Bebaskan Penyihir Itu

Menyelesaikan Pertempuran Yang Tertunda



Menyelesaikan Pertempuran Yang Tertunda

0Nightingale dan kawan-kawannya telah berada di Bukit Naga Tumbang selama satu minggu ketika Kilat akhirnya mendeteksi keberadaan pleton di gerbang utara Bukit Naga Tumbang.     
0

Seperti yang sudah Nightingale duga, pasukan gereja itu terdiri dari dua puluh lima prajurit Pasukan Penghakiman yang mengenakan baju zirah dan bersenjata lengkap, mereka mengendarai kuda jantan di barisan terdepan pleton. Dan ada sekitar seratus orang tentara bayaran dan jemaat gereja yang berjalan di belakang barisan Pasukan Penghakiman.     

Di antara barisan pasukan itu, ada dua kereta kuda. Nightingale memperkirakan Saint ada di salah satu kereta kuda itu.     

Kelima penyihir itu diam-diam mengikuti pleton gereja selagi mereka menuju ke Kota Air Merah.     

Menurut rencana, Nightingale dan kawan-kawan akan memulai serangan ketika pleton itu keluar dari area pemantauan, dengan begitu pleton gereja tidak akan bisa meminta bala bantuan dengan cepat.     

Nightingale diam-diam mengawasi salah satu kereta kuda musuh dari dalam Kabut dan samar-samar ia melihat ada cahaya berwarna perak yang terpancar melalui siluet kereta itu.     

Jika Nightingale bertindak sendiri, ia mungkin bisa membunuh Saint, tetapi itu tidak menjamin bahwa ia bisa membunuh satu pleton musuh. Tetapi sekarang, dengan bantuan para penyihir dari Pulau Tidur, besar kemungkinan mereka dapat mengalahkan pasukan musuh.     

Setelah satu pleton ini dilenyapkan, Hermes tidak akan mengetahui apa-apa, setidaknya berita mengenai hilangnya pasukan ini baru akan diketahui sampai musim semi tahun depan. Dan pada saat itu akan sangat sulit bagi gereja untuk menyelidiki apa yang telah terjadi pada pasukan itu.     

Sesungguhnya Nightingale tidak suka membunuh seseorang, tetapi kali ini ia harus melakukannya.     

Ini akan membantu meringankan beban Yang Mulia untuk melenyapkan salah satu musuh dan membantu mempertahankan Gunung Suci para penyihir di Kota Perbatasan.     

Nightingale tidak akan menyesali keputusannya ini.     

Ketika pasukan utusan delegasi gereja memasuki hutan, Nightingale melihat ada bayangan gelap yang mendekat ke arah pasukan itu.     

Bayangan hitam itu adalah Maggie. Maggie melipat sayapnya dan menukik ke bawah sambil meraung. Kuda-kuda tiba-tiba melonjak ketakutan dan berlarian ke sana kemari. Semua orang terkejut, mereka tercengang dan hanya menyaksikan kejadian itu dengan mata terbelalak.     

Tetapi burung raksasa itu tidak menyerbu kerumunan untuk menggigit dan menginjak mereka seperti yang mereka duga. Sebaliknya, burung raksasa itu hanya mengembangkan sayapnya tepat di atas kepala mereka dan terbang dekat ke tanah, sambil menciptakan angin badai di belakangnya. Angin kencang membuat pasukan musuh sulit membuka mata. Tiba-tiba, seseorang melompat dari punggung burung raksasa itu dan mendarat di tanah.     

"Musuh menyerang!" teriak para prajurit Pasukan Penghakiman.     

Mendengar teriakan ini, para prajurit mulai fokus dari kekagetan mereka, mereka mengeluarkan senjata dan menyerang musuh yang tidak dikenal yang berada di tengah-tengah pleton itu.     

Pandangan Nightingale dipenuhi dengan garis-garis berwarna hitam dan putih. Para prajurit yang mengenakan Liontin Penghukuman Tuhan sepenuhnya diselubungi dengan bayangan hitam yang bisa melindungi mereka dari serangan penyihir biasa, tetapi mereka tidak akan bisa lolos dari serangan Ashes si Penyihir Luar Biasa.     

Ashes menebas semua prajurit yang berada di dekatnya menjadi dua bagian dari pinggang mereka, seperti sedang menuai gandum. Semua orang yang ada di sekeliling Ashes langsung tewas seketika. Ashes menggunakan pedang besi biasa dan tidak menggunakan pedang raksasa miliknya yang biasa, agar Maggie bisa membawa Andrea juga selain dirinya sendiri. Pedang besi Ashes dengan cepat menjadi retak dan patah selama pertarungan. Ashes mengambil senjata-senjata yang dijatuhkan musuh, tombak, tongkat, juga palu besi atau pedang pendek. Apa pun yang dipegang Ashes menjadi sebuah senjata yang mematikan.     

Darah memercik ke segala arah dan tubuh-tubuh manusia terkoyak-koyak. Di tengah-tengah pasukan musuh itu, Ashes menebas mereka semua sendirian.     

Di bagian belakang pleton itu, para tentara bayaran tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu rekan-rekan mereka karena mereka sendiri sedang menghadapi kesulitan.     

Andrea menerobos hutan seperti seorang peri. Andrea melompat melewati ranting-ranting dan batang pohon untuk berkamuflase dan menembakkan anak panah setiap kali ia mengubah posisinya. Setiap anak panah Andrea akan mengenai musuh tepat di kening mereka dan setiap tembakannya bisa langsung membunuh musuh-musuhnya dalam sekejap.     

Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, seluruh pleton itu sudah kacau balau. Jeritan, teriakan, dan suara bising berkumandang di seluruh hutan.     

Nightingale segera bergabung dalam pertempuran. Nightingale berlari di dalam kabutnya, ia mengunci targetnya, yang merupakan satu-satunya target dalam pertarungan ini. Kereta kuda musuh ditarik oleh kuda-kuda yang berlari ketakutan. Kereta kudanya terus melaju jauh meninggalkan pleton sebelum akhirnya kuda-kudanya mulai tenang, tetapi kereta kuda itu tidak kembali ke pleton. Sebaliknya, kereta kuda itu meninggalkan jalanan utama dan bersembunyi ke dalam hutan ke dua arah yang berbeda.     

Tampaknya Saint sudah menyadari bahwa di antara musuh-musuhnya ada seorang lawan yang tangguh, yaitu seorang Penyihir Luar Biasa. Bagi para penyihir, Penyihir Luar Biasa dianggap sebagai penyihir yang tidak terkalahkan.     

Sayangnya, kali ini Saint tidak akan lolos dari cengkeraman Nightingale.     

Nightingale sudah melihat posisi Saint sebelumnya. Yang ada di kereta kuda yang satu lagi kemungkinan besar berisi seorang Pendeta atau Imam Besar.     

Nightingale menyerahkan kereta kuda yang satunya kepada Kilat dan Maggie.     

Meskipun kereta kuda Saint terguncang-guncang dengan keras di jalanan yang bergelombang di hutan, kusir kereta terus memacu kuda-kudanya, sepertinya ia didesak oleh seseorang untuk mempercepat laju keretanya.     

Nightingale mendekati kereta kuda Saint. Agar setiap tembakannya bisa mengenai sasaran dengan efektif, Nightingale baru bisa menembak ketika ia berjarak kurang dari sepuluh meter di belakang targetnya. Nightingale membidik ke arah empat Pasukan Penghakiman dan juga membidik kusir kereta lalu ia menekan pelatuk revolvernya untuk membunuh mereka satu per satu. Pasukan Penghakiman segera berpencar setelah mendengar letusan revolver, tetapi jarak mereka masih sangat dekat dari Nightingale meski ia berada di dalam Kabut. Ditambah lagi, baju zirah mereka tidak banyak melindungi mereka ketika berhadapan dengan peluru revolver berkaliber besar. Peluru itu menjadi lebih berbahaya bagi tubuh manusia setelah menembus baju besi yang sudah retak dan cacat.     

Setelah menyingkirkan keempat Prajurit Penghakiman itu, Nightingale mengarahkan pistolnya ke kuda-kuda yang menarik kereta kuda musuh.     

Ketika kedua kuda itu roboh ke tanah, kereta kayu yang rapuh itu langsung terlepas dan terlempar ke depan. Kemudian keretanya menabrak batang pohon dan hancur berkeping-keping.     

Melalui serpihan-serpihan kayu yang beterbangan ke sana kemari, seseorang yang diselubungi cahaya berwarna perak nampak berguling keluar dari kereta. Nightingale membidik dan menembak sasarannya tanpa ragu, tetapi cahaya perak yang terbentuk dari kekuatan sihir itu tampaknya memiliki 'kesadaran' dan cahaya itu memblokir serangan peluru Nightingale satu per satu.     

Nightingale berganti posisi untuk mengisi ulang pelurunya.     

"Pengkhianat!" teriak Saint dengan penuh kemarahan, ia langsung menyerbu ke tempat di mana Nightingale bersembunyi.     

Tetapi kali ini situasinya berbeda.     

Mereka tidak sedang bertarung di ruangan kecil lagi. Sekarang setiap langkah yang diambil Nightingale akan membuat Saint tertinggal sepuluh langkah lebih jauh dan jangkauan efektif revolver yang berjarak sekitar lima puluh meter menjadi jauh lebih besar daripada area yang bisa dijangkau Saint dengan cambuknya. Cambuk Perak Saint hampir tidak bisa mengenai Nightingale sementara peluru Nightingale bisa mengenai Saint kapan saja.     

Pada jarak ini, kemungkinan hanya satu atau dua dari lima tembakan yang bisa mengenai target, tetapi untungnya Nightingale masih punya cukup waktu untuk mengisi ulang pelurunya dan ia terus membidik dan menembaki Saint.     

Setelah Nightingale mengisi ulang pelurunya sebanyak lima kali, cahaya berwarna perak itu tampak meredup. Satu tembakan mengenai bahu kiri Saint dan satu tembakan lagi berhasil menembus perutnya. Saint tidak bisa berdiri lagi. Penyihir itu terhuyung-huyung beberapa langkah, kemudian roboh ke tanah.     

Nightingale tidak terburu-buru mendekati Saint. Nightingale kembali ke tempat di mana kereta itu hancur untuk mengambil Batu Pembalasan Tuhan sebelum ia berjalan mendekati Saint. Selama pertarungan, Nightingale terus berkeliaran di sekitar kereta itu agar dirinya lebih mudah mencari kereta itu setelah bertarung.     

Saat Nightingale tiba di samping Saint yang sudah berlumuran darah, Saint tiba-tiba mengulurkan tangan kanannya - satu-satunya anggota tubuh yang masih bisa ia gerakan - ke arah Nightingale dan menyadari bahwa cambuk peraknya ternyata tidak bisa menembus musuhnya seperti yang ia inginkan.     

"Dasar kau iblis terkutuk, Tuhan akan menghakimi perbuatanmu ini!" kata Saint sambil menggertakkan giginya, darah menyembur keluar dari mulutnya.     

Nightingale mengarahkan pistolnya ke dada Saint tanpa ekspresi dan menjawab, "Benarkah? Aku akan menunggu sampai hari itu tiba."     

Lalu Nightingale menekan pelatuknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.