Bebaskan Penyihir Itu

Cahaya Bintang yang Bersinar



Cahaya Bintang yang Bersinar

0Setelah makan malam berakhir, para penyihir berkumpul di kamar Lucia White.     
0

Lucia merasa sangat tersentuh oleh dorongan semangat dan penghiburan yang diberikan oleh saudari-saudarinya, ia bisa merasakan matanya dipenuhi dengan air mata. Lucia menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata, ia berharap dirinya jangan sampai menangis di depan mereka.     

"Jangan menangis. Tempo hari sudah cukup memalukan karena aku menangis di depan Nightingale, apalagi jika sekarang aku menangis di depan adikku sendiri. Aku harus memberikan contoh yang baik untuk Ring," pikir Lucia sambil memarahi dirinya sendiri.     

Dulu, Lucia mendengar tentang sebuah organisasi penyihir yang berada di kota ini sebelum ia dan adiknya naik perahu menuju Kota Perbatasan. Lucia tidak menyangka dirinya akan menjalani sebuah kehidupan yang baik di sini, awalnya ia hanya berharap untuk menemukan obat untuk menyembuhkan Wabah Iblis yang menyerang adiknya dan mencari tempat berlindung.     

Apa yang Lucia temukan di sini bukan hanya sekedar kehidupan yang nyaman, tetapi sekelompok orang yang memiliki banyak persamaan dengan dirinya, sehingga mereka semua bisa segera akrab menjadi satu keluarga. Lucia merasa seperti berada di rumah lagi untuk pertama kalinya sejak kematian orang tuanya yang tewas dalam serangan bajak laut.     

"Apakah kakakku benar-benar berada dalam bahaya?" tanya Ring sambil bersandar di lengan Lucia, "Seberapa menyakitkannya Siksaan Iblis itu?"     

"Rasa sakitnya tidak tertahankan, rasanya seperti tertusuk ribuan pisau dari dalam tubuhmu." jawab Nightingale sambil menyeringai. "Hanya ada beberapa penyihir yang bisa selamat dari proses ini. Mungkin hanya ada satu atau dua dari sepuluh penyihir yang bisa selamat pada Hari Kedewasaan mereka."     

Gadis kecil itu menggigil ketakutan.     

"Jangan menakuti Ring." kata Wendy sambil menatap Nightingale. "Itu yang kita ketahui saat masih di Asosiasi Persatuan Penyihir."     

"Yang perlu kamu lakukan sekarang adalah terus berlatih setiap hari dan melepaskan semua kekuatan sihirmu sebelum Hari Kebangkitan, maka kamu akan baik-baik saja," kata Gulir sambil tersenyum. "Aku dengar Anna bahkan tertidur ketika ia menginjak Hari Kedewasaannya."     

"Dan Kebangkitan Tertinggi pertama Anna juga muncul pada saat yang sama," kata Agatha sambil menguap. "Anna pasti akan menimbulkan kehebohan jika ia mengalami Kebangkitan Tertinggi empat ratus tahun yang lalu di Taquila, karena tidak pernah ada penyihir yang bisa mencapai Kebangkitan Tertinggi pada saat mereka tertidur."     

"Apa kamu baik-baik saja?" Yang Mulia menatap ke arah Agatha dan bertanya, "Meskipun pekerjaan itu penting, kamu tidak boleh memaksakan diri terlalu keras."     

"Pertempuran Besar Ketiga sudah semakin dekat. Jika aku tidak sibuk mempersiapkan diri dari sekarang …" kata Agatha sambil menutupi mulutnya yang menguap, "Kita bisa tertidur selamanya jika kita sampai gagal lagi kali ini."     

"Kali ini kita tidak akan gagal." sang pangeran meyakinkan Agatha.     

"Aku memutuskan untuk melakukan sedikit percobaan lagi karena aku merasa optimis tentang penemuanmu." kata Agatha memutar kedua bola matanya kepada Roland, "Kalau tidak, apa kamu pikir aku suka berada di laboratorium setiap hari?" Sambil mengucapkan itu, Agatha berbalik dan bergumam pada dirinya sendiri dengan pelan, "Aku tidak akan bisa menyalahkanmu meski kamu tidak memenuhi janjimu itu …."     

"Yah, kalian seharusnya tidak membahas cerita yang begitu berbobot pada saat ini." kata Wendy sambil menyela pembicaraan mereka, "Oh ya, bukankah Agatha menyebutkan sebelumnya bahwa masing-masing penyihir akan diberikan sebuah permintaan pada Hari Kebangkitan? Sekarang giliran Lucia. Apa ada hal yang kamu inginkan?" tanya Wendy kepada Lucia.     

"Uh … aku?" Lucia terkejut menyadari bahwa dirinya kini menjadi pusat perhatian para penyihir itu.     

"Mintalah roti es krim sebagai imbalannya, kak!" seru Ring dengan mata berbinar-binar, "Jika sepuluh orang dari mereka memberikan roti es krimnya untuk kita, masing-masing kita akan memiliki setengahnya!"     

"Anak ini … yang ia pikirkan hanyalah makanan," pikir Lucia sambil menepuk kening adiknya. Lalu Lucia melihat ke arah Roland. "Bolehkah aku menyimpan keinginanku untuk saat ini?"     

"Boleh saja." kata Roland sambil tersenyum, "Namun keinginan itu tidak akan bertambah jika kamu hanya menyimpannya."     

"Untuk kali ini saja," jawab Lucia. Tidak ada hal lain yang Lucia inginkan selain ia bisa tinggal di kota ini seterusnya. Yang Lucia inginkan hanyalah Ring bisa hidup bahagia. Adik Lucia bukan seorang penyihir, jadi suatu saat nanti Ring harus meninggalkan Lucia dan membangun keluarganya sendiri dengan seorang pria. Harapan Lucia ini mungkin bisa membantu Ring di masa depan nanti.     

Saat itulah Lucia merasa tubuhnya gemetar tiba-tiba dan kekuatan sihir seolah-olah muncul dan mengalir ke tubuhnya secara terus menerus.     

"Sudah dimulai." kata Nightingale.     

Meskipun saudari-saudari menyuruh Lucia untuk tidak khawatir, ia menggenggam selimutnya erat-erat, selagi rasa dingin menyapu telapak tangan dan telapak kakinya. Lucia merasakan ini sebagai sebuah sensasi menegangkan yang luar biasa.     

"Tenanglah," kata Wendy sambil menggenggam tangan Lucia. "Kekuatan sihir adalah bagian dari tubuh kita."     

"Apakah kita harus bicara tentang hal lain untuk mengalihkan perhatian Lucia dari rasa sakitnya?" Lucia mendengar seseorang bicara, itu mungkin suara Lily.     

"Apa yang harus kita bicarakan?" tanya si Bulan Misteri.     

"Bagaimana jika kita membahas hasil ujian yang kedua?" usul Lily. "Biasanya begitu topik ini diulas, ada orang yang akan segera mengubah topik pembicaraan dan mengalihkan perhatian, contohnya bagaimana dengan hasil ujian si Bulan Misteri …."     

"Jangan dibahas!" seru si Bulan Misteri.     

"Lihat, ia berhasil terpancing, bukan?" kata Lily.     

Lucia ingin tertawa tetapi ia menyadari bahwa ekspresi wajahnya sangat kaku dan ada rasa panas yang menyengat dari dalam tubuhnya. Pada saat yang sama, ada kontraksi yang tidak dapat diungkapkan dan Lucia merasa kekuatan sihirnya semakin meningkat seolah-olah ia menghisap segala sesuatu di sekelilingnya ke dalam tubuhnya.     

Apakah setiap penyihir mengalami hal ini juga pada Hari Kedewasaan mereka?     

"Berapa hasil ujian Lucia?" Lucia hanya bisa mendengar suara si Bulan Misteri sayup-sayup di kejauhan.     

"Nilai rata-rata Lucia adalah delapan puluh enam," jawab Pangeran Roland.     

"Ap … apa?!" seru penyihir-penyihir itu.     

"Itu nilai yang sangat tinggi!"     

"Kamu tahu, Lucia bahkan tidak mencoba menghentikan pembicaraan kita."     

"Kamu gagal, jadi sudah waktunya kamu dihukum!"     

"Menjauhlah dariku!"     

"Tunggu dulu… kalian berhentilah bertengkar, sepertinya ada yang tidak beres dengan Lucia."     

Lucia bisa mendengar percakapan antara si Bulan Misteri, Lily dan Nightingale, tetapi ia menyadari suara-suara para penyihir itu terdengar semakin jauh darinya. Lucia mengertakkan giginya dan ia mengangkat kepalanya untuk melihat para saudari-saudari yang ada di sekelilingnya. Lucia terkejut melihat keadaan di sekelilingnya sudah berubah total. Penampilan setiap orang menjadi kabur dan terlihat seperti bayangan kotak-kotak yang tidak terhitung banyaknya — beberapa ada yang besar, sebagian ada yang kecil dan masing-masing kotak memiliki warna yang berbeda-beda.     

Lucia ingin berteriak karena merasa takut, tetapi yang bisa ia dengar hanyalah suara desisan dalam napasnya.     

Kontraksi di tubuh Lucia semakin kuat dan mulai menyebabkan rasa sakit yang samar-samar. Lucia hanya bisa menahan napas dan ia melihat orang-orang di sekitarnya mulai terlihat panik dan sibuk.     

Persis seperti yang dikatakan Nightingale, rasa sakit pada Hari Kedewasaan jauh melebihi rasa sakit karena Hari Kebangkitan. Semakin gigih Lucia melawan rasa sakitnya, maka semakin kuat rasa sakitnya, rasanya seluruh tubuhnya seperti sedang dipotong-potong.     

Tiba-tiba, sebuah kekuatan sihir aneh merasuk ke dalam tubuhnya. Lucia bisa dengan jelas merasakan kekuatan sihir itu bukan miliknya. Rasanya seperti sebuah tabung dalam pusaran air ajaib.     

Lucia sudah tidak tahan lagi, tanpa sadar ia menyerah pada kekuatan yang luar biasa itu dan membiarkan pusaran arus kekuatan sihir itu membawanya. Seolah-olah Lucia akhirnya menemukan sesosok penyelamat, ia terus menyuntikkan kekuatan sihirnya ke dalam tabung itu untuk menahan rasa sakit di tubuhnya.     

Kontraksi aneh itu mereda setelah beberapa waktu. Kekuatan sihir itu tidak lagi terasa berputar-putar tetapi rasanya padat, ini adalah sebuah pengalaman yang baru pertama kali Lucia rasakan.     

Lucia mengerjapkan matanya dan ia merasa lega ketika menyadari bahwa penglihatannya kini telah normal kembali.     

Melihat Ring yang tampak ketakutan, Lucia menepuk kepala adiknya dengan lembut dan berkata dengan suara parau, "Semua sudah baik-baik saja sekarang."     

Saat itulah Lucia baru menyadari bahwa tubuhnya basah kuyup. Lucia bisa merasakan hawa dingin di punggungnya ketika ada angin dingin yang berhembus.     

"Tunggu dulu, bagaimana mungkin ada angin dingin yang berhembus di dalam ruangan ini, ruangan ini sudah menggunakan sistem pemanas, bukan?" pikir Lucia.     

Ketika Lucia memalingkan kepalanya, ia terkejut melihat sebuah lubang besar di dinding yang menghadap ke taman istana dan ada dua jendela yang hilang yang membuat udara dingin dari luar masuk ke dalam ruangan. Lucia bisa melihat langit malam dan cahaya-cahaya kecil di kota melalui lubang itu. Anna tampak sedang berdiri di depan lubang itu sambil menatap Lucia dengan tatapan khawatir. Pelat simbol Lambang Tuhan yang ada di tangan Anna tampak berkilauan.     

"Bentuk kekuatan sihir Lucia kini telah mengkristal," kata Nightingale.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.