengar hal ini, Lily menyesal telah meneriaki Si Bulan Misteri.     

Lily menelan ludah dan perlahan berbalik, ia hendak meminta maaf.     

Kemudian Lily melihat ada uang kertas sepuluh yen di depan wajahnya.     

Si Bulan Misteri berdiri di dekat tempat tidur Lily. Lalu Si Bulan Misteri menyodorkan uang kertas itu tepat di depan hidung Lily.     

A… apa yang kamu lakukan?" Lily merasa ketakutan.     

"Aku mohon kamu tidak meninggalkan Grup Detektif ini. Aku akan menawarimu sebotol Minuman Kacau sebagai gantinya!" kata Si Bulan Misteri. "Jika kamu pergi, tidak ada kesempatan bagi Grup Detektif untuk membalikkan keadaan!"     

"Aku sudah bilang bahwa aku bukan salah satu dari grup kalian. Apa kamu tidak dengar apa kataku?" seru Lily sambil menepuk keningnya sendiri, ia tidak bisa berkata-kata tetapi pada saat yang sama ia juga merasa lega. Lily senang ternyata Si Bulan Misteri tidak serapuh yang ia kira.     

Setelah terdiam agak lama, Lily mengambil uang sepuluh yen itu dari Si Bulan Misteri.     

"Kamu setuju untuk bergabung?" wajah Si Bulan Misteri berbinar-binar.     

"Tidak." sahut Lily sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. "Aku punya banyak hal yang harus dikerjakan dan aku sama sekali tidak punya waktu untuk bermain-main dengan kamu. Tapi aku bisa memberimu petunjuk sebagai imbalan untuk uang 10 yen yang kamu berikan ini. Aku juga bisa memberikan nasihat asalkan tidak mengganggu jam kerjaku. Setidaknya, saranku akan jauh lebih praktis daripada kamu harus mencari-cari sendiri dengan penyihir lain."     

"Petunjuk macam apa?" tanya Si Bulan Misteri.     

"Aku bukan orang yang tepat untuk membantu menambah jumlah anggota grupmu. Tidak semua orang di Persatuan Penyihir sesibuk Soraya. Kamu bisa beralih kepada para pemalas itu." Lily merasa bersalah sendiri karena ia telah berkata buruk terhadap para penyihir lain dan ia menggumamkan kata 'maaf' yang tak terdengar oleh Si Bulan Misteri. "Pikirkanlah. Siapa lagi yang mau membantu kamu untuk menemukan petunjuk selain aku?"     

"Um … Evelyn? Tidak, aku tidak bisa bertanya pada Evelyn. Meskipun kegiatan belajar kelompok tidak akan memakan banyak waktu, Evelyn masih perlu mengelola kedai minumannya."     

"Bukan Evelyn yang aku maksud." sahut Lily.     

"Hm … bagaimana dengan Amy?" Si Bulan Misteri tampak ragu-ragu. "Tapi Amy bukan dari Graycastle dan ia punya kelompok sendiri juga …."     

"Bukankah itu lebih baik? Begitu Amy bergabung dengan Grup Detektifmu, semua penyihir lain dari Kerajaan Hati Serigala juga akan mengikutinya." kata Lily sambil menghitung dengan jarinya. "Annie memang sesekali sibuk, tetapi baik Hero maupun Si Pedang Patah tidak sibuk. Ditambah lagi, kamu memiliki proyek bersama Si Pedang Patah … apa pentingnya bagimu jika mereka berasal dari Kerajaan Hati Serigala? Joan juga dari Fjords. Mengapa kamu tidak memiliki masalah dengan daerah asal Joan?"     

"Aku mengerti." jawab Si Bulan Misteri.     

"Kemudian ada para penyihir tempur yang sebelumnya berasal dari Asosiasi Taring Berdarah. Mereka punya banyak waktu luang dan tidak akan menolak jika kamu mau bertanya. Sekarang Grup Detektif akan memiliki lebih banyak anggota daripada Tim Eksplorasi. Setidaknya, Grup Detektifmu melebihi jumlah mereka. Tapi ingat, jangan sampai kamu mengganggu pekerjaan Yang Mulia, kamu juga tidak boleh menantang Tim Eksplorasi sembarangan." kata Lily menyarankan. "Aku hanya merasa tidak mungkin kamu bisa mengalahkan Tim Eksplorasi, meskipun aku tidak tahu apa sebabnya."     

"Itu karena kamu memihak mereka." balas Si Bulan Misteri sambil cemberut.     

"Tidak, aku tidak memihak mereka! Lagi pula, hanya itu yang ingin aku katakan. Sekarang tidurlah dan jangan ganggu aku lagi." kata Lily sambil mengibaskan tangannya.     

"Baiklah …" tapi Si Bulan Misteri segera berbalik lagi ke arah Lily.     

"Ada apa lagi?" Setelah mengalami beberapa perubahan suasana hati, Lily menyadari bahwa dirinya jadi lebih sabar dari sebelumnya.     

"Yah, memang sebaiknya aku meluruskan masalah ini sekarang daripada nanti," pikir Lily.     

"Uang sepuluh yen itu adalah hadiahmu jika kamu bergabung dengan Grup Detektif …" Si Bulan Misteri berkata dengan ragu-ragu. "Karena kamu sudah memutuskan untuk tidak bergabung dengan Grup Detektifku, apa aku bisa mengambil uangku kembali?"     

Pada saat itu, Lily merasa ada sesuatu yang meledak di hatinya.     

"Tidak akan! Sekarang keluar kamu dari sini!" teriak Lily.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.