Bebaskan Penyihir Itu

Masalah di Dunia Mimpi (Bagian II)



Masalah di Dunia Mimpi (Bagian II)

0"Mie kuah daging sapi untuk dua orang, makanan kalian sudah siap!" pemilik restoran itu meletakkan dua mangkuk di depan Roland dan Garcia dengan riang gembira. Pemilik restoran itu bahkan mengelap meja mereka sekali lagi. Rupanya, si pemilik restoran percaya bahwa kedatangan 'sang ahli bela diri' telah meramaikan kedainya yang sederhana, karena Garcia sendiri adalah seorang selebriti di apartemen ini.     
0

"Terima kasih. Bisakah kami memesan telur goreng juga?" Roland mengeluarkan dua set sumpit. "Dua telur goreng untuk kami berdua."     

"Baik, pesanan segera datang!"     

"Jika aku jadi kamu, aku tidak akan memilih tempat ini untuk sarapan dengan seorang wanita." kata Garcia sambil memutar kedua bola matanya. "Tidak heran kamu masih melajang."     

"Enak saja, itu fitnah!" pikir Roland. Jika saja Roland bukan seorang raja yang terhormat dan suka bersenang-senang dengan gadis-gadis penyihir, mereka pasti sudah lama mengajak Roland ….     

"Hm, Zero harus pergi ke sekolah nanti, dan aku harus membawakan sarapan untuknya. Jika terlalu jauh …."     

"Aku mengerti. Itu sebabnya aku mengatakan ini seharusnya tidak dianggap sebagai contoh." Garcia memotong ucapan Roland. Garcia membelah sumpitnya dan mencampurkan bawang hijau dan daging sapi. Segera mie kuah itu berubah warna merah menjadi kecoklatan yang menggugah selera. Pertama-tama Garcia meniup mie untuk mendinginkannya kemudian ia akan menyeruput mienya seolah-olah mie itu adalah pita yang panjang.     

Suara seruput itu membuat mulut Roland berair.     

"Wow." kata Roland. "Kamu tahu cara makan makanan cepat saji dengan cukup baik. Kupikir kamu tidak terbiasa dengan makanan jalanan semacam ini."     

"Itu hanya anggapanmu saja." sahut Garcia sambil mengangkat bahu. "Aku sudah berada di sini selama hampir 10 tahun dan aku telah mencoba setiap restoran di sekitar area ini. Aku hanya memilih restoran yang pemiliknya bersikap sopan. Ditambah lagi, aku tidak suka ditatap oleh orang asing sepanjang waktu selagi aku makan."     

Roland sekarang memperhatikan bahwa pelanggan di restoran tidak hanya melihat ke arah mereka dari waktu ke waktu, tetapi orang-orang yang lewat di luar juga memperhatikan mereka berdua. Rupanya, rambut abu-abu khas milik Garcia dan tubuh kencangnya menarik banyak perhatian orang.     

"Ups … aku lupa tentang hal itu."     

"Jadi, mari kita langsung ke intinya." Garcia menatap Roland dengan pandangan dingin. "Kenapa kamu tiba-tiba ingin menemuiku? Asosiasi Bela Diri tidak akan membantumu untuk melakukan sesuatu yang ilegal."     

Roland bertanya-tanya mengapa Garcia selalu bersikap begitu waspada. Roland baru saja kembali dari kantor pusat Asosiasi Bela Diri kemarin dan ia tidak melakukan sesuatu yang ilegal. Apakah ada yang lebih ilegal daripada lisensi berburu?     

Roland ragu-ragu sebentar sebelum ia menjawab pertanyaan Garcia. "Aku ingin bertemu dengan atasanmu. Bisakah kamu membuatkan janji temu untukku?"     

"Hah?" untuk sejenak Garcia tidak bisa memahami ucapan Roland.     

"Atasanmu … Nona Lan." Roland buru-buru menjelaskan. "Aku merasa menyesal telah meragukannya saat terakhir kali, jadi aku ingin meminta maaf kepada Nona Lan secara pribadi."     

Garcia mengamati Roland dengan penasaran seolah-olah dia orang asing baginya. Lalu Garcia mengibaskan tangannya dan berkata, "Benarkah? Sekarang kamu tahu betapa pentingnya persetujuan dari atasanku sebagai referensi. Lupakan saja. Nona Lan tidak akan mau bertemu denganmu lagi."     

"Mungkin Nona Lan tidak membenciku seperti yang kamu bayangkan." sahut Roland.     

"Apakah kamu ingin mengatakan bahwa Nona Lan bersikap baik padamu pada saat orientasi?" sembur Garcia, "Sadarlah. Kamu telah melewatkan kesempatan yang pernah kuberikan padamu. Atasanku tidak akan pernah menyia-nyiakan waktunya untuk orang yang bahkan tidak mematuhi etiket dasar tepat waktu, apalagi untuk bertemu dengan mereka."     

"Meskipun demikian, cobalah untuk bicara dengan Nona Lan terlebih dahulu." Roland bersikeras.     

Garcia tampak menyadari sesuatu. "Kamu … kamu tidak benar-benar ingin meminta maaf pada Nona Lan, bukan?"     

"Jika aku bisa mempelajari beberapa metode pelatihan bela diri dari Nona Lan, itu akan lebih baik." Roland berhasil menjaga agar ekspresinya tetap serius.     

Garcia mengerutkan bibirnya. Garcia hendak mencegah Roland untuk mengejar pemikiran yang tidak realistis itu, tetapi wanita itu pada akhirnya mengambil ponselnya.     

"Ngomong-ngomong, berapa nomor atasanmu …."     

"Kamu tidak akan bisa menghubungi Nona Lan secara langsung. Kamu harus mendapatkan kartu SIM dari asosiasi untuk terhubung ke kantor pusat." Garcia mengisyaratkan Roland untuk tetap diam kemudian ia berbicara kepada orang di ujung telepon, "Halo, ini aku …."     

Kemudian Garcia menutup ponselnya dalam tiga menit.     

"Aku tahu itu."     

"Kamu tahu apa?"     

"Bahwa Nona Lan akan menolak untuk menemuimu! Nona Lan bahkan mencela aku karena berusaha memanggilnya lagi untuk bertemu denganmu." Garcia mendengus. "Nona Lan benar-benar kecewa padamu. Nada suaranya turun setidaknya satu oktaf ketika dia mendengar namamu."     

Roland terkejut dengan hasil yang tidak terduga ini dan ia tidak mengerti apa alasannya. Berdasarkan sikap Nona Lan terhadapnya di orientasi, wanita itu tampaknya tidak terlalu marah padanya karena Roland telah meragukannya saat pertama mereka bertemu. Malah Nona Lan sering memikirkan Roland. Roland merasa bahasa tersembunyi yang digunakan Nona Lan adalah sebuah keterampilan yang sangat baik dalam menerapkan Kekuatan Alam, jadi tidak heran jika Garcia tidak tahu banyak tentang itu. Sekarang Roland bertanya-tanya apakah dia hanya berhalusinasi.     

Awalnya, Roland tidak terlalu bersemangat untuk memecahkan misteri itu. Bahkan setelah Roland memasuki Dunia Impian, dia ragu-ragu, tapi kekalahan kecil barusan membuatnya memutuskan untuk terus menggali misteri itu.     

"Baiklah kalau begitu." Roland menyesap kuahnya sedikit. "Jadi kapan kita bisa mengunjungi markas utama itu lagi?"     

"Setelah kamu bisa mengatasi erosi sendiri dan secara resmi menjadi seorang ahli bela diri. Kamu masih hijau seperti rumput saat ini."     

Roland berpikir persyaratan ini cukup mudah untuk dipenuhi, tetapi dia berhasil untuk tidak mengungkapkan pikirannya di depan Garcia. "Aku sudah lama menantikan hari itu. Ngomong-ngomong, apakah kamu masih ingat pidato pembukaan Nona Lan ketika kita tiba di aula bawah tanah?"     

"Memangnya ada apa dengan pidato itu?" tanya Garcia.     

"Nona Lan menyebutkan soal Pertempuran Besar sudah dekat. Apa artinya itu?" tanya Roland.     

"Yah, soal itu …," jawab Garcia pasrah. "Atasanku sangat menyukai sebuah buku yang ditulis 50 tahun yang lalu, yang berjudul Raison d'être[1]. Nona Lan bahkan merekomendasikan buku itu kepadaku juga. Buku ini mengembangkan beberapa teori tentang bagaimana sebuah peradaban muncul dan berkembang. Penulis menyebut buku ini sebagai pilihan Tuhan. Tuhan ini bukan karakter yang dipersonifikasikan, tetapi sebenarnya aturan, atau lebih tepatnya tujuan untuk kesinambungan dari segalanya. Tapi teori-teori ini terlalu abstrak untuk orang-orang di dunia ini, dan mereka tidak ada hubungannya dengan kita. Karena buku ini hanya beredar di Asosiasi Bela Diri, hanya sedikit orang yang tahu tentang buku itu."     

Jawaban Garcia membuat Roland gelisah. Sudah jelas, buku itu adalah buku yang belum pernah dilihat Roland, itu berarti, buku itu tercipta dari Dunia Mimpi itu sendiri.     

"Bisakah aku melihat buku itu?" tanya Roland.     

"Buku itu ada di kantor pusat. Aku bisa meminjamnya dari perpustakaan bulan depan ketika aku melaporkan hasil pekerjaanku." sahut Garcia sambil melirik Roland dengan penasaran. "Kalau aku ingat."     

Menyadari bahwa Garcia mulai curiga dengan motifnya, Roland melahap mienya dan undur diri.     

Roland menghela napas panjang setelah bangun dari Dunia Mimpi pada hari berikutnya.     

Segala sesuatu di Dunia Mimpi tampak normal ketika tidak terkait dengan Asosiasi Bela Diri, tetapi apa pun yang melibatkan Asosiasi Bela Diri tampaknya tidak jelas.     

Meskipun penyelidikan kali ini tidak berjalan dengan baik, penyelidikan ini tidak sepenuhnya gagal. Satu keberhasilan besar adalah bahwa Penyihir Penghukuman Tuhan, yang telah menunggu begitu lama, sekali lagi bisa mendapatkan berbagai sensasi fisik di Dunia Mimpi. Melihat mereka semua bersenang-senang di Dunia Mimpi, Roland merasa perjalanan itu layak untuk dilakukan.     

Roland baru hendak mengambil keuntungan untuk melakukan beberapa perjalanan lagi ke Dunia Mimpi untuk membuat segalanya bergerak lebih cepat ketika Kilat tiba-tiba terbang ke dalam tendanya bersama seekor elang ekor pendek di lengannya.     

"Yang Mulia, ada surat kilat untuk anda." kata Kilat. "Ini surat rahasia dari Kota Tanpa Musim Dingin."     

Surat ini dikirim langsung dari Wilayah Barat? Itu bukan sebuah perjalanan singkat. Apakah sesuatu terjadi di Kota Tanpa Musim Dingin?     

Untuk menghemat tenaga kurir, surat biasa seperti laporan tentang urusan pemerintahan biasanya dikirim ke kota raja lama melalui jalur perairan dan diteruskan oleh Theo dan orang-orangnya kepada Roland. Elang ekor pendek adalah hewan yang terbesar di antara semua Hewan Pembawa Pesan, dan elang itu memiliki kekuatan terhebat. Hal yang baik tentang menggunakan elang ekor pendek untuk mengirim surat adalah hewan itu berada di puncak rantai makanan dan relatif aman. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa elang ini mengkonsumsi sejumlah besar kekuatan penyihir. Relatif sulit bagi Honey untuk mengendalikan burung yang begitu ganas, karena energi yang diperlukan untuk mengendalikan elang ini tiga kali lipat dari mengendalikan elang berbulu abu-abu.     

Roland membelai Hewan Pembawa Pesan yang pincang itu dan mengambil cincin pengikat dari cakarnya. Roland langsung berdiri terpaku begitu dia membuka surat itu.     

"Pasukan Iblis telah muncul di Tanah Barbar?" Kemunculan mereka terjadi lebih awal dari yang Roland perkirakan!     

[1] Buku yang berarti Alasan Sebuah Keberadaan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.