Bebaskan Penyihir Itu

Musim Dingin di Fjords



Musim Dingin di Fjords

0Di lautan Fjords, di Pulau Tidur.     
0

Cakrawala berubah menjadi warna kuning pucat saat bangunan terakhir gedung tinggi akhirnya selesai dibangun. Meskipun matahari terbenam tidak terlihat, orang masih bisa melihat seberkas cahaya keemasan terpantul di permukaan laut oleh cahaya matahari terbenam yang menembus awan. Hembusan angin dingin yang menerpa ke wajah seseorang menyatakan bahwa sekarang bukan lagi musim gugur.     

"Selesai sudah." Lotus menarik syal di lehernya sampai ke telinganya sampai seluruh kepalanya diselimuti syal hangat itu. "Ini akan menjadi rumah baru kita begitu perabot dan tempat tidur dipindahkan ke sini."     

"Fantastis!" kata Durat Kimshoe sambil bertepuk tangan. "Banyak sekali rumah yang dibangun hanya dalam waktu setengah bulan. Kupikir Lady Tilly hanya membual ketika ia mengatakan ingin membangun rumah bagi kita."     

"Lady Tilly tidak berbohong," tambah si Angin Sepoi.     

"Lady Tilly memang tidak berbohong," Durat mengelus dagunya yang berlipat dan berkata. "Kalau begitu, aku jadi semakin yakin untuk memindahkan wargaku ke sini. Oh, apa ini?"     

Pedagang dari Teluk Bulan Sabit itu memperhatikan tembok pelindung berbentuk alur yang ada di rumah yang baru dibangun. Durat membungkuk, bahkan ia sampai menjulurkan kepalanya ke dalam lubang untuk melihat ke dalam.     

"Ini adalah sebuah alat penghangat yang aku pelajari di Wilayah Barat. Ini disebut tempat tidur batu bata yang bisa dipanaskan." kata Lotus menjelaskan. "Tempat ini terhubung ke dapur, dan ketika api mulai menyala di dapur, tempat tidur ini juga akan menjadi hangat. Tambahkan papan kayu ke dalamnya dan tutup dengan kain linen atau jerami, dan kamu dapat menggunakannya sebagai tempat duduk atau tempat tidur. Tempat ini akan terasa lebih nyaman daripada perabot biasa, terutama pada musim dingin seperti ini."     

"Desain yang sungguh menarik," kata Durat sambil melirik ke arah Lotus. "Jika aku ingin mempekerjakan kamu untuk jangka panjang, berapa biayanya?"     

"Apa … maksudmu?" tanya Lotus dengan heran.     

"Ikutlah bekerja denganku di Teluk Bulan Sabit. Masih ada beberapa daerah terlantar yang belum dikembangkan di wilayahku. Kemampuanmu akan sangat berguna di sana." kata Durat sambil menggosok-gosok tangannya. "Berapa banyak emas yang harus aku bayar ke Mantra Tidur agar Lady Tilly mengizinkan kamu untuk bekerja denganku?"     

"Maaf, aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkan …"     

"Hidupmu di sana akan jauh lebih baik daripada di sini," Durat menyela ucapan Lotus dengan cepat. "Kamu bisa tinggal di tempat yang sama denganku, menikmati anggur berkualitas dan masakan lezat dari Empat Kerajaan setiap hari, dan memiliki pelayan yang menemanimu ke mana pun kamu pergi. Itulah kehidupan ideal yang diinginkan oleh banyak orang, dan aku akan memberikan semua kenyamanan itu untukmu selama kamu mau bekerja untukku. Selain itu, Lady Tilly mengatakan bahwa permintaan pelanggan harus dipenuhi, dan aku dapat membayar biaya rekrutmen untukmu tidak peduli seberapa mahal harganya."     

Lotus mengerutkan keningnya. Lotus tidak nyaman dengan sikap Durat yang seperti itu. Meskipun secara lisan, Durat mengatakan bahwa ia ingin mempekerjakan Lotus, ia lebih merasa seperti sedang dibeli. Baru saja Lotus hendak menjawab, si Angin Sepoi dengan lembut menarik tangannya. "Meskipun permintaan pelanggan harus dipenuhi, tidak berarti semua permintaan itu diterima. Ada beberapa hal yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh penyihir. Selain itu, semua pihak harus saling menyetujui sebelum perjanjian dibuat."     

"Maksudmu uang saja tidak cukup? Aku belum pernah melihat kesepakatan seperti ini," Durat bicara dengan nada tidak senang. "Apakah kamu mendirikan rumah di Pulau Tidur ini hanya untuk mengolok-olok kami?" Tidak ada orang yang akan percaya atau tertarik pada tempat ini jika kalian terus bersikap seperti ini."     

"Aku rasa tidak begitu," jawab seseorang dari belakang. "Hanya ada satu serikat penyihir yang menawarkan tempat seperti ini, apakah itu di Fjords atau di Empat Kerajaan. Jika kamu tidak mau, akan ada orang lain yang datang."     

"Siapa itu yang bicara?!" Durat menoleh dan ia langsung terperanjat. "T … Tuan Guntur!"     

"Aku juga ikut menyumbangkan beberapa gagasan ketika mendirikan Mantra Tidur. Sebelum kontrak ditandatangani, persetujuan dari karyawan juga harus dipertimbangkan untuk menghadapi kemungkinan risiko yang terkait dengan tugas. Mereka tidak boleh dipaksa pergi ke tempat yang tidak mereka inginkan," kata Tuan Guntur dengan suara tegas, lalu ia tertawa. "Apakah kamu keberatan dengan aturan ini?"     

"Tidak … aturan itu jelas masuk akal." Ekspresi di wajah Durat kembali normal. "Kalau begitu … aku masih akan merepotkanmu di masa depan, Nona Lotus."     

"Fiuh." Lotus memperhatikan ketika Durat dan rombongannya berangkat meninggalkan Pulau Tidur lalu ia menghela napas lega. "Terima kasih sudah menolongku."     

"Tidak masalah, kebetulan aku sedang lewat di sini." jawab Tuan Guntur sambil tertawa. "Mengapa kamu tidak ikut dengan Lady Tilly ke Wilayah Barat?"     

"Aku memang sudah ke sana, tetapi aku kembali lebih awal bersama Honey dan si Angin Sepoi, karena Pulau Tidur harus menyiapkan persediaan bahan makanan dan rumah untuk musim dingin ini." sahut Lotus menjelaskan. "Apakah anda sudah selesai mengirimkan ekspedisi?"     

"Hahaha, yah … itu adalah sebuah perjalanan yang luar biasa dan tidak terbayangkan." Mata Tuan Guntur berbinar-binar begitu ia menceritakan perjalanannya. "Ini pertama kalinya aku melihat permukaan laut yang berbeda terjadi pada saat yang bersamaan. Kapal kami seolah-olah sedang terbang. Kami tidak 'jatuh' ke laut ketika kami melaju melewati tebing yang terbentuk oleh ombak! Jika aku tidak melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, aku tidak akan percaya bahwa pemandangan aneh seperti itu ternyata sungguh ada."     

"Permukaan laut … yang berbeda?" gumam Lotus. "Bagaimana itu bisa terjadi? Air laut bukanlah tanah dan bebatuan. Bukankah air mengalir ke bawah?"     

"Hmm, aku menamakannya dengan nama garis laut, dan garis itu terletak di timur laut Pulau Bayangan. Ketika kami mencapai puncak tebing, garis laut itu tampak seperti garis panjang yang tidak bisa dilihat ujungnya dan laut tampaknya terbagi menjadi dua bagian yang berbeda." kata Tuan Guntur sambil menepuk dadanya dengan penuh semangat. "Aku tidak sabar untuk berpetualang lebih jauh lagi nanti!"     

Sudah pasti sebagai seorang penjelajah paling terkemuka di Fjords, hal pertama yang akan Tuan Guntur bicarakan sekembalinya dari petualangan pastilah mengenai perjalanannya itu, dan bukan tentang putrinya yang hidup jauh di Wilayah Barat. Lotus menggelengkan kepalanya dengan pasrah sambil terus mendengarkan Tuan Guntur bercerita.     

Sebelum langit menjadi gelap dan suhu di luar semakin dingin, Lotus sudah naik ke tempat tidur batu bata yang sudah dipanaskan. Ini adalah saat-saat yang paling santai dalam hidup Lotus. Selama lebih dari satu bulan, Lotus tidak hanya membangun sejumlah rumah baru, tetapi juga merenovasi rumah-rumah para penyihir lain yang sudah rusak. Saudari-saudari penyihir lain berkerumun ke tempat tidur batu bata panas dan mereka mengobrol tentang pengalaman Lotus di Kota Perbatasan, pertanyaan-pertanyaan dari saudari-saudarinya ini - sebagian dari mereka bertanya karena rasa penasaran dan juga iri, membuat Lotus tidak dapat tidur sampai tengah malam.     

Topik pembicaraan kali ini beralih ke Jamur Paruh Burung.     

Saudari-saudari penyihir lain mulai meneteskan air liur mereka ketika Lotus menceritakan bagaimana cara ia memasak jamur itu. Lotus mengoleskan mentega ke jamur dan membolak-balikan jamurnya beberapa kali, lalu ia akan memanggang jamurnya sampai kedua sisi jamur berwarna cokelat keemasan, dan akhirnya taburkan sedikit garam di atas jamurnya untuk membuat hidangan itu semakin lezat.     

"Mmm … aku merasa seolah-olah sedang makan jamur itu," seru si Bayang. "Setelah makan dendeng ikan kering di kapal selama satu bulan, mulutku terasa asin dan bau amis."     

"Kedengarannya menyenangkan sekali," Molly menyela cerita Lotus. "Kalau saja aku yang diundang ke sana oleh kakak Lady Tilly."     

"Hei, ada hal-hal luar biasa lagi yang belum pernah kamu dengar." seseorang terkikik. "Di kamar mandi Kota Perbatasan, airnya langsung keluar dari dinding, dan sabun wanginya membuat seluruh tubuhmu wangi setelah mandi."     

"Benarkah ada hal-hal yang menakjubkan seperti itu?" Si Bayang bertanya dengan penasaran.     

"Tentu saja ada, aku bahkan membawa satu sabun wangi ke sini." jawab Lotus dengan bangga. "Tetapi kini sabun itu sudah habis terpakai olehku."     

"Jangan bicarakan itu lagi. Biar mereka mengalaminya sendiri. Aku akan pergi mengikuti Lady Tilly ke Wilayah Barat kemudian aku akan segera membawa gadis-gadis ini kembali ke sini. Aku tidak bisa menikmati apa pun di sini!" si Angin Sepoi meratap.     

Ketika Lotus mendengarkan pembicaraan para penyihir yang sedang mengobrol itu, tiba-tiba ia terpikir sesuatu.     

Jika Yang Mulia Roland Wimbledon yang ingin mempekerjakan Lotus untuk jangka panjang, apakah ia akan menyetujui permintaan Yang Mulia?     

Setelah merenung sebentar, Lotus menyadari bahwa ia tidak akan bisa menolak jika itu memang permintaan Yang Mulia Roland.     

Memalukan sekali!     

Lotus menyelipkan dirinya ke dalam selimut dan melirik ke kiri dan kanan. Untungnya, lampu sudah padam, jika tidak seseorang mungkin akan menyadari apa yang sedang dipikirkan oleh Lotus.     

Namun, kapan Lady Tilly akan menerima ajakan dari Yang Mulia Roland untuk tinggal di Kota Perbatasan?     

Akan lebih bagus jika mereka semua bisa tetap bersama selamanya. Lotus memegang selimutnya erat-erat di lengannya. Jika Lady Tilly menerima ajakan Yang Mulia Roland, itu akan baik bagi Lotus dan para penyihir lainnya, karena mereka semua bisa hidup bahagia di Kota Perbatasan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.