Bebaskan Penyihir Itu

Panah Cahaya



Panah Cahaya

0Sambil memegang batu ajaib, Tilly mengeluarkan kekuatan sihirnya kemudian ia terbang ke udara untuk mengawasi seluruh dek dari atas.     
0

Setelah serangan pertama yang dilakukan monster laut, para pelaut yang berpengalaman mengambil senjata mereka untuk melawan monster-monster itu sambil terus berusaha mengarahkan kapal ke depan. Meskipun mustahil bagi para pelaut itu untuk mengalahkan monster laut yang begitu banyak, para penyihir yang berada di kapal adalah harapan terbesar mereka.     

Situasinya langsung berbalik ketika Ashes bergabung dalam pertempuran melawan monster laut.     

Ashes memukul mundur monster-monster itu bagai hembusan angin, membuat monster-monster itu berlari mundur ke belakang. Setiap monster yang berani menyerang pedang Ashes akhirnya akan terbelah jadi dua. Tidak lama kemudian, geladak kapal dipenuhi potongan-potongan badan monster laut.     

Andrea, yang tidak mau kalah dari Ashes, mengangkat Busur Panah Ajaibnya. Busur Panah Ajaib itu bisa menggunakan benda apa pun sebagai anak panah, dan bisa melesat secara akurat dengan kecepatan yang luar biasa. Itu sebabnya Andrea jarang membawa anak panah biasa tetapi ia selalu membawa satu kantung berisi kelereng. Binatang iblis yang berada di depan Andrea langsung terkena anak panahnya bahkan sebelum mereka sempat melarikan diri. Kelereng itu keras dan cukup kuat untuk menghantam kepala binatang iblis dan menghancurkan otak mereka.     

Dengan sihir pelindung transparan yang melindungi tubuh mereka dari serangan binatang iblis, Shavi dan Si Angin Sepoi sibuk mondar-mandir di geladak, mereka menyelamatkan para pelaut yang terluka.     

Meskipun Tilly melihat bahwa semua binatang iblis itu akan segera dikalahkan, ia tidak ingin membuat para anak buahnya kecewa.     

Tilly menyadari bahwa kapal itu terguncang dengan keras. Sepertinya ada seekor monster raksasa yang berusaha membalikkan kapal dari bawah air selain monster-monster ikan berkaki kepiting yang menyerbu ke dalam kapal mereka. Tanpa bantuan Pelayan Ajaib milik Molly yang melindungi mereka, beberapa guncangan keras lagi akan menghancurkan kapal ini. Jika itu terjadi, para penyihir bahkan tidak akan mampu melindungi diri mereka sendiri, sedangkan para pelaut kemungkinan besar akan jadi santapan monster-monster laut itu.     

Seperti yang sudah Tilly duga, ketika Ashes membunuh binatang iblis terakhir dengan pedang besarnya, sebuah bayangan raksasa terlihat dari dalam air di depan kapal. Tidak mungkin seekor ikan bisa terlihat sebesar itu. Dalam waktu singkat, bayangan monster laut itu mendekati permukaan laut dan hendak menabrakkan diri ke Kapal Si Cantik.     

"Awas!" teriak Tilly.     

Bayangan raksasa itu menghantam bagian bawah kapal sebelum teriakan Tilly sempat terdengar. Kapal itu terguncang dengan keras dan menyebabkan dua tiang kapal terayun dengan suara mengerikan. Seolah-olah tiang kapal itu bisa ambruk kapan saja. Untungnya, bayangan itu menghentikan serangannya dan menghilang dengan cepat ke dalam air. Tampaknya monster itu bermaksud membalikkan kapal dengan punggungnya sebelum menyantap tubuh para pelaut dan penyihir.     

Tilly mendarat di geladak kemudian ia menyusun strategi bersama orang-orang yang ada di geladak.     

"Kita harus memancing monster sialan itu naik ke permukaan, jika tidak monster itu akan menenggelamkan kapal kita cepat atau lambat." kata Ashes sambil mengerutkan kening.     

"Biar aku coba," kata Shavi, "Aku bisa menahan serangan monster itu dengan kekuatan pelindungku jika monster itu mencoba mendekati kapal kita."     

"Dewa Laut kasihanilah kami." Kapten Jack sedang mengucapkan doa sambil menghapus keringat di keningnya. "Jika monster itu memang berukuran raksasa seperti kata Lady Tilly, serangan biasa tidak akan mempan terhadap monster itu. Bahkan jika kita bisa memancing monster itu naik ke permukaan, bagaimana kita bisa membunuhnya?"     

"Serahkan saja padaku," kata Andrea sambil merapikan rambutnya ke belakang telinganya dan tersenyum penuh percaya diri, "Tidak ada musuh yang cukup kuat yang bisa menahan sepuluh seranganku sekaligus."     

Tidak lama kemudian, bayangan itu muncul kembali. Kali ini monster itu berusaha untuk menyerang dari arah lain, yaitu di bagian ekor kapal.     

Ketika Tilly yang mengawasi dari udara memberi tanda peringatan, Shavi berlari dan melompat keluar dari tepi kapal dengan tali yang melilit di pinggangnya. Ashes memegang ujung tali yang mengikat tubuh Shavi sambil terus mengontrol pergerakan Shavi.     

Untuk bersiap-siap menerima serangan monster yang berikutnya, Shavi langsung menebarkan tembok penghalang transparan dan mulai menyebarkan tembok penghalang itu di sepanjang air yang menggelegak di permukaan laut, seolah-olah air itu terpotong oleh sesuatu yang tidak kasat mata.     

Benturan yang menghantam tembok penghalang Shavi terasa begitu keras sehingga monster raksasa itu langsung diam tidak bergerak. Shavi mendengus dan tangannya langsung terkulai ke bawah, seolah-olah sebagian besar kekuatan sihirnya telah terkuras habis. Shavi melihat ukuran bayangan di bawah air semakin membesar dengan cepat dan permukaan air laut tiba-tiba naik dengan sangat cepat.     

"Tarik Shavi ke atas!!" Tilly menjerit sambil terbang menukik ke bawah.     

Dengan satu tarikan, Ashes berhasil menarik tubuh Shavi kembali ke geladak kapal. Saat itulah monster laut raksasa itu meraung sambil keluar dari air, dan membuat ombak menghantam kapal dengan keras. Jika dilihat sekilas, monster itu tampak seperti perpaduan hiu macan dan gurita dengan beberapa tentakel yang mencuat dari kepalanya yang berbentuk segitiga. Tentakel-tentakel itu langsung menempel ke geladak.     

Benturan keras tadi telah membuat monster itu semakin murka. Para penyihir bisa merasakan kemarahan monster itu hanya dari suara raungannya. Tentakel yang berukuran setebal paha orang dewasa menyapu geladak dan menyebabkan tiang-tiang kapal patah dan berserakkan di geladak, tetapi serangan itu masih bisa terhalang oleh penghalang milik Shavi, dan hampir menghabiskan kekuatan sihirnya.     

"Andrea!" Ashes membungkuk dan melipat jari-jarinya untuk membentuk 'mangkuk' dengan kedua tangannya.     

"Aku datang!" Andrea berlari dan menginjak kedua telapak tangan Ashes dan berkata, "Serahkan saja padaku!"     

Ashes melentingkan tubuh Andrea ke udara dengan cara yang luar biasa. Andrea melengkungkan tubuhnya di udara dan ia telah terbang di atas kepala monster itu dalam sekejap.     

Andrea mengeluarkan Busur Panah Ajaibnya dan menarik tali busurnya. Tiba-tiba, sebuah cahaya bersinar dari busur Andrea. Cahaya itu seperti cahaya matahari yang bersinar menembus awan tebal, membuat air laut berwarna keemasan.     

"Serang!"     

Dengan cahaya yang berkilat-kilat, panah yang terbuat dari kekuatan sihir itu menembus ke dalam monster itu seperti kilat disertai suara guntur. Badan monster berwarna abu-abu itu tiba-tiba menggembung dan tidak lama kemudian retakan berwarna emas menjalar seluruh tubuhnya. Kemudian cahaya bersinar melalui celah-celah retakan itu dan merobek badan monster raksasa itu sampai hancur berkeping-keping.     

Monster yang meledak itu menimbulkan cipratan air ke segala arah. Sementara itu, darah monster yang berwarna hitam pekat mengotori air laut sementara potongan-potongan badan monster itu mulai berjatuhan dari langit. Badan monster yang sudah hancur itu jatuh ke air dan tenggelam ke dasar laut, dan tentakelnya yang awalnya masih menempel di badan kapal, perlahan mulai terlepas dan jatuh terkulai ke dalam air.     

Andrea jatuh ke laut setelah mengalahkan monster itu.     

"Ah … Tolong, tolong! Aku tidak bisa berenang! Siapa yang mau menolongku?"     

Ashes menoleh ke arah Shavi dan ia menghela nafas panjang. "Ada orang bodoh yang suka berpura-pura minta pertolongan." Ashes melepaskan pedang raksasa yang terikat di punggungnya dan melompat ke dalam air lalu berenang ke arah Andrea.     

Tilly merasa lega karena kapal itu tidak lagi terancam tenggelam. Setidaknya sekarang mereka tidak perlu khawatir harus berenang untuk sampai ke Kota Perbatasan.     

Tiba-tiba, Tilly merasakan angin sejuk berhembus di hidungnya. Tilly mendongak dan langsung terpaku.     

Salju mulai turun dari langit yang mendung, tampak seperti peri-peri yang sedang menari-nari di langit.     

"Ini … ini salju?" Si Angin Sepoi menatap kristal-kristal es yang meleleh di telapak tangannya dan bertanya, "Apakah salju turun di musim gugur di Kerajaan Graycastle?"     

"Ha, sudah kubilang hawanya semakin dingin ketika kita berlayar menuju ke barat," kata Jack sambil mengeluarkan pipanya dan menyalakan api, "Dan sepertinya kamu benar-benar berasal dari daerah yang beriklim keras."     

Tilly terdiam dan raut wajahnya tampak serius. Salju biasanya jarang turun bahkan di musim dingin sekali pun bagi Si Angin Sepoi yang berasal dari Kerajaan Fajar - karena musim semi di Kerajaan Fajar berlangsung sepanjang tahun dan juga bagi Jack yang merupakan penduduk asli Fjords. Tetapi salju ini menandakan ada sesuatu yang istimewa di Wilayah Barat Kerajaan Graycastle.     

Guru Tilly pernah mengatakan kepadanya bahwa salju yang turun tanpa henti menandakan datangnya serangan iblis. Salju juga melambangkan Bulan Iblis sudah dimulai. Salju ini tidak akan berhenti turun sampai Bulan Iblis berakhir.     

Meskipun Bulan Iblis tidak pernah berakhir di tanggal yang sama persis setiap tahunnya, Bulan Iblis selalu baru mulai di musim dingin. Mungkinkah binatang-binatang iblis sedang menyerang Kota Perbatasan saat ini? Yang lebih parah lagi, roh-roh air yang dulu menghantui bagian timur Pulau Api sekarang juga sering terlihat di Wilayah Tanah Selatan. Tidak ada yang tahu kapan monster-monster itu akan menyerang kapal-kapal pedagang yang sedang melakukan perjalanan lintas pulau.     

Tilly jadi semakin khawatir.     

Setelah berlayar selama dua hari dalam kondisi salju yang turun lebat, kapal Si Cantik akhirnya melihat garis pantai yang tampak samar dari kejauhan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.