Bebaskan Penyihir Itu

Penelitian Jarak Dekat



Penelitian Jarak Dekat

0Mendengar berita mengenai tiga sekawan penyihir melawan kedua iblis itu, Roland merasa sangat terkejut.     
0

Roland bergegas menemui Daun, ia bahkan belum bisa menanyai Daun lebih jauh sampai Kilat dan Maggie pulang ke istana. Ketika Roland melangkah keluar dari istana, ia melihat Kilat sedang menyeret dua mayat iblis itu dari punggung Maggie.     

"Yang Mulia, lihat, kami menang!" Melihat Roland datang, gadis kecil itu melompat langsung ke pelukan Roland. "Kami berhasil mengalahkan iblis!"     

"Tidak ada yang terluka?" tanya Roland.     

"Tidak, kami semua baik-baik saja." sahut Kilat sambil mendongakkan kepalanya, matanya berbinar penuh semangat dan ia berharap mendapatkan pujian dari Roland.     

Roland menghela napas. Melihat wajah Kilat yang penuh kegembiraan membuatnya enggan untuk memarahi mereka. Jadi, alih-alih bertanya mengapa tidak ada yang melapor ketika mereka melihat iblis-iblis itu, Roland memutuskan untuk berkata, "Aku senang tidak ada cedera dari kalian bertiga, tetapi ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?"     

Ketiga penyihir itu menjawab secara bersamaan. Roland harus mendengarkan mereka agak lama sebelum ia bisa memahami apa yang telah terjadi.     

Dari cara mereka bertiga menceritakan pertempuran itu, tampaknya pertarungan itu berjalan cukup mudah dan berakhir dengan cepat. Namun, ada banyak momen dari cerita mereka yang bisa berakhir menjadi sebuah bencana. Jika Maggie tidak mampu menahan dampak dari serangan panah listrik iblis itu, atau jika iblis itu mampu melepaskan diri dari jeratan tanaman rambat Daun, konsekuensinya pasti akan sangat fatal.     

"Jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi." Nightingale tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memarahi mereka. Nightingale melangkah keluar dari Kabut dan berkata, "Serahkan urusan bertempur dengan iblis itu kepada kami. Dengan bantuan Sylvie, iblis itu pasti tidak akan lolos."     

"Tetapi kami berhasil menang melawan iblis-iblis itu," sahut Kilat sambil cemberut.     

"Aku menyebut kemenangan kalian sebagai keberuntungan pemula. Sebelum bertarung, apa kamu tahu Maggie akan terkena serangan itu?" Nightingale menjawab dengan tegas, "Aku mengajarimu untuk menggunakan pistol agar kamu bisa melindungi saudari-saudarimu dan dirimu sendiri. Namun, kamu malah menyeret mereka berdua ke dalam bahaya!"     

"Bukan begitu …" Kilat menundukkan kepalanya dengan menyesal dan berkata, "Aku memang salah."     

"Dan kamu," Nightingale menoleh kepada Maggie, "Kamu tahu kamu wajib terbang kembali untuk melapor tetapi kamu malah memilih untuk tetap tinggal di sana? Jika kamu membuat kesalahan seperti ini lagi, aku tidak akan memberimu dendeng ikan lagi!"     

"Ukhh …" kepala Maggie langsung terkulai ke bawah.     

"Nightingale jelas seorang penyihir paling tangguh di Kota Perbatasan," pikir Roland sambil melirik ke arah Nightingale. Lalu Roland berkata, "Yah, asal jangan sampai terulang lagi seperti ini. Pergilah dan panggil Tilly dan Agatha ke sini. Sudah waktunya kita memeriksa trofi[1] baru kita."     

…     

Di ruang bawah tanah istana, di lantai batu yang dingin terbaring dua mayat iblis yang telanjang, pakaian lusuh dan barang-barang mereka ditumpuk di samping mayat-mayat itu.     

"Apakah mereka iblis itu?" Tilly bertanya sambil menutup hidungnya, dengan harapan ia bisa mengurangi bau busuk yang tercium dari kedua mayat itu.     

"Kelihatannya mereka seperti manusia biasa," kata Ashes sambil mengerucutkan mulutnya.     

Agatha tampak murung. "Jangan meremehkan iblis ini. Iblis jenis apa pun adalah lawan yang tangguh, dengan atau tanpa kekuatan sihir. Pemimpin Iblis atau Penyihir Transenden biasanya akan memakai Batu Pembalasan Tuhan di tangan mereka," kata Agatha sambil mengerutkan keningnya. Agatha menoleh ke arah Roland dan bertanya. "Kedua iblis ini benar-benar muncul di dekat kota?"     

"Kurang lebih begitu, Daun mengatakan kedua iblis ini berada dalam jarak kurang dari tiga kilometer dari tembok kota." sahut Roland mengangguk sambil mengamati mayat iblis yang ada di depannya.     

Tubuh iblis ini cukup tinggi, panjangnya lebih dari dua meter, dan mereka memiliki anggota tubuh yang kuat, dan kulit mereka berwarna biru muda. Salah satu mayat iblis ini tampak hancur parah dan organ-organ tubuhnya dapat terlihat dari bagian dadanya yang hancur. Mayat ini tampak seolah-olah habis tertabrak bulldozer[2]. Sejalan dengan cerita yang disampaikan Kilat, Roland bisa melihat dampak tabrakan besar yang menyebabkan kerusakan tubuh separah ini.     

Tubuh iblis yang satu lagi masih dalam kondisi lebih baik dan satu-satunya kerusakan yang terlihat di tubuh itu adalah dua lubang bekas tembakan pistol. Roland masih bisa melihat darah berwarna biru menetes dari lubang itu. Dari empat tembakan yang dilancarkan Kilat, hanya dua peluru yang mengenai sasaran, untungnya peluru itu mendarat di titik yang berakibat fatal bagi iblis itu.     

Darah berwarna biru ini masih masuk akal karena iblis tidak membutuhkan oksigen seperti manusia, jadi mereka tidak memiliki hemoglobin[3]. Jadi secara teknis darah iblis bisa berwarna apa saja.     

Dan struktur tulang mereka yang besar juga wajar. Struktur tulang yang besar diperlukan untuk menopang tinggi tubuh dan postur yang kuat.     

Yang membingungkan Roland adalah kemiripan bentuk tubuh iblis ini yang sama seperti manusia, hanya saja iblis ini tidak memiliki organ reproduksi.     

"Bagaimana cara mereka … bereproduksi?" Roland bertanya pada Agatha dengan penasaran, "Apakah iblis tidak memiliki perbedaan jenis kelamin?"     

"Setahuku, tidak, mereka tidak bereproduksi," kata Agatha sambil menggelengkan kepalanya. "Itu masih menjadi misteri yang belum terpecahkan bagiku. Tidak ada yang bisa berada cukup dekat dengan menara penghasil Kabut Merah untuk mengetahuinya. Ada spekulasi yang mengatakan bahwa para iblis dilahirkan di dalam menara hitam itu, mereka tercipta oleh Kabut Merah. Namun, Perkumpulan Taquila menolak gagasan yang mengklaim bahwa iblis-iblis itu beregenerasi dan dalam setiap pertempuran mereka akan bertempur dengan iblis yang sama, hanya saja dalam bentuk yang berbeda. Perkumpulan Taquila menyebutnya dengan istilah 'fenomena peningkatan regenerasi'."     

"Fenomena peningkatan regenerasi?" Ashes mengerutkan kening dan bertanya, "apa maksudnya itu?"     

"Beberapa iblis yang pernah terluka parah oleh penyihir kami akan muncul lagi di medan perang. Berdasarkan pola luka mereka, kami dapat mengatakan bahwa mereka adalah iblis-iblis yang telah dikalahkan sebelumnya meskipun kini wujud mereka telah berubah. Ini artinya para Pemimpin Iblis itu tidak dilahirkan tetapi mereka berevolusi melalui pertempuran. Begitu mereka mencapai tingkat kekuatan tertentu, wujud mereka akan berubah." jawab Agatha menjelaskan.     

"Yah … teknologi Batu Ajaib yang mereka miliki saja sudah cukup mengkhawatirkan, dan sekarang musuh tampaknya memiliki kemampuan untuk meningkatkan diri mereka melalui berbagai pertempuran. Tidak heran iblis-iblis ini mampu mengalahkan umat manusia dalam dua Pertempuran Besar sebelumnya." pikir Roland.     

Roland berjongkok untuk melihat pakaian dan barang-barang iblis itu lebih dekat.     

Untungnya, jika dilihat dari barang-barang iblis itu, kelihatannya mereka tidak memiliki sesuatu yang dapat dianggap sebagai barang berteknologi tinggi. Barang-barang mereka sebenarnya bahkan terlihat sedikit ketinggalan zaman. Pakaian mereka terbuat dari campuran kulit binatang dan anyaman primitif yang jelek. Topeng mengerikan yang mereka kenakan adalah tengkorak binatang hibrida iblis, jadi topeng ini jelas bukan produk buatan iblis.     

Bahkan bagian transparan yang tertanam di mata tengkorak itu hanyalah sebuah kristal, yang diwarnai dan diselimuti Kabut Merah. Saat mengenakan topeng tengkorak, para iblis itu bisa melihat segala sesuatu dalam warna merah. Bagaimana mereka bisa bertarung dengan pandangan seperti ini?     

Selain pakaian dan topeng tengkorak, ada satu lusin batu tulis berwarna hitam dan beberapa buah Batu Ajaib.     

"Apakah Perkumpulan Taquila pernah melihat barang-barang iblis semacam ini?" Roland bertanya pada Agatha sambil menjajarkan batu tulis itu secara berdampingan, batu-batu ini mengingatkan Roland akan menara hitam tinggi yang ada di pemukiman iblis. Beberapa dari batu tulis itu telah tergores dengan warna merah, sementara batu-batu lainnya tidak memiliki goresan apa pun.     

"Begitulah cara iblis membuat catatan," jawab Agatha mengangguk, "Dan mereka juga mencatat dengan kekuatan sihir juga, jadi kita sama sekali tidak bisa memecahkan apa kata sandinya."     

"Mungkin cara mereka berpikir berbeda dari kita," kata Tilly.     

"Itu kemungkinan pertama," jawab Roland setuju, "Lalu bagaimana dengan Batu Ajaibnya?"     

"Ini adalah Batu Pemahaman, Batu Pelacak … dan Batu Penanda," jawab Agatha menjawab sambil memperhatikan batu-batu itu, "Tidak ada batu yang berharga. Itu hanya perlengkapan dasar yang dipakai oleh Iblis Pengintai."     

'Iblis Pengintai …' Roland merasa kepalanya mulai pening dan ia bertanya pada Agatha, "Apakah itu artinya iblis-iblis itu sudah menyadari keberadaan kota ini, dan sudah mulai mengutus para pengintai mereka ke kota kita?"     

[1] Tanda mata kemenangan     

[2] Mesin perata jalanan     

[3] Sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.