Bebaskan Penyihir Itu

Kejutan yang Tidak Diduga



Kejutan yang Tidak Diduga

0May tidak pernah menyangka bahwa pada saat ia akan berangkat ke Kota Perbatasan lagi, dan hatinya akan berbunga-bunga penuh harapan.     
0

Pepohonan di sepanjang Sungai Air Merah mulai berubah warna menjadi kuning dan angin yang bertiup meniupkan hawa dingin. Aliran air di Sungai Air Merah berkilauan di bawah, dan May dapat melihat dedaunan yang jatuh berguguran ke atas rel kereta.     

Pemandangan musim gugur di sekitar May tampak seolah-olah keluar dari sebuah lembaran puisi atau dari sebuah lukisan yang indah.     

"Nona May." Terdengar suara penuh kekaguman dari belakang May. "Drama yang Anda mainkan, yang berjudul 'Buku harian penyihir', apakah naskahnya benar-benar ditulis secara langsung oleh Yang Mulia khusus untuk Anda?"     

Ketika May berbalik, ia melihat sekelompok aktris berkumpul di belakangnya, dan di depan mereka berdiri seorang wanita yang memandang dirinya dengan gugup. May ingat bahwa nama wanita itu adalah 'Si Burung Layang'.     

"Ahaha, maafkan aku." Irene melambaikan tangan kepada May dari haluan kapal sambil tertawa. "Aku tidak bisa menjawab pertanyaan mereka, jadi aku menyuruh mereka bertanya padamu."     

"Dasar bodoh …" pikir May sambil memutar kedua bola matanya. Di masa lalu, May pasti akan menjawab pertanyaan mereka dengan nada mencibir. Tetapi setelah bergaul lebih banyak dengan Irene, May menjadi orang yang lebih sabar. May berkata, "Yang Mulia tidak menulis naskah itu khusus untukku. Menteri Pendidikan yang bernama Lady Gulir yang menulis naskahnya untuk para penyihir."     

"Uh, begitukah?" kata Si Burung Layang sambil mengerjapkan matanya. "Kami pikir rumor itu benar ketika melihat Anda bersitegang dengan Bella tempo hari."     

"'Yang Mulia menulis naskahnya sendiri' dan 'Yang Mulia menulis naskahnya secara pribadi untukku', kedua kalimat ini sangat berbeda artinya, tetapi mereka masih bisa meributkan kalimat yang pertama dengan kalimat yang kedua," pikir May. "Yang Mulia menyetujui naskah ini dan juga pertunjukan yang ditampilkan di Teater Benteng Longsong, jadi mengejek naskah itu juga berarti mengejek Yang Mulia. Jadi, aku tidak berbohong kepada Si Burung Layang."     

"Apakah kamu sudah bertemu dengan Yang Mulia?"     

"Aku dengar Yang Mulia memiliki rambut panjang berwarna abu-abu yang sangat khas dan juga sangat tampan, apakah rumor itu benar?"     

"Aku juga dengar kalau Yang Mulia adalah seorang yang romantis dan ia memiliki banyak kekasih!"     

"Uh, benarkah itu?"     

"…" Melihat sekelompok gadis-gadis yang ceria ini, May langsung mengerutkan keningnya. Sialan! May seharusnya tidak meladeni semua pertanyaan mereka ini.     

"Sudahlah, berhentilah mengganggu Nona May." kata Rosia sambil menyuruh mereka semua pergi dan menatap May dengan pandangan meminta maaf.     

"Tidak apa-apa." sahut May sambil mengangkat bahu dan kembali menikmati pemandangan di sepanjang pantai. "Lagi pula hanya aku yang bisa menjawab semua pertanyaan mereka."     

"Aku … tidak mengerti." kata Rosia sambil menggaruk kepalanya. "Mengapa kamu mengajak gadis-gadis itu ke Kota Perbatasan? Dari tiga puluh lima orang aktris, hanya dua dari mereka yang sebelumnya pernah tampil di panggung, sementara dua puluh enam dari mereka bahkan belum menyelesaikan pelajaran di kelas drama. Biasanya kamu akan berkata: mereka ibarat telur yang belum menetas jika dibandingkan dengan anak ayam. Bahkan jika persyaratan yang diberikan Yang Mulia untuk pertunjukan drama ini tidak terlalu tinggi, aku khawatir mereka masih belum bisa melakukan pementasan. Jika kamu mengajak mereka hanya demi membalas dendam kepada Bella, kamu seharusnya mengajak beberapa aktris pendukung yang lebih berpengalaman."     

"Aku tidak berniat untuk mengizinkan mereka semua tampil di panggung."     

"Hah?" Rosia terkejut mendengar perkataan May.     

"Mereka semua bisa membaca naskah, bukan?" kata May sambil tersenyum. "Meskipun mereka masih belum siap untuk tampil di atas panggung, setidaknya mereka bisa membaca dan menulis. Apakah kamu tidak menyadari bahwa gadis-gadis yang bisa membaca dan menulis ini persis dengan persyaratan pekerja yang dibutuhkan Yang Mulia?" May berhenti sejenak. "Apakah kamu pikir Yang Mulia meminta kami untuk tampil di Kota Perbatasan karena ia sangat menyukai drama?"     

"Itu …."     

"Jika yang meminta kita tampil adalah Tuan Petrov, maka jawabannya sudah pasti karena Tuan Petrov sangat menyukai drama. Sebelum Tuan Petrov mengelola Benteng Longsong, ia biasa datang ke teater setiap minggunya. Tetapi Yang Mulia Roland, kecuali jika ada pertunjukan drama baru, ia tidak pernah muncul di alun-alun kota, jadi alasan Yang Mulia mempromosikan drama bukan karena ia menyukai drama tetapi untuk menyampaikan pemikiran Yang Mulia kepada rakyatnya dengan menunjukkan pertunjukan drama ini." May melanjutkan, "Dibandingkan dengan pertunjukkan drama yang pertama, yang bercerita tentang penindasan terhadap penyihir dan menunjukkan bahwa penyihir bukan orang jahat, drama baru yang berjudul 'Fajar Merekah' dan 'Kota yang Baru' bertujuan untuk merekrut orang datang ke kota dan berisi tawaran untuk menjadi kaya melalui kerja keras di Kota Perbatasan. Aku hanya menuruti keinginan Yang Mulia dan melakukan apa pun yang aku bisa untuk membantu Yang Mulia."     

"Jadi begitu. Aku tidak pernah memikirkan sejauh itu …" kata Rosia.     

"Untuk memahami naskahnya, selain harus menempatkan dirimu sebagai tokohnya, kamu juga harus merenungkan dan menyadari apa karakter yang ingin kamu tonjolkan sebenarnya. Ini juga merupakan kualitas yang harus dimiliki oleh seorang aktris yang baik.     

"Baik, terima kasih atas bimbinganmu!" jawab Rosia sambil membungkuk kepada May.     

"Percayalah padaku." kata May sambil tersenyum. "Jika kamu tidak ingin tampil di pentas lagi, kamu masih dapat menemukan pekerjaan yang cukup bagus di Kota Perbatasan. Kamu bahkan dapat bekerja di Balai Kota dan menjadi pegawai administrasi. Lagi pula, Yang Mulia tidak mementingkan status atau latar belakang keluargamu. Bekerja sebagai pegawai administrasi jauh lebih mudah dilakukan daripada menjadi seorang pemain drama."     

…     

Ketika kapal itu tiba di Kota Perbatasan, May langsung melihat Ferlin Eltek yang sedang berdiri di dermaga.     

Sudah jelas, Ferlin berada di sini untuk menjemput Irene.     

May menghela nafas ketika ia melihat Irene berlari mendapatkan Ferlin dan memeluk pria tampan itu.     

"Bukankah pria itu adalah si Kesatria Cahaya Pagi, yang bernama Ferlin Eltek?"     

"Jadi Ferlin Eltek tidak diasingkan oleh Yang Mulia."     

"Ferlin Eltek adalah Kesatria nomor satu di Wilayah Barat, sungguh beruntung." kata Si Burung Layang sambil mengagumi Ferlin. "Kupikir Ferlin akan jatuh cinta kepada May si Bintang Panggung …."     

"Hentikan omong kosong kalian." Semua orang berhenti bergosip setelah mendengar May berkata demikian. "Cepat ambil barang bawaan kalian dan turun dari kapal. Gait dan Rosia akan mengantar kalian ke Balai Kota dan mendaftarkan diri kalian. Semua urusan kalian yang lain juga akan diatur oleh mereka berdua."     

"Baik," jawab gadis-gadis itu dengan hormat.     

Ketika May turun ke dermaga, Ferlin, yang masih memeluk Irene, mendekati May dan berkata, "Nona May, Irene baru saja memberitahuku tentang perselisihan yang terjadi di teater tempo hari. Terima kasih karena telah menjaga Irene untukku."     

"Tidak perlu berterima kasih padaku," jawab May, "Mereka sebenarnya ingin menyerangku dengan cara menyinggung perasaan Irene."     

"Meski begitu, aku tetap harus berterima kasih kepadamu." kata Ferlin sambil tertawa. "Jika bukan karena Anda, Irene pasti sudah menangis saat itu."     

Ketika Ferlin dan Irene berlalu, May mengerucutkan bibirnya, ia menenteng kopernya sendiri, dan berjalan menuju komplek perumahan.     

Meskipun May sudah menyerah untuk mendapatkan Ferlin Eltek, tetapi melihat kebersamaan mereka berdua masih membuat May agak sedih. Selain itu, Carter Lannis juga tidak muncul di dermaga untuk menjemputnya, meskipun pria itu telah berjanji dalam suratnya bahwa ia akan memberi kejutan kepada May.     

Yah, bagaimanapun, Carter Lannis memiliki posisi yang penting untuk melindungi Yang Mulia. Carter tidak akan bisa berada di mana-mana dengan bebas seperti Ferlin Eltek, bukan?     

Setelah tiba di rumah, May meletakkan barang bawaannya dan merasa rileks, itu sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. May menghela nafas dan berjalan ke lemari untuk mengambil White Liquor. Tepat ketika May hendak menuangkan minuman untuk dirinya sendiri, ia mendengar seseorang mengetuk pintunya.     

Di pintu, Carter Lannis berdiri di hadapan May.     

"Aku tidak menyangka kamu akan tiba satu jam lebih awal." kata Carter sambil menyeka keringat di keningnya. "Aku langsung datang ke sini dari barak pasukan ketika aku mendengar kabar bahwa kapal dari Benteng Longsong telah tiba."     

Anehnya, meskipun Carter tidak menjemput May di dermaga untuk mengantarnya pulang, suasana hati May langsung membaik setelah melihat Carter. "Apakah kamu mau minum?"     

"Tidak, terima kasih, aku sedang bertugas siang ini." jawab Carter sambil mengibaskan tangannya.     

"Baiklah." kata May sambil mengangguk. "Pekerjaan Yang Mulia tentu lebih penting."     

"Aku ingin memberimu sebuah hadiah." Carter mengeluarkan sebuah kotak kayu berwarna putih dari sakunya dan menyerahkan kotak itu kepada May.     

"Apakah ini produk terbaru dari pasar serba ada?" May bertanya dengan penasaran ketika ia mengambil kotak itu. Ketika May membuka kotak putih itu, ia melihat sebuah cincin berwarna kuning-oranye. Di atas cincin ada batu permata transparan, yang memantulkan cahaya berwarna-warni di bawah sinar matahari musim gugur yang bersinar melalui jendela.     

Sudah jelas, cincin itu pasti sangat mahal, ini adalah sesuatu yang tidak mungkin dijual di pasar serba ada. Dan ketika seorang bangsawan menghadiahkan sebuah cincin kepada seorang wanita, itu berarti … May terkesiap dan langsung menutup mulutnya.     

"Nona May, maukah kamu menikah denganku?" tanya Carter sambil menatap May sungguh-sungguh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.