Bebaskan Penyihir Itu

Dua Buah Rencana



Dua Buah Rencana

0"Bagaimana menurutmu?" tanya Roland sambil memandang ke arah tirai tipis yang ada di dinding. Sudah jelas, para penyihir Taquila adalah orang yang paling tepat untuk menganalisis rencana iblis.     
0

"Itu tipuan lama mereka," jawab Alethea sambil mendengus. "Karena intimidasi mereka gagal, mereka akan melakukannya dengan cara yang sulit. Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, mereka hebat dalam menggabungkan intimidasi dengan kekuatan jika berurusan dengan para penguasa manusia. Jika yang mereka hadapi adalah kota penyihir, mereka akan membantai para penyihir itu sekali dan untuk selamanya."     

"Tapi terakhir kali kamu memperkirakan bahwa mereka biasanya membutuhkan sekitar setengah tahun sebelum mereka kembali menyerang kita."     

"Ehem, itu hasil yang dihitung dari rata-rata waktu yang mereka butuhkan untuk membangun sebuah perkemahan besar. Mungkin mereka sedang terburu-buru kali ini." jawab Alethea, suaranya terdengar agak ragu. "Situasi perang akan selalu berubah-ubah. Hanya orang bodoh yang tetap bertahan di dalam kubangan lumpur. Aku tidak menyuruhmu untuk menurunkan penjagaanmu."     

"Apa? Apakah kamu bercanda?" Roland tahu ia harus terus mengawasi musuh. Tetapi kapan dan bagaimana ia merencanakan melawan musuh harus disesuaikan dengan perhitungan waktunya. Jika musuh menghabiskan waktu setengah tahun untuk bertahan, kereta api milik Roland bisa diselesaikan sebelum iblis menyerang mereka. Pada saat itu, dengan kereta api berlapis baja dan senjata api terbaru, Roland yakin pasukan iblis tidak akan memiliki kesempatan untuk membangun perkemahan mereka.     

"Alethea tidak bermaksud menyembunyikan fakta itu dengan sengaja. Aku setuju dengan Alethea," kata Agatha, sepertinya ia bisa membaca keraguan di hati Roland. "Pusat Persatuan Penyihir telah membayar harga yang mahal untuk mengenai perluasan jalur pasokan Kabut Merah. Iblis selalu bertindak sama persis seperti itu bahkan dari sebelum Taquila dikalahkan. Setengah tahun adalah periode terpendek yang dibutuhkan pasukan iblis sebelum mereka melangkah ke tahap selanjutnya."     

"Maksudmu iblis membutuhkan lebih sedikit waktu sekarang?" tanya Edith sambil mengangkat bahu. "Aku rasa informasi yang sudah berusia 400 tahun sudah tidak relevan lagi di zaman sekarang."     

Roland mengerutkan alisnya. Jelas, Edith Kant adalah satu-satunya orang yang berani menghadapi monster gumpalan itu. Menimbang bahwa Edith bukanlah seorang penyihir, ia menjadi satu-satunya orang yang punya nyali di sini.     

Seperti yang sudah Roland duga, Alethea langsung meraung, "Hai manusia biasa, beraninya kamu meragukan kami!"     

Pasha menimpali sebelum Alethea kehilangan kesabaran. "Mungkin, itu adalah tengkorak manusia raksasa yang membuat jalur pasokan Kabut Merah meluas lebih cepat atau iblis memang merencanakan sesuatu yang lain. Jika mereka tidak bertujuan menyerang kita, mereka pasti dapat mendirikan perkemahan lebih awal. Lagi pula, pasokan Kabut Merah menentukan seberapa besar perkemahan yang mereka bangun. Oleh karena itu, tidak perlu bertengkar satu sama lain tentang hal itu. Yang Mulia Roland yang akan menentukan keputusan akhir tentang bagaimana kita mengatasi masalah ini."     

"Pasha memang pantas disebut sebagai pemimpin para penyihir Taquila," pikir Roland sambil mengangguk. Apa yang Pasha katakan tidak hanya meredakan perselisihan yang mungkin terjadi, tetapi juga memperhitungkan perasaan Roland. Sebuah percakapan memang membutuhkan sebuah 'seni' untuk saling memahami.     

Masalahnya masih ada. Apakah iblis merencanakan sesuatu yang lain diam-diam atau mereka ingin berbaris menuju Kota Tanpa Musim Dingin segera, hasilnya masih belum diketahui, Roland tidak bisa melihat peninggalan Kota Suci Taquila lagi. Bahkan, Kota Tanpa Musim Dingin sebenarnya tidak punya banyak pilihan. Jika Senjata Hantu dapat menemukan target dengan tepat, Roland mungkin memiliki lebih banyak waktu untuk mengamati musuh dan melihat apa yang mereka rencanakan, tetapi sekarang ia harus membasmi rintangan yang ada di hadapannya secepatnya.     

"Siapkan Tentara Pertama untuk berangkat." Roland menarik napas dalam-dalam dan akhirnya ia memerintahkan Si Kapak Besi.     

"Baik, Yang Mulia!" kata Si Kapak Besi dengan cepat.     

"Pilihan yang berani," Alethea memuji Roland. "Maju ke medan perang tanpa persiapan sama aja dengan bunuh diri. Hanya dengan mengawasi pergerakan musuh kita bisa lebih siap."     

"Staf Bagian Umum, setidaknya kalian bisa membuat rencana sebelum besok malam." kata Roland sambil melirik Edith dengan sengaja. "Aku juga ingin melihat bagaimana kamu menyusun rencana itu."     

"Yang Mulia," Ferlin Eltek, Kesatria Cahaya Pagi, yang secara resmi sudah mengubah kariernya kembali untuk menjadi prajurit, ikut angkat bicara. "Menurut Nona Sylvie, Binatang Iblis Bersayap telah mengambil alih tempat itu. Hampir tidak mungkin Tentara Pertama bergerak ke sana tanpa diketahui musuh. Begitu kita menyerahkan diri, kita akan terjebak."     

Roland juga sudah mengetahui hal itu. Itu sebabnya Roland ingin tahu kesimpulan pasti dari rencana itu sebelum mereka bertindak. Roland yang merancang senjata untuk tentara tentu sudah mengetahui maksud Ferlin dengan jelas. Senapan mesin akan kehilangan sebagian besar kekuatannya jika para prajurit tidak dapat mengatur dan membidik terlebih dahulu. Selain itu, tidak seperti pertempuran defensif di tembok kota, musuh akan datang dari segala arah, hal ini akan menyulitkan prajurit untuk mengatur serangan dengan tepat.     

Selain itu, pembangunan kereta api masih belum selesai sepenuhnya, jadi mereka harus melakukan perjalanan dengan berjalan kaki untuk membawa bahan-bahan perang, dan jika musuh-musuh mencegat pasukan itu, Roland akan mengalami kerugian besar.     

Ada jarak sekitar 400 kilometer antara Kota Tanpa Musim Dingin dan lokasi yang diduga sebagai perkemahan iblis. Meskipun mereka bisa memotong jalan lewat Hutan Berkabut, masih ada jarak sekitar 170 kilometer lagi yang harus mereka tempuh, dan jarak itu tidak dapat ditempuh hanya dalam waktu satu hari. Selain itu, para prajurit masih perlu mendirikan kemah, dan berdasarkan banyaknya jumlah prajurit, akan ada banyak tenda yang harus didirikan. Akibatnya, semua proses untuk membuat perkemahan prajurit bisa meningkatkan risiko ketahuan karena terlihat oleh iblis-iblis yang beterbangan dan itu akan menjadi kelemahan bagi pasukan Roland.     

Roland tidak memiliki banyak prajurit seperti Mata Sihir Sylvie yang dapat mengawasi setiap pasukan transportasi dari serangan musuh di perjalanan. Roland juga tidak bergantung pada orang-orang yang direkrut untuk melawan balik dengan gigih ketika mereka diserang. Jika suplai perbekalan pasukan Roland hancur, mereka mungkin tidak dapat mundur apalagi maju menyerang musuh.     

Tetapi Roland tidak bisa membiarkan siapa pun melihat keraguannya pada saat yang genting ini. "Aku perlu menilai rencananya terlebih dahulu sebelum kita menyelesaikan urusan yang lain."     

"Seperti yang Anda perintahkan, Yang Mulia," kata Ferlin sambil menaruh satu tangan di dadanya.     

…     

Satu malam berlalu tanpa terasa. Staf Bagian Umum menyerahkan rencana penyerangan pada sore di hari berikutnya.     

Rencana itu ada dua.     

Edith Kant yang akan menjelaskan rencana itu.     

"Kamu tidak tidur semalaman?" tanya Roland, ia memperhatikan kedua mata Edith tampak sedikit bengkak.     

"Semua orang sedang bekerja sangat keras. Bagaimana aku bisa beristirahat sendiri?" sahut Edith sambil mengangkat bahu. "Anggap saja sebagai kompensasi atas kesalahan yang aku buat terakhir kali."     

"Apakah Edith komplain atas teguranku sebelumnya?" pikir Roland dalam hati. Kemudian Roland mengibaskan tangannya dan tidak menganggap serius akan ucapan Edith. "Katakan padaku apa kesimpulannya."     

"Baiklah." Edith menunjuk ke selembar kertas di sebelah kiri dan berkata, "Jika kita berbaris dalam iring-iringan besar, seperti biasa, Binatang Iblis Bersayap pasti akan melihat pasukan kita. Pada saat itu, kemampuan komandan yang akan menentukan bagaimana pertempuran akan berlangsung. Karena Staf Bagian Umum tidak memiliki informasi yang akurat, kami hanya berasumsi dengan memikirkan skenario terburuk. Kesimpulan kami adalah, Tentara Pertama dapat menyelesaikan misi itu. Namun, mereka akan sibuk mengalihkan perhatian iblis dan hanya setengah dari pasukan, yaitu sekitar 2500 prajurit yang dapat mundur ke Kota Tanpa Musim Dingin. Para penyihir tidak akan berada dalam bahaya besar, dan mereka semua dapat dengan aman melarikan diri jika mereka tidak membuat pergerakan yang jelas."     

"Hasilnya sepertinya tidak baik." kata Roland sambil menggosok keningnya. "Apakah ada yang salah dengan pasukan yang mengangkut logistik?"     

"Benar," kata Edith terus terang. "Begitu iblis menyerang jalur pasokan logistik, Tentara Pertama harus mengirim bala bantuan. Namun, tidak mungkin mereka melumpuhkan musuh sepenuhnya. Seiring berjalannya waktu, korban akan semakin bertambah, moral prajurit akan semakin rendah dan para prajurit di depan juga akan berkecil hati. Seminggu kemudian, serangan musuh akan menjadi lebih sulit untuk dilacak, dan sementara itu, pasukan utama mulai menyerang perkemahan musuh, yang dapat dianggap sebagai bagian paling sederhana dari seluruh pertempuran ini. Pasukan Anda akan berhasil menghancurkan pos musuh, tetapi pasukan yang ada di paling belakang mungkin akan kewalahan."     

"Maksudmu Kota Tanpa Musim Dingin?"     

"Tidak, serangan api yang ada di Hutan Berkabut sudah diatur oleh iblis, yang telah melihat ada sesuatu yang bergerak di dalam hutan. Api akan membakar jalan yang dibuka oleh Nona Daun sehingga pasukan transportasi harus mengambil jalan memutar, dan itu akan tiga kali lebih lama. Itu berarti pasokan untuk Tentara Pertama akan terputus sepenuhnya. Akibatnya, tentara mulai kehilangan keuntungan dan tidak punya pilihan selain menarik diri." Edith berdeham dan melanjutkan, "Tentu saja, jumlah iblis mungkin akan sedikit lebih banyak, tetapi kita tidak tahu pasti. Menilai dari tindakan musuh saat ini, aku khawatir mereka tidak akan menyerahkan pos terdepan mereka dengan mudah.​​"     

Roland merasa sedikit lega. "Asumsi jumlah musuh yang lebih banyak tampaknya masih bisa ditoleransi. Tapi siapa yang memberi ide untuk menyalakan api di hutan?"     

"Ini saran dari Kesatria Cahaya Pagi," kata Edith dengan tenang. "Tapi setelah kami analisis, kami yakin perang akan berlangsung cukup lama ketika iblis menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres di Hutan Berkabut."     

Roland sudah siap untuk melihat hasil apa pun, tetapi ia masih tertekan oleh rencana yang mungkin akan merugikan pasukannya. "Bagaimana dengan rencana kedua? Jangan bilang kamu juga memiliki kesimpulan yang sama. Apakah kamu tidak tidur sepanjang malam hanya untuk merencanakan skenario yang buruk?"     

Roland juga tahu bahwa jika ia ingin mengatasi serangan iblis di Dataran Subur, ia harus memecahkan masalah transportasi darat cepat atau lambat. Roland tidak perlu membangun kereta api dengan tergesa-gesa jika ia bisa dengan cepat mengirim amunisi dan pasokan makanan kepada para prajurit yang ada di garis di depan.     

"Tidak, Yang Mulia." kata Edith sambil terkikik. "Rencana kedua berbeda. Karena kita tidak bisa menjamin keamanan jalur pasokan, kita biarkan saja mereka."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.