Bebaskan Penyihir Itu

Perasaan Yang Sesungguhnya



Perasaan Yang Sesungguhnya

0Di halaman belakang area latihan menembak di Tambang Lereng Utara.     
0

Nightingale mengambil cawan anggur di atas meja dan menaruh cawannya di atas kepala. Cawan kaca sebening kristal itu bersinar di bawah sinar tanpa noda.     

Nightingale menyadari bahwa cawan kaca ini disebut sebagai Cawan Kristal, dan proses pembakaran serta formula pembuatannya merupakan sebuah rahasia di bengkel para ahli kimia. Hanya cawan yang berada di tangannya yang berharga sekitar satu keping emas. Cawan Kristal ini yang cocok dengan peralatan makan perak yang indah yang selalu menjadi favorit para pengusaha kaya dan kaum bangsawan untuk memamerkan kekayaan mereka.     

Sekarang, cawan-cawan kristal dari istana ini akan segera dicairkan menjadi bahan mentah.     

"Yang Mulia, Anda tidak sedang membakar cawan tetapi yang Anda bakar itu emas." Nightingale berseru.     

"Aku tidak punya waktu untuk mempelajari cara mengubah pasir menjadi kaca yang tidak berwarna, jadi aku hanya bisa menggabungkannya dengan cara ini untuk saat ini." Roland melemparkan pot kristal yang indah ke tungku yang dibuat dari Api Hitam milik Anna. Nightingale merasa kasihan karena ia ingat bahwa Pangeran Roland biasa mengisi cawannya dengan bir untuk pesta minum teh di taman istana dan cawannya juga dipakai untuk merayakan pesta perayaan di Bulan Iblis.     

Pot itu dengan cepat meleleh menjadi adonan yang lengket di bawah suhu yang sangat panas.     

"Mengubah cawan … dengan pasir?" Anna bertanya, "Apakah mereka berasal dari zat yang sama?"     

"Yah, bahan utamanya mirip, tetapi pasir mengandung banyak kotoran. Cawan yang dibuat dengan pasir sebagian besar akan berwarna coklat dan hijau, yang tidak memenuhi standar."     

"Jadi, cawan itu sebenarnya adalah pasir?"     

Roland tersenyum. "Bisa dibilang begitu. Ketika aku memasukkan pengetahuan ini ke dalam sebuah buku tentang bagaimana partikel-partikel terbentuk menjadi suatu zat, kamu akan mengerti begitu kamu membaca bukunya."     

Nightingale mengerutkan bibirnya dan berpikir, [Aku tidak akan mengerti. Selain itu, warna cawan seharusnya tidak mempengaruhi fungsinya sebagai sebuah wadah. Jika kita tidak akan menggunakan cawannya sebagai tempat minum, mengapa cawan itu harus dibuat dari bahan kaca?]     

Meskipun mereka masih terlihat tidak berwarna dan transparan, penampilan cawan itu tidak sebanding dengan cawan kristal yang sebelumnya.     

Beberapa cawan terlihat seperti tabung dengan bagian bawah yang bundar, terlihat tipis dan panjang. Dan beberapa cawan bahkan terlihat seperti sebuah botol dan bagian bawahnya sebesar ketel dan leher botolnya hanya selebar ibu jari.     

Yang paling aneh adalah sebuah tabung yang dibengkokkan menjadi bentuk tapal kuda dengan kedua sisi yang terbuka, dan itu bahkan bukan sebuah wadah.     

"Apa yang ingin kamu lakukan dengan cawan kristal itu?" Nightingale tidak tahan untuk tidak bertanya.     

"Ini bukan untukku tetapi untuk kepentingan para ahli kimia di Kota Perbatasan," kata Roland sambil mengaduk adonan yang terbakar di dalam Api Hitam dengan menggunakan tongkat kaca, "para ahli kimia dapat menggunakan barang-barang kaca ini untuk mengekstrak beberapa asam dan alkalin untuk menghasilkan beberapa bahan kimia untuk senjata baru yang hendak aku buat."     

[Asam? Alkalin? Bahan kimia?] Nightingale mengerjapkan matanya, menyadari bahwa ia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Yang Mulia. Hal ini membuat Nightingale merasa sedikit tertekan. Tentu saja, Nightingale selalu bisa bertanya mengenai apa saja yang ia ingin tahu, tetapi ia merasa terlalu bodoh dan Nightingale tidak ingin mengekspos sisi dirinya yang seperti itu di depan Anna, jadi Nightingale hanya bisa memperhatikan hal yang memang ia mengerti.     

"Sejak kapan Kota Perbatasan memiliki para ahli kimia? Di Benteng Longsong bahkan tidak ada bengkel ahli kimia. Kita hanya dapat menemukan para ahli kimia di Kota Air Merah. Aku dengar bahwa upah mereka lebih tinggi dari seorang penguasa wilayah, dan agak sulit untuk merekrut mereka dengan imbalan emas."     

"Ternyata kamu mengetahui banyak hal," jawab Roland sambil tersenyum, "Itu benar. Aku sudah mengirim orang yang sudah dalam perjalanan ke Kota Air Merah. Kita mungkin akan menerima pesan dari mereka dalam waktu dua minggu. Namun, aku tidak merekrut mereka dengan imbalan emas, tetapi beberapa rahasia bahan kimia. Sedangkan berhasil atau tidaknya, aku sendiri tidak begitu yakin … tetapi patut untuk dicoba."     

Pujian dari Yang Mulia selama percakapan itu tiba-tiba menepis tekanan yang dirasakan Nightingale, dan dengan bangga ia kembali ke tengah halaman dan memakan sepotong kue yang ia ambil dari meja.     

Karena Roland telah mengubah lokasi eksperimen utama dari halaman belakang istana ke area latihan menembak di Gunung Lereng Utara, maka lokasi untuk minum teh juga dipindahkan.     

Di meja yang berbentuk bundar terdapat semua makanan ringan Kerajaan yang dibuat khusus oleh juru masak bagi Yang Mulia.     

Misalnya, camilan ini disebut sebagai bakpao. Kulitnya terbuat dari tepung gandum yang diolah secara khusus, membuat kulitnya menjadi sangat lembut dan kenyal. Ada juga daging yang dimasukkan di dalamnya. Dagingnya dicincang halus dan sangat berair … tidak seperti dendeng asin yang keras dan sulit untuk ditelan, daging cincang dan kuah dagingnya akan bercampur menjadi satu dalam satu gigitan.     

Nightingale memasukkan jari-jarinya ke mulut dan menjilati jarinya satu per satu sambil duduk di sofa. Nightingale merasa sedikit mengantuk.     

[Apakah aku menjadi semakin malas belakangan ini?] Pikir Nightingale.     

Matahari sore yang menyinari Nightingale terasa seperti air hangat yang perlahan menyelimuti dirinya. Angin musim semi meniup daun-daun yang membuat suara bersiul-siul. Nightingale merasa sangat tenang dan sunyi. Nightingale melepas sepatunya dan menekuk kakinya, ia berbaring dengan satu sisi tubuhnya.     

Posisi Nightingale ini mengarah ke halaman belakang ke pintu samping ruangan pembakaran mesiu. Sebuah tirai menggantung dari pintu, yang ditaruh oleh Yang Mulia untuk mencegah Nightingale menyelinap masuk. Memikirkan hal itu, Nightingale merasa lucu. Baik dinding halaman dan dinding ruang pembuatan mesiu hanyalah bangunan datar yang bisa ia lewati dengan leluasa. Nightingale bahkan telah memasuki sebuah rumah misterius dan menguping pembicaraan Yang Mulia yang tengah berbicara tentang metode produksi, tetapi hanya itu saja yang ia lakukan, ia tidak mengambil bubuk mesiu yang sudah jadi.     

Sementara Roland berpikir bahwa tidak ada yang tahu mengenai hal itu, padahal Roland sendirilah yang tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya.     

Nightingale menoleh untuk melihat ke arah Anna.     

Anna sedang memegang cawan yang datar, yang baru saja dibuat dan ia sedang berbicara dengan Yang Mulia. Anna terlihat serius dan fokus dengan apa yang sedang dikerjakannya.     

Nightingale sangat mengagumi Anna. Anna adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga sipil biasa namun ia sungguh sangat berbakat.     

Anna yang telah membawa saudari-saudari dari Asosiasi Persatuan Penyihir untuk melarikan diri dari nasib berpindah-pindah tempat dan membebaskan mereka dari siksaan iblis. Jika bukan karena Anna yang mengubah pandangan Pangeran Roland tentang para penyihir, semua perubahan ini tidak akan terjadi.     

Jika Yang Mulia hendak menikahi seorang penyihir, Anna menjadi satu-satunya orang yang terlintas di pikiran Nightingale.     

Meskipun Nightingale masih memiliki sedikit harapan terhadap Roland, ia memilih untuk mengubur perasaannya di lubuk hati terdalam. Selama Nightingale bisa berada di sekitar Yang Mulia sepanjang waktu, ia sudah merasa puas.     

Nightingale memejamkan mata dan membayangkan sebuah kejadian.     

Roland dinobatkan di atas takhta di istana. Roland mengenakan mahkota emas dan memegang tongkat kerajaan berhiaskan batu permata sambil berjalan menuju teras istana untuk menerima penghormatan dan sorak-sorai dari rakyatnya.     

Gadis dengan gaun satin berwarna putih yang berjalan bergandengan tangan dengannya adalah Anna, yang juga mengenakan mahkota emas di kepalanya. Wajah Anna ditutupi dengan kerudung pengantin. Anna tersenyum dan melambaikan tangan kepada rakyat.     

Kilat sedang melayang di udara, sambil menaburkan kelopak bunga mawar berwarna merah terang. Lonceng merdu berdentang dari menara lonceng yang di gantung di Kota Raja.     

Nightingale sendiri sedang berdiri bersama para saudari-saudari lainnya, mereka bertepuk tangan dan mengucapkan doa dan ucapan selamat kepada Roland dan Anna.     

Nightingale merasa semakin mengantuk dan kesadarannya perlahan memudar.     

Roland berbalik, membuka kerudung Anna, dan menundukkan kepala untuk mencium bibirnya.     

Adegan terakhir mimpinya menjadi samar-samar, dengan kerudung pengantin yang jatuh ke lantai, Nightingale samar-samar melihat seorang gadis dengan mata tertutup … yang tampak seperti dirinya sendiri.     

Nightingale tersenyum dan tertidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.