Bebaskan Penyihir Itu

Buku Dunia Mimpi



Buku Dunia Mimpi

0Garcia berjalan ke ruang tamu kamar No. 0827, seolah-olah ia baru saja mandi. Baju olahraga Garcia sudah berganti dengan pakaian bela diri berwarna merah putih. Pipi Garcia masih memerah karena mandi air panas, kecantikan gen keluarga Wimbledon dan rambutnya yang selembut sutra membuat dirinya enak dipandang.     
0

"Kamu mau minum apa?" tanya Garcia kepada Roland sambil mengayunkan gelas di tangannya.     

Pertama kali Roland datang ke rumahnya, ada ekspresi dingin di wajah Garcia … yah, wanita ini masih belum banyak berubah juga setelah sekian lama.     

"Tidak, tidak perlu, terima kasih." Roland penasaran dan bertanya, "Apa kamu hendak menghadiri kompetisi hari ini?"     

"Pernahkah kamu melihat seorang atlet yang harus berganti pakaian dan bersiap-siap di rumah? Mempersiapkan diri sebelum kompetisi dimulai adalah salah satu persiapan terpenting untuk olahraga apa pun." Garcia menuangkan segelas susu untuk dirinya sendiri lalu duduk di seberang Roland. "Bahkan stadion olahraga yang paling jelek sekalipun memiliki ruang ganti, kadang-kadang aku benar-benar berpikir apakah akal sehatmu sudah terkikis oleh Erosi."     

"Hahaha …," Roland tertawa kikuk karena malu dan berkata, "Kupikir para ahli bela diri mungkin memiliki persiapan unik tersendiri sebelum memulai pertandingan."     

"Di mata publik, bela diri tidak ada bedanya dengan olahraga lain. Satu-satunya perbedaan adalah, umumnya bela diri lebih menarik dan hadiahnya juga lebih baik," jawab Garcia sambil mengangkat bahu, "Aku mengenakan pakaian bela diri ini karena kita perlu mengambil keuntungan dari pengaruh bela diri nanti."     

"Hah? Apakah kamu hendak syuting iklan?" tanya Roland.     

"Ini sebagai bentuk protes!" Garcia berteriak dengan frustrasi, "Apakah kamu tidak membaca koran? Asosiasi Daun Semanggi akan meruntuhkan tembok di sekitar Jalan Utara. Jika kita tidak melakukan apa-apa, target pembongkaran mereka selanjutnya akan mengarah ke apartemen ini. Rumah kita akan segera menjadi reruntuhan!"     

"Uh …" Roland hampir lupa bahwa ada kejadian seperti itu yang terjadi hari ini. "Yah … aku berharap yang terbaik untukmu."     

"Dasar kau …!" geram Garcia.     

"Aku belum pernah berkompetisi sebelumnya dan tidak ada yang pernah mendengar tentangku. Aku benar-benar seorang pemula. Aku bahkan tidak memiliki seragam bela diri." Roland berpura-pura menyesal dan berkata, "Bahkan jika aku pergi dari sini, tidak ada ruginya untukku."     

"Kita bisa mencapai apa pun jika kita mau bekerja sama. Apakah kamu tidak tahu itu?" Garcia mengambil sebuah daftar dari meja kopi dan menyodorkannya ke depan Roland. "Lihatlah orang-orang yang ada di daftar itu. Berapa banyak dari mereka yang merupakan atlet bela diri? Mereka semua adalah penghuni lantai bawah apartemen ini, namun mereka semua bersedia untuk ikut pergi dan melakukan demo protes denganku! Jika kita memilih untuk tetap diam hanya karena kita bukan orang terkenal yang memiliki pengaruh, maka semua orang akan mengabaikan keberadaan kita!"     

Melihat tekad di mata Garcia, Roland merasa motivasinya ikut naik seiring dengan kata-kata wanita itu. Apakah itu menghadapi Erosi atau kehidupan sehari-harinya, gadis yang tampaknya dingin dan acuh tak acuh ini ternyata jauh lebih antusias daripada kebanyakan orang.     

Apakah ini satu-satunya tempat di mana Garcia bisa tinggal? Tidak, dengan latar belakang dan kemampuannya, Garcia seharusnya dapat dengan mudah membeli tempat tinggal baru di pusat kota. Garcia melakukan demo protes ini hanya demi penghuni gedung ini. Mereka kebanyakan adalah orang-orang biasa dengan gaji kecil, tidak mungkin mereka dapat menemukan apartemen baru yang memiliki setengah fasilitas dan konektivitas di lokasi yang seperti ini.     

Roland sadar bahwa mereka semua hanyalah 'hantu' di Dunia Mimpi, dan semua penghuni apartemen ini pada dasarnya adalah jiwa-jiwa yang dikalahkan yang dikurung oleh Zero. Namun, seiring dunia berkembang menuju masa depan yang tidak diketahui dengan sendirinya, Roland jadi ragu dengan pemikiran awalnya. Roland tidak bisa lagi membedakan antara 'hantu' dan orang-orang nyata. Sebagai contoh, Roland merasa sangat sulit untuk memperlakukan gadis yang bersemangat dan bersinar di depannya ini sebagai gadis imajiner dan kosong. Semakin lama Roland tinggal di Dunia Mimpi, perasaan itu berkembang semakin intens.     

Lagi pula, Garcia memang membawa buku itu untuk Roland. Paling tidak yang bisa Roland lakukan adalah menemani Garcia sebagai tanda terima kasihnya.     

Ketika Roland sudah hampir setuju, tiba-tiba ia melihat sebuah nama yang familiar di daftar itu.     

"Barolotsim …."     

Itu adalah nama penyewa yang tinggal di apartemen No. 0510. Penghuni itu juga merupakan satu-satunya iblis di apartemen ini.     

Nama ini sangat menarik di antara sekian banyak informasi para penghuni yang telah dikumpulkan oleh para penyihir Taquila. Oleh karena itu, dilihat sekilas saja sudah cukup meninggalkan kesan mendalam bagi Roland.     

Roland terkejut melihat nama iblis dalam daftar itu, karena itu berarti iblis itu akan meninggalkan apartemen dan bergabung dengan penduduk dalam aksi protes mereka, ini bisa menjadi kesempatan yang sempurna untuk mengintip ke dalam ingatan iblis itu.     

"Ehem, aku rasa aku sudah ada janji sore itu … jadi aku hanya bisa memberikanmu dukungan secara moral." kata Roland sambil memalingkan muka, ia berpura-pura tidak melihat nama iblis itu.     

Orang lain akan menggunakan buku itu sebagai kartu AS untuk tawar-menawar.     

Tapi Garcia berbeda. Garcia hanya berdiri dengan geram dan berkata, "Aku seharusnya tahu, semua ucapanku ini hanya membuang-buang waktuku saja." Lalu Garcia berjalan terburu-buru ke kamar, dan ia segera keluar sambil membawa sebuah buku kulit berwarna merah tua.     

Pada awalnya, Garcia tampaknya akan membanting buku itu ke depan muka Roland, tetapi ia berubah sikap dengan cepat menjadi lembut. "Ini adalah buku yang Guru sering sebutkan kepada kami. Karena kamu sudah memiliki buku itu sekarang, kamu boleh pergi!"     

Roland dengan santai membuka halaman pertama dan menyadari bahwa tidak ada nama penulisnya, tetapi hanya kata 'tidak diketahui' sebagai gantinya.     

"Tidak adakah yang tahu siapa penulis buku ini?" tanya Roland.     

"Mengapa buku itu ditandai sebagai 'tidak diketahui' jika penulisnya memang sudah diketahui?" Garcia menjawab dengan sinis, "Di antara banyak buku yang ada di perpustakaan Asosiasi Bela Diri, buku ini tidak terkenal karena isinya, tetapi karena pengarangnya. Rupanya, si penulis sudah meninggal sebelum ia selesai menulis buku ini, dan Asosiasi Bela Diri tidak dapat menemukan catatan siapa penulis itu sebenarnya."     

"Penulis itu meninggal ketika ia menulis buku itu?" Roland tertegun sejenak dan bertanya-tanya apakah kematiannya disebabkan karena kematian mendadak. Awalnya Roland ingin duduk dan mengobrol dengan penulis itu. Jika Roland beruntung, penulis itu seharusnya masih hidup. Bahkan jika penulis itu sudah mati, seharusnya ada berita tentangnya. Pada saat itu, catatan kasus sudah menjadi bagian dari sistem peradilan, dan penulisnya bahkan seorang ahli bela diri yang telah membangkitkan Kekuatan Alam.     

Ada sesuatu yang mencurigakan di sini.     

"Ada apa? Apakah kamu merasa takut?" Garcia tertawa dan berkata, "Apakah buku itu mengingatkan akan cerita kutukan dan hantu? Jangan khawatir, tidak ada bukti yang membuktikan bahwa siapa pun yang telah membaca buku itu akan mati. Jika tidak, aku tidak akan pernah merekomendasikan buku ini kepadamu. Tetapi jika kamu tidak jadi membacanya, aku tidak akan mengolok-olok kamu atau memberitahukan hal ini kepada siapa pun."     

"Tidak, aku yakin kamu akan tetap mengolok-olok aku nanti …" pikir Roland dalam hati.     

Roland meraih buku itu dan mengangguk pada Garcia. "Terima kasih."     

"Hmm." Garcia membuang muka dan tidak mengatakan apa-apa lagi.     

Roland kembali secepat mungkin ke apartemen No. 0825 dan mengunci pintunya. Aksi protes akan dimulai pada sore hari, jadi ia masih punya beberapa jam untuk memuaskan rasa penasarannya.     

Seperti yang disebutkan Garcia, judul buku itu disebut 'Raison d'être' yang berarti ada alasan di balik sebuah keberadaan seseorang atau sesuatu.     

Sampul buku itu terbuat dari kulit merah yang tidak dapat ditemukan di era ini. Sampul buku itu juga didukung oleh lapisan kayu tipis, itu sebabnya buku itu terlihat cukup kokoh. Roland berpikir bahwa karena buku itu berkaitan dengan para dewa, isinya pasti akan penuh dengan hal-hal spiritual yang mungkin tidak ia mengerti. Namun, begitu Roland membuka halaman pertama, perhatiannya langsung tertuju pada tulisan tangan yang sangat indah.     

Tulisannya ada di sebelah kiri sementara gambar atau kutipan ada di sebelah kanan. Di bagian bawah, ada halamannya. Buku ini tidak terlihat seperti buku ramalan, tetapi lebih seperti sebuah tesis.     

Gambar-gambar yang ada di buku sudah memudar dan menguning, sedangkan kutipannya berasal dari surat kabar dan majalah. Di zaman internet sekarang ini, melihat tulisan tangan dan gambar yang dibuat dengan menggunakan gunting dan lem sudah sangat langka. Seluruh buku itu terasa tua dan antik, tetapi isinya ternyata halus dan mudah dimengerti. Roland tidak merasa kesulitan untuk memahami isi buku itu.     

Kalimat pertama buku itu adalah, "Kami telah diperdaya oleh dewa-dewa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.