Dewa Obat Tak Tertandingi

Sang Ahli Yang Kesepian Di Tengah Salju



Sang Ahli Yang Kesepian Di Tengah Salju

0"Oh? Siapa dia? Sampai kau memujinya seperti itu?"      
0

Ye Yuan menjadi penasaran setelah mendengar penjelasan Pei Wenqiang. Ye Yuan adalah orang yang biasanya membabat habis lawan-lawannya dari tingkat kekuatan yang sama dengan dirinya. Kalau memang Tanah Suci memiliki petarung yang punya kualitas seperti ini, berarti dia memang sangat kuat.      

"Orang ini sudah termasyhur dan digadang-gadang akan menjadi pemimpin Tanah Suci selanjutnya. Namanya Nalan Chu!" Pei Wenqiang menjawab.      

"Nalan Chu..."     

Ye Yuan mencoba menyimpan nama itu dalam kepalanya. Untuk bisa masuk ke dalam Lembah Cahaya Senja Merah Tua, dia sepertinya harus mengalahkan orang tersebut.      

Kalau perkataan Pei Wenqiang memang benar, berarti pertandingan kali ini akan berjalan dengan sengit. Para petarung tingkat ketujuh Tanpa Ikatan tidak akan bisa bersantai sampai pertandingan selesai. Selain itu, di sini tingkat kekuatan kanuragan bukanlah satu-satunya modal untuk menjadi juara.      

Di mata petarung biasanya, jarak kekuatan petarung di tingkat Ketujuh dan Keenam Tanpa Ikatan itu jauh. Ini karena petarung di tingkat yang lebih rendah tidak memiliki cukup kekuatan untuk membalikkan keadaan.      

Dalam pertandingan ini, para petarung lebih mengutamakan kedalaman pemahaman mereka akan konsep ilmu beladiri. Semakin tinggi ilmu mereka maka kesempatan bagi petarung di tingkat keenam untuk menang akan jauh lebih tinggi.      

Ye Yuan merasa kalau Mu Yun memiliki kekuatan yang tidak jauh berbeda dari lawan-lawan lain di tingkat ketujuh Tanpa Ikatan. Tentu selain dua hal yang disebutkan, masih ada banyak faktor lain yang menjadi penentu kemenangan. Hal ini baru akan kelihatan jika pertarungan sudah berlangsung.      

Pertandingan kali ini diatur dengan peraturan yang sedemikian rupa. Mereka membuat enam arena bertarung untuk mencari pemenang dari setiap arena.      

Siapa pun yang berhasil berdiri gagah di atas arena yang dia pilih maka akan keluar sebagai pemenang yang berhak masuk ke babak final. Cara seperti ini akan membuat persaingan antara petarung semakin sengit. Orang-orang yang menang nantinya merupakan petarung yang memiliki kualifikasi untuk maju ke babak selanjutnya. Ini karena mereka keluar setelah tidak ada orang yang berani untuk menantangnya.      

Salah satu peraturan berbunyi; siapa pun yang berada di bawah panggung arena bisa menantang petarung yang menguasai panggung pertarungan. Kalau yang berdiri menang maka dia akan terus berdiri di sana menunggu tantangan yang datang pada dirinya.      

Kalau sampai gagal, masih ada tiga kali kesempatan untuk mencoba menantang pemilik arena di hari selanjutnya. Kalau setelah menantang tiga kali, mereka masih tetap gagal maka dia harus keluar dari ajang pertandingan.      

Untuk keluar sebagai pemenang salah satu arena, seorang petarung harus menang melewati ratusan pertarungan atau diam karena tidak ada petarung lain yang berani untuk melawannya.      

Tentu yang dimaksud dengan ratusan pertarungan bukan berarti satu orang mengalahkan ratusan orang secara berurutan. Selama si penantang dari bawah panggung mampu mengalahkan si pemenang sebelumnya maka dia yang akan akan menyelesaikan sisa penantang yang naik.      

Peraturan ini membuat semua peserta menjadi tidak bisa bersantai. Pertandingan ini seperti tarik tambang. Pertandingan belum tentu bisa selesai dalam kurun waktu tiga sampai lima hari.      

Ini karena, setiap arena pertarungan hanya boleh menerima 20 penantang setiap harinya.      

Kali ini, pemimpin Kota Ye, Yang Seng maju ke atas mimbar untuk mengatakan kalimat pembuka, sebagai penyemangat semua peserta yang hadir. Dengan ini pertandingan di zona Kota Ye secara resmi dimulai!      

Setelah Yang Seng selesai, tidak ada yang berani untuk naik ke atas panggung. Suasana menjadi terasa aneh.      

Para petarung muda bukanlah petarung yang bodoh. Mereka tahu kalau sampai mereka maju duluan maka mereka yang akan langsung dikirim turun oleh yang lain. Akhirnya, mereka ini hanya bernasib layaknya sebagai umpan meriam saja.      

Tidak ada yang berani naik ke atas ketika tahu mereka bukanlah yang paling kuat.      

"Ye Yuan, bukankah Yang Wenmiao mengatakan kalau kau ini sangat kuat? Kenapa kau tidak mencoba terlebih dahulu? Dengan kekuatan yang kau miliki, aku kira kau akan menang melewati ratusan pertarungan kan?" kata Xiang Hao menghina.      

"Haha, untuk apa buru-buru. Lagian pertandingan ini akan berlangsung selama setengah bulan lamanya," kata Ye Yuan santai.      

Xiang Hao menanggapi tidak suka. "Huh! Kalau memang tidak bisa yang akui saja tidak bisa! Untuk apa kau berpura-pura seperti ini?"      

Ketika Xiang Hao mulai bertingkah menghina seperti ini, ada keributan yang muncul dari keramaian ini. Ternyata ada orang yang berani untuk naik ke atas panggung arena pertarungan.      

"Yang Wenmiao! Dia...Dia ternyata naik duluan!"      

"Ya Dewa! Ini yang namanya percaya diri. selain dia, siapa yang berani naik panggung pertarungan terlebih dahulu!"      

"Aku tidak terkejut kalau Yang Wenmiao menjadi yang pertama naik ke atas panggung. Yang membuatku penasaran adalah siapa yang berani naik ke atas untuk melawannya."     

Semua orang diam. Kalimat yang muncul terakhir kali ini menyinggung hati semua peserta yang hadir. Mereka semua tahu kalau Yang Wenmiao merupakan petarung nomor satu. Kalau sudah seperti ini, siapa pula yang berani naik ke atas untuk melawannya?     

Setelah Yang Wenmiao berada di atas, dia langsung memeluk pedangnya dan berdiri, sedikit menutup matanya. Sementara itu peserta yang lainnya saling bertatap muka. Tidak ada seorang pun yang berani naik ke atas.      

Tepat pada saat ini, ada petarung lain yang terbang menuju panggung lainnya. Dia mengepalkan kedua tangannya kepada semua orang.      

"Aku adalah Li Tian dari Kota Pemandangan Utara. Aku maju ke sini sebagai umpan supaya ada petarung lainnya yang mau memberikan kontribusi yang lebih baik daripada aku. Siapa yang ingin untuk maju ke sini memberikan petunjuk untukku?"      

Apa yang dilakukan oleh Li Tian menarik perhatian petarung lainnya.      

Kekuatannya hanya berada di tingkat Keenam Tanpa Ikatan. Meski begitu tujuannya naik ke arena pertarungan jelas, yakni untuk belajar dari petarung yang lain.      

Sebenarnya, banyak peserta yang merasa kalau mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk menang dalam pertandingan ini. Tujuan mereka datang ke sini sebagian besar hanya untuk bertarung untuk mencoba kekuatan petarung jenius lainnya.      

Para petarung jenius ibarat angsa yang sedang berdiri di antara kerumunan ayam. Jarang sekali ada petarung biasa yang bisa berhadapan dengan petarung jenius. Itulah kenapa pertandingan ini membuka kesempatan hal seperti ini bisa terjadi.      

Ketika Li Tian sudah melakukan aksinya, ada satu petarung yang tergerak untuk maju. Dia terbang dan langsung mendarat, berdiri di hadapan Li Tian.      

Tak lama kemudian, empat panggung pertarungan yang lainya juga mulai diisi. Dengan cara seperti inilah pertarungan dimulai.      

Ye Yuan masih berdiri di bawah menonton para petarung saling adu kekuatan. Dari sini, dia sedikit banyak tahu bagaimana pembagian kekuatan di zona pertarungan Kota Ye.      

Dibandingkan dengan Ye Yuan, kekuatan orang-orang ini sebenarnya masih rendah. Itulah sebabnya Ye Yuan memutuskan untuk diam saja.      

Tak lama kemudian, ada pemantang yang sudah terlihat di salah satu panggung. Li Tian langsung mengalahkan penantangnya dan menjadi pemenang pertama dalam pertarungan.      

Tak lama berselang, ada petarung lain dari bawah panggung yang naik untuk menantang Li Tian. Hasilnya masih sama, Li Tian keluar sebagai pemenang.      

Li Tian yang tidak dikenal oleh banyak orang ternyata bisa menang dua kali berturut-turut.      

Waktu berjalan cepat. Pertarungan di hari pertama segera berakhir. Banyak orang yang merasa kelelahan. Tidak ada petarung ahli yang muncul. Kebanyakan hanyalah petarung dengan kekuatan biasa yang bertarung di sana-sini. Meski ada dari beberapa mereka yang menang beberapa kali namun ini sebenarnya justru menguntungkan pihak lain.      

Di hari pertama, panggung pertarungan yang layak dinanti sebenarnya adalah panggung Yang Wenmiao. Hanya saja, dari pagi hingga matahari terbenam tidak ada seorang pun yang berani menantangnya. Dia tidak melakukan apapun kecuali hanya memeluk pedangnya.      

Memang benar perkataan yang dikatakan kalau sang ahli itu biasanya sendirian di tengah salju. Kelima panggung lainnya menyajikan pertarungan hingga mereka babak belur sementara tempat Yang Wenmiao berdiri begitu sepi. Tidak ada satupun yang bahkan ingin melihatnya.      

Ye Yuan sebenarnya cukup penasaran menunggu apakah ada orang yang berani untuk menantang Yang Wenmiao atau tidak. Menurut peraturan yang berlaku, kalau dalam dua hari tidak ada yang berani menantang, maka peserta ini dinyatakan keluar sebagai pemenang.      

Di hari kedua, puncak pertandingan pun mulai terlihat. Ketika pertandingan dimulai, ada seorang petarung di tingkat Ketujuh Tanpa Ikatan yang melayang maju ke panggung di mana Li Tian berada. Li Tian sebenarnya memiliki kekuatan yang besar karena di hari pertama saja dia mampu mengalahkan 2 orang secara berturut-turut.      

Hanya saja kali ini jarak kekuatan Li Tian dan si penantang terlalu besar. setelah bertahan dari puluhan pertarungan akhirnya Li Tian kalah juga.      

Kemenangan petarung ini memicu dua petarung di tingkat Ketujuh Tanpa Ikatan untuk maju ke depan menantang. Pertarungan di atas panggung pun semakin sengit.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.