Bebaskan Penyihir Itu

Pengejaran (Bagian II)



Pengejaran (Bagian II)

0Theo terbangun, tengkuknya masih terasa sakit.     
0

"Sialan, para wanita ini kejam juga." Theo membuka matanya dan mencoba untuk bangun tetapi ia menyadari tangannya terikat ke belakang tubuhnya dan kakinya juga diikat ke kursi.     

"Ia sudah sadar." Theo mendengar suara seorang wanita berbicara.     

"Siapa namamu?" Salah satu dari mereka mendatangi Theo dan mengangkat dagu Theo. "Aku sarankan kamu mengatakan yang sesungguhnya atau mayatmu akan ditemukan orang di selokan esok hari."     

Theo mengerjapkan matanya. Wanita itu mengenakan sebuah kerudung di kepalanya dan tubuhnya tertutup dengan jubah. Wanita ini jelas tidak ingin memperlihatkan dirinya.     

"Namaku Theo," jawab Theo dengan jujur sambil melihat sekelilingnya.     

Ia berada di sebuah ruangan sempit yang dikelilingi oleh patung-patung yang berdebu. Beberapa patung telah selesai dipahat sementara beberapa patung lainnya tampak belum selesai. Akumulasi debu yang menumpuk membuat patung-patung itu berwarna abu-abu dan sepertinya tempat itu telah ditinggalkan untuk waktu yang sangat lama. Tidak ada jendela di kamar dan jadi Theo tidak tahu pukul berapa sekarang, dan satu-satunya sumber cahaya berasal dari lampu minyak yang digantung di dinding.     

"Kamu telah mencari kami dari Bukit Naga Tumbang sampai ke Kota Perak," wanita itu berkata dengan ketus, "Mengapa kamu mencari keberadaan kami?"     

"Aku bukanlah orang yang sengaja mencari kalian, yang mencari kalian adalah Asosiasi Persatuan Penyihir."     

"Apa itu Asosiasi Persatuan Penyihir?"     

"Sebuah organisasi para penyihir seperti kalian. Aku dikirim oleh asosiasi itu untuk menyebarkan berita ini."     

"Omong kosong." Wanita itu berteriak kepada Theo. "Aku tidak tahu di mana kamu mendengar nama itu, tetapi Asosiasi Persatuan Penyihir berada di Wilayah Angin Laut di Wilayah Timur. Kamu pikir kami akan mempercayaimu hanya karena kamu menyebutkan nama asosiasi itu?" Wanita itu mengeluarkan sebuah belati dari pinggangnya. Theo memperhatikan bahwa itu adalah belati yang ia gunakan sebelum dirinya pingsan. "Aku akan memberi kamu satu kesempatan terakhir. Jangan menguji kesabaranku!"     

"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya!" Theo berkata sambil menahan teriakannya saat ia ingin berteriak tetapi ia tidak berani, "Para penyihir bermaksud pergi ke Pegunungan Tak Terjangkau untuk mencari keberadaan Gunung Suci. Mereka tidak hanya menemukan Gunung Suci tetapi juga telah menetap di Kota Perbatasan. Siksaan Iblis juga bisa dihilangkan dan karena itu, mereka ingin menyelamatkan lebih banyak penyihir. Aku bersumpah aku tidak berbohong! "     

"Mengapa mereka mengutus kamu?"     

"Itu karena aku pernah membantu mereka sebelumnya. Seorang anggota asosiasi dikepung oleh Pasukan Penghakiman, dan aku membantu penyihir itu untuk mengalihkan perhatian para prajurit. Guru mereka bernama Cara. Wendy dan Gulir yang memintaku untuk datang ke kota ini!"     

Wanita bertopeng itu terdiam sesaat setelah mendengarkan pejelasan Theo, kemudian ia meletakkan belati itu kembali ke pinggangnya dan berjalan di belakang Theo. Theo mendengar suara dua orang yang sedang berbisik di belakangnya.     

"Dasar amatir," pikir Theo, "Kedua wanita ini cukup cerdik dalam urusan penyergapan, tetapi proses interogasi ini benar-benar amatir."     

Dalam proses interogasi ini hanya terdapat satu kesempatan untuk memilih. Jika tidak ada jawaban yang memuaskan, tidak ada informasi apa pun yang bisa diberikan kepada si penanya. Membunuh atau tidak membunuh? Jika si penanya membunuh korbannya, kemungkinan mendapatkan informasi akan hilang. Jika korbannya tidak dibunuh, itu artinya gagal mendapatkan informasi. Hal itu akan merusak kebanggan si penanya, dan efektivitas ancaman berikutnya terhadap korban juga akan berkurang.     

Jika Theo yang menginterogasi seseorang, ia pasti akan mulai dengan siksaan jari-jari. Satu jari akan dipotong untuk setiap kebohongan yang diucapkan, jadi jika ada kesalahan, tidak akan menjadi masalah. Ancaman akan dengan cepat menghancurkan tembok pertahanan korbannya. Akan sulit untuk melakukan uji coba seperti itu bagi mereka yang belum dilatih secara profesional.     

Wanita yang lain merasa ragu begitu melihat Theo yang berakting ketakutan. Theo langsung mengetahui bahwa mereka tidak bisa mengidentifikasi apakah ia sedang berbohong atau tidak.     

Informasi mengenai Cara, Gunung Suci, dan Asosiasi Persatuan Penyihir semuanya adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan, yang akan semakin memperkuat posisi Theo.     

Setelah beberapa saat, wanita bertopeng itu muncul di hadapan Theo. "Kapan mereka pergi ke Wilayah Barat?"     

"Dua atau tiga bulan yang lalu sebelum Bulan Iblis dimulai. Setelah musim dingin, mereka kembali ke kota dan mengumumkan bahwa mereka telah menemukan Gunung Suci."     

"Ada berapa orang … dari mereka?"     

"Mungkin sekitar empat puluh orang? Aku tidak begitu yakin, kecuali Cara, para penyihir lainnya jarang muncul." Theo memutuskan untuk menambahkan sedikit keahliannya dalam bernegosiasi. Si Penyihir Ular, yang bernama Cara, apakah kalian pernah mendengar tentangnya? Kemampuan Cara adalah memanggil Ular Sihir, dan satu jenis ularnya bernama "Ketiadaan". Ular ini dapat menghilangkan racun dengan cepat. Aku telah melihatnya sendiri dan itu sangat ajaib."     

"Kamu tidak takut dengan para penyihir?" Wanita itu terdengar sedikit heran.     

"Kenapa aku harus takut? Para penyihir di Asosiasi Persatuan Penyihir semuanya sangat … cantik! Mereka bukan binatang iblis dengan taring dan cakar seperti yang dikatakan orang dan mereka tidak menyakiti orang biasa. Jika aku takut kepada para penyihir, aku tidak akan membantu mereka menyebarkan berita sampai sejauh ini."     

"Jika kami ingin pergi ke Kota Perbatasan, bagaimana cara kami menghubungi mereka?"     

"Salah satu dari para penyihir itu dapat merasakan kekuatan sihir milik penyihir lain, kemudian mereka akan menemukan penyihir mana pun begitu kalian sampai di sana."     

"Bayang, bagaimana menurutmu?" Wanita bertopeng itu menoleh kepada wanita yang satu lagi.     

"Aku tidak tahu," kata penyihir yang bernama Bayang, "Mari kita tunggu ketua kita kembali dan membuat keputusan. Ketua pasti tahu apa yang harus dilakukan."     

"… Baiklah." wanita itu mengangguk. Wanita itu mengambil kursi yang agak bersih dan duduk di depan Theo.     

"Siapa nama ketua mu?"     

"Ia bernama "Si Pemandu". Sikap wanita bertopeng itu melunak dibandingkan sebelumnya, dan mungkin karena Theo mengatakan bahwa ia tidak takut kepada penyihir. "Ketua akan membawa kita keluar dari sini."     

"Kalian mau pergi? Kemana kalian akan pergi?"     

Wanita itu menggelengkan kepalanya dan tidak menjawab pertanyaan Theo.     

"Kamu bukan penyihir dari Kota Perak, bukan?" Theo melanjutkan, "Aksenmu tidak terdengar seperti orang-orang dari Kota Raja. Kota Perak juga dekat dengan Kota Raja, sehingga orang-orang meniru aksen dari Kota Raja."     

Wanita itu merasa ragu sejenak kemudian berkata, "Aku … berasal dari Wilayah Selatan."     

"Para penyihir dari seluruh kerajaan telah berkumpul di sini dan akan segera dipimpin oleh "Si Pemandu" untuk pergi ke tempat lain …" Theo berpikir dalam hati, "Aku yakin bahwa ini adalah organisasi penyihir, dan mereka merekrut para penyihir lain, sama seperti Asosiasi Persatuan Penyihir. Tetapi, ke mana mereka hendak pergi?"     

Saat itulah terdengar langkah kaki datang dari luar gudang.     

"Ketua sudah kembali!" Si Bayang berseru ketika pintu kayunya berderit dan terbuka. Theo menahan napasnya diam-diam.     

"Apakah ini orang yang menyebarkan berita itu dengan diam-diam?" Suara wanita yang baru datang itu terdengar dewasa dan tegas. "Informasi apa yang kamu dapatkan dari hasil interogasi kalian?"     

"Sepertinya pria ini telah mengatakan yang sebenarnya." Si wanita bertopeng mengulangi perkataan Theo dan menyatakan pendapatnya, "Tidak mungkin pria ini mengetahui dengan jelas jika ia tidak memiliki hubungan dengan Asosiasi Persatuan Penyihir."     

"Yah, itu benar." Wanita itu berjalan ke arah Theo dan berdiri di depannya. Berbeda dengan si wanita bertopeng, wanita ini tidak menutupi wajahnya. Rambut panjangnya yang berwarna hitam tergerai hampir ke pinggang dan ia terlihat berusia sekitar dua puluh lima atau dua puluh enam tahun. Bagian yang paling menarik dari wanita ini adalah matanya. Theo melihat bahwa pupil matanya berwarna emas, dan matanya yang seperti bintang dapat terlihat dengan jelas sehingga bila wanita ini berdiri dalam gelap, matanya akan tetap bercahaya.     

Theo berpikir bahwa ia telah melihat banyak penyihir di sekitar Yang Mulia, tetapi penampilan wanita ini bisa dianggap sebagai salah satu yang terbaik. Ada bekas luka yang dalam di alis sampai ke pipinya. Bekas luka itu tidak merusak kecantikannya tetapi menambahkan kesan serius dan tegas pada penampilannya. Melihat wajah wanita ini, Theo merasa bahwa wanita ini mungkin adalah seorang prajurit.     

"Jika Asosiasi Persatuan Penyihir benar-benar menemukan Gunung Suci, mereka seharusnya tidak mengirim orang untuk menyebarkan pesan seperti itu." Wanita bermata emas itu menggelengkan kepalanya. "Rumor ini hanya akan menarik perhatian gereja. Jika mereka tidak meninggalkan Kota Perbatasan secepatnya, aku khawatir gereja sudah mengintai kita."     

"Lalu … apa yang harus kita lakukan?" Si Bayang bertanya.     

"Kapal akan tiba pada tengah malam. Akan ada penyihir lain di atas kapal, jadi kamu harus pergi," kata wanita bermata emas tanpa ragu. "Aku akan mengantarmu ke kapal." Mengenai Asosiasi Persatuan Penyihir … " wanita berambut hitam dan bermata emas itu memandang kepada Theo yang diikat ke kursi dan berkata," Tolong bantu aku untuk mengirimkan pesan kepada Tilly. Katakan kepada Tilly bahwa aku akan ke sana beberapa hari lagi. Mungkin aku akan membawa lebih banyak teman."     

"Apakah kamu akan pergi ke Kota Perbatasan bersama pria ini?" Si Bayang berkata dengan kaget, "Bagaimana jika itu sebuah jebakan …."     

"Kalau itu adalah jebakan, maka pria ini akan mendatangkan kematian bagi dirinya sendiri." sahut wanita bermata emas itu sambil tersenyum, ucapannya terdengar mantap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.