Bebaskan Penyihir Itu

Uji Coba Pil



Uji Coba Pil

0"Gadis itu mengambil pedang dari salah seorang Tentara Penghakiman, menikam Faria dan membelah tubuh tentara itu menjadi dua. Pedangnya juga telah patah menjadi beberapa bagian. Namun, peluit yang telah ditiupkan telah membangunkan seluruh penghuni biara, ada banyak orang yang bergegas ke tempat kejadian sambil membawa lampu minyak. Gadis itu mengenakan pakaian milik Faria dan mengambil senjata Tentara Penghakiman lainnya dan berjalan menuju ke arah para penjaga yang berdatangan seorang diri."     
0

"Aku duduk terpaku di sebuah ruangan yang penuh dengan mayat-mayat yang berlumuran darah dan aku tersadar setelah tercengang sejenak. Salah satu dari mayat itu memegang kunci-kunci untuk membuka semua pintu masuk biara, aku mengambil kunci dari pakaian yang tergeletak di lantai dan mengambil Liontin Penghukuman Tuhan dari tubuh mereka juga. Meski aku tidak mengetahui kegunaan liontin itu, pada saat itu aku hanya berpikir bahwa liontin itu bisa dijual dengan harga yang tinggi. Pendeta, para penjaga, dan Pasukan Penghakiman langsung mencari gadis itu. Aku hampir sampai ke pintu samping yang tersembunyi di halaman belakang dengan mudah. Untungnya, setelah mencoba membuka hampir semua kunci, aku berhasil membuka pintu dan meninggalkan biara itu."     

Setelah itu, aku hanya berhasil menjual satu liontin dan sisanya telah hilang karena dirampok. Aku berkeliaran dan akhirnya sampai ke Wilayah Angin Laut dengan hanya berbekal sepuluh keping perak yang aku miliki. Aku tersadar sebagai penyihir di musim dingin dua tahun kemudian." lalu Wendy berhenti bicara. "Itu adalah seluruh kisah hidupku."     

Nightingale memegang erat tangan Wendy dan ia juga terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata. "Bagaimana dengan gadis dari kelas ritual itu?"     

"Gadis itu mungkin telah melarikan diri atau ia mungkin sudah mati. Setelah itu, aku mendengar kabar bahwa gereja menyatakan telah terjadi sebuah kebakaran dan biara itu akhirnya ditutup. Tidak ada yang mempedulikan ke mana seluruh gadis-gadis yang ada di biara itu. Mereka semua terabaikan."     

Nightingale menghela nafas dan memeluk Wendy. "Sekarang, kamu sudah aman bersama kami. Tidurlah yang nyenyak, Wendy."     

Setelah beberapa lama, Wendy akhirnya menjawab Nightingale, "Yah …. "     

*******************     

Roland menguap saat berjalan ke kantornya keesokan harinya. Roland melihat Nightingale sedang duduk di samping meja dengan raut wajah serius dan Nightingale sedang menunggu kedatangannya.     

"Hah, apa yang telah terjadi?"     

"Apakah kamu pernah mendengar tentang Penyihir Luar Biasa?" Nightingale bertanya kepada Roland.     

Setelah Roland menggelengkan kepalanya, Nightingale mengulangi cerita yang disampaikan oleh Wendy semalam. Nightingale berkata, "Sulit membayangkan seorang gadis dapat dengan mudah memenggal kepala seorang anggota Pasukan Penghakiman yang bersenjata lengkap jika ia bukan seorang penyihir."     

"Seorang penyihir yang tidak bisa dikendalikan oleh Liontin Penghukuman Tuhan …" Roland merenung sejenak setelah mendengar cerita itu lalu ia mengingat kategorisasi yang pernah ia tulis untuk mengklasifikasikan kemampuan para penyihir. "Mungkinkah gadis itu adalah penyihir yang dapat memperkuat dirinya sendiri?"     

"Memper … apa?"     

Roland mengambil selembar kertas dari lacinya dan menyerahkan kertas itu kepada Nightingale. "Aku membuat klasifikasi dasar sesuai dengan jenis kekuatan yang kalian miliki. Sebagai penyihir yang bisa menguatkan diri sendiri, gadis itu akan menggunakan kekuatan sihir setiap saat untuk mengubah dirinya sendiri, dan sihir miliknya tidak akan terpengaruh oleh Liontin Penghukuman Tuhan. Meskipun kekuatan fisik penyihir biasa akan berkembang sesuai dengan kekuatan sihirnya, namun kekuatannya akan lebih dahsyat bagi Penyihir yang bisa menguatkan diri sendiri. Jika pemahamanku benar, Gulir pasti akan menjadi Si Luar Biasa bagi Gereja."     

"Gulir?" tanya Nightingale sambil terkejut. "Tetapi ia …."     

"Tetapi Gulir tidak ahli dalam bertarung, bukan?" sahut Roland sambil tersenyum, "Klasifikasi itu tidak ditentukan oleh kekuatan, mungkin juga tidak sepenuhnya benar karena ini hanya pemikiran dan spekulasi menurut pendapatku. Penyihir yang bisa menguatkan diri sendiri benar-benar dapat menjadi ancaman serius bagi gereja. Tanpa Liontin Penghukuman Tuhan, penyihir semacam ini dapat membunuh Pasukan Penghakiman, atau menghancurkan gereja di kota-kota kecil. Namun kekuatan satu penyihir masih terbatas, dan kemunculan para penyihir yang bisa menguatkan diri sendiri harus lebih sedikit, jika tidak demikian, penyihir tipe ini akan memburu gereja untuk membalaskan dendam mereka." Meskipun mudah bagi Roland untuk mengatakan hal ini, ia juga merasa tidak tenang, dan Roland juga memikirkan mengenai pil berwarna merah dan hitam itu.     

Hanya ada sedikit sekali penyihir yang 'luar biasa', tetapi setidaknya terdapat dua belas orang dari mereka selama beberapa abad terakhir ini, bukan? Selama ada dua atau tiga orang penyihir yang 'luar biasa', hal itu bisa membuat gereja kesulitan. Misalnya, gereja akan memfokuskan seluruh kekuatannya di Hermes untuk memperluas fasilitas gereja di kota-kota lain tanpa rintangan. Penyihir 'luar biasa' ini akan dengan mudah menghancurkan gereja, pendeta, dan para pendeta wanita sekaligus. Jumlah jemaat di gereja akan jauh berkurang dalam beberapa tahun.     

Namun, selain Penyihir Luar Biasa yang Wendy pernah lihat, Roland belum pernah mendengar tentang insiden penyihir yang menyerang gereja dan bahkan biara tempat Wendy tinggal telah hancur karena kebakaran hebat, dan tidak ada yang tahu mengenai keberadaan gadis-gadis dari kelas ritual itu.     

"Gereja sama sekali tidak akan tinggal diam dan menunggu untuk dihancurkan," pikir Roland, "Mungkin Gereja sudah menemukan cara untuk melawan Si Luar Biasa, dan dua pil itu bisa jadi salah satu caranya."     

"Bagaimanapun, kita harus menguji efek pil itu terlebih dahulu."     

Memikirkan mengenai pil itu, Roland memanggil seorang penjaga yang berdiri di luar untuk membawa seorang tahanan dan memanggil Carter.     

Lahan untuk pengujian pil telah dipersiapkan di luar tembok kota.     

Sebagai langkah pencegahan, Roland telah mengatur empat kelompok Tentara Pertama untuk mengelilingi lahan itu dan mempersenjatai para prajurit.     

Selain Roland dan Nightingale yang berada di atas tembok kota, Anna dan Nana juga turut serta. Selama tidak ada Liontin Penghukuman Tuhan, api hijau milik Anna sudah cukup untuk melindungi keselamatan Roland dan Nana juga dapat memberikan perawatan yang efektif.     

"Apakah semuanya baik-baik saja?" Roland melihat dan bertanya kepada Carter yang sedang meregangkan otot-otot dan tulangnya, "Jangan meremehkan lawanmu."     

"Jangan khawatir, Yang Mulia," sahut Carter sambil mengenakan ketopongnya dan berkata, "Jabatan sebagai Pemimpin Kesatria tidak aku raih secara cuma-cuma. Dan, karena lawanku hanya menggunakan pedang kayu, ia tidak akan bisa menyakiti aku."     

Yang menjadi objek pengetesan pil itu adalah seorang tahanan yang didakwa karena pembunuhan dan perampokan dan telah dijatuhi hukuman mati, dan Roland tidak ingin menghukum mati tahanan ini setelah tahanan ini berkelakuan baik. Roland secara pribadi menyampaikan kepada tahanan itu bahwa keluarganya akan diberikan lima keping emas sebagai hadiah jika tahanan itu setuju untuk mengorbankan dirinya untuk sebuah percobaan. Tahanan itu merasa ragu sejenak kemudian mengangguk setuju.     

Carter bahkan menyarankan lawannya untuk memakai baju zirah dan dipersenjatai dengan pedang besi untuk berduel secara adil dengannya, tetapi Roland menolak dengan tegas. Jika terpidana hukuman mati dipersenjatai dengan senjata tajam, risiko tahanan itu kabur atau memberontak akan meningkat drastis. Jika kepala Carter sampai terpenggal, Nana tidak akan bisa menghidupkan Carter lagi. Sedangkan alasan mengapa tahanan itu tidak mengenakan baju zirah, itu hanya untuk menguji toleransi terhadap rasa sakit dari pil hitam yang ditelannya.     

Setelah tahanan itu menelan kedua butir pil itu, ekspresi wajahnya langsung berubah, nadi berwarna biru muncul di kening dan lengannya, kulitnya tampak berwarna merah gelap dan nafasnya tersengal-sengal. Tahanan itu meraih sebuah pedang kayu dan berlari ke arah Carter yang sudah menunggu, tahanan itu berlari dengan kecepatan yang sebanding dengan kecepatan seekor serigala. Ke mana pun tahanan itu melangkah, ia meninggalkan sebuah jejak kecil, dan tanah yang diinjaknya menjadi sedikit berlubang.     

Carter tampak sedikit terkejut, tetapi ia masih cukup tenang untuk melangkah ke samping dan mengayunkan pedangnya. Trik ini dapat memaksa lawan untuk mengubah arahnya, atau pedang milik Carter akan menusuk tulang rusuk tahanan itu.     

Tahanan itu hanyalah seorang pembunuh yang tidak pernah menjalani pelatihan tempur apa pun. Tidak mengherankan ketika akhirnya tahanan itu terkena pedang milik Carter dan merobek bagian dadanya hingga darahnya tersembur. Cedera seperti itu cukup untuk mempengaruhi setengah dari gerakan tubuhnya, tetapi ia tampak tidak peduli dan kembali menyerang Carter. Carter menggunakan trik yang sama, tetapi dengan sedikit perubahan, ketika tubuh mereka saling berpapasan, tahanan itu sedang mengarahkan pedang kayunya ke arah Carter. Secara umum, gerakan tubuh tahanan yang canggung karena terluka itu seharusnya tidak membahayakan, tetapi Carter melihat sebuah bayangan ketika pedang kayu itu diayunkan, dan dengan spontan Carter melindungi diri dengan pedangnya. Pukulan yang kuat memaksa Carter mundur dua langkah, sementara pedang kayu milik si tahanan itu juga patah.     

"Kamu kuat juga," kata Carter sambil mengayunkan tangannya dan berkata, "Berikan ia pedang lain, ayo kita mulai lagi."     

Tahanan itu tidak menangkap pedang kayu yang dilemparkan kepadanya, tetapi ia tiba-tiba berbalik arah dan berlari menuju hutan. Kecepatan larinya meningkat hingga sulit ditandingi oleh kecepatan lari manusia biasa, kecepatannya sebanding dengan seekor kuda yang sedang berlari. Tahanan itu menyilangkan tangannya di depan tubuhnya dan langsung menabrak gerombolan prajurit yang sedang bersiap-siap untuk menembak. Para prajurit itu berteriak kesakitan dan terlempar ke udara. Saat itu, prajurit lain telah menarik pelatuknya. Darah menyembur keluar dari tubuh tahanan itu, namun, tembakan itu tidak memperlambat larinya. Tahanan itu berlari begitu cepat keluar dari lingkaran sehingga jaraknya sudah lebih dari sepuluh meter hanya dalam sekejap.     

"Jangan sampai ia melarikan diri!" Carter berteriak, "Cepat ambilkan kudaku!"     

Sebelum Carter menaiki kudanya, tahanan itu tiba-tiba terkejut dan memandangi perutnya dengan tatapan tidak percaya — ada luka horizontal yang menganga di perutnya dan ususnya mulai berhamburan keluar.     

Tahanan itu berbalik perlahan dan melihat seorang wanita berpakaian putih, yang sedang memegang belati berwarna perak dan telah muncul di belakang dirinya tanpa ia sadari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.