Dewa Obat Tak Tertandingi

Pergilah



Pergilah

0Setelah berbincang ringan dengan Ye Yuan, Cahaya Putih menoleh ke arah Rong Xin. Cahaya Putih tersenyum tipis.      
0

"Rong Xin, jangan salahkan aku kalau aku tidak memperingatkanmu. Kau akan berakhir tragis kalau berani melawan Kakak Ye."      

Jantung Rong Xin tiba-tiba berdetak kencang. Dia menemukan kalau semangat, energi qi dan vitalitas Cahaya Putih berubah setelah dia bertemu dengan Ye Yuan.     

Beberapa hari terakhir ini, Rong Xin mengamati kalau, Cahaya Putih terlihat menyembunyikan kegelisahannya meski di luar dia bersikap tenang. Demi kepentingan Macan Putih Aliran Ringan, Cahaya Putih selalu menahan diri. kalau hal seperti ini terjadi sebelum hari ini, tidak mungkin bagi Cahaya Putih berani mengatakan hal seperti ini. Kegelisahannya langsung menghilang begitu dia bertemu dengan Ye Yuan.      

Sekarang ini, dia terlihat begitu bersemangat dan percaya diri. Rong Xin tampak bingung. Kekuatan magis apa yang dimiliki oleh manusia ini sehingga bisa membawa perubahan besar pada Rong Xin.      

Rong Xin sebenarnya sudah sedikit takut melihat kekuatan Ye Yuan barusan. Dibandingkan dengan orang-orang di klan Macan Putih, kekuatan Ye Yuan tidak bisa diremehkan. Padahal, kekuatan Empat Ras Besar Binatang Dewa sebanding jika disejajarkan dengan para petarung besar manusia yang hidup di tanah suci super.      

Kalau sudah seperti ini, seberapa besar gelombang keributan yang bisa dibuat oleh petarung Tanpa Bandingan seperti Ye Yuan?      

Rong Xin tersenyum.      

"Benarkah? Lusa, keputusan para tetua dewan akan keluar. Kalau kau tidak lulus kualifikasi maka aku ingin lihat bagaimana Kakak Ye-mu ini akan mengakhiriku dengan tragis. Hahaha..."     

Rong Xin meninggalkan tempat sambil tertawa, di sisi lain, ekspresi wajah Cahaya Putih menjadi masam.      

Raut wajah Bai Po juga ikut berubah. "Yang Mulia Muda, Apakah yang Rong Xin katakan itu benar? Ini....Apa yang sebenarnya terjadi sini?"      

Cahaya Putih akhirnya mendesah. Dia menjawab pertanyaan Bai Po.      

"Ayo kita kembali ke kediamanku dulu. Di sini bukanlah tempat yang tepat untuk membahas masalah ini."      

Cahaya Putih membawa Ye Yuan dan yang lainnya ke tempat perkemahan Macan Putih Aliran Ringan. Sepanjang perjalanan, kegembiraan Ye Yuan perlahan menghilang.      

Ye Yuan tidak bicara. Di matanya, Cahaya Putih selalu bertindak naif. Dia sama sekali tidak pernah melihat wajah Cahaya Putih begitu kusut. Sepertinya, Macan Putih memang menganggap pemilih Yang Mulia Muda sebagai perkara yang amat penting.     

Ye Yuan merasa trenyuh dengan apa yang dilihat oleh matanya pada diri Cahaya Putih hari ini. Macan putih kecil yang dulu masih merengek padanya kini memang sudah tumbuh dewasa.      

"Apakah yang datang ini Yang Mulia Muda? Oh tunggu, masih ada waktu dua hari sebelum gelar itu benar-benar resmi menjadi miliknya. Apa pun itu, Klan Macan Putih Aliran Ringan akan kalah dalam pemilihan. Jadi kita harus berterima kasih pada Yang Mulia Muda Cahaya Putih, selagi kita masih memiliki waktu."      

Ketika rombongan kecil Ye Yuan sampai di perkemahan klan Macan Putih Aliran Ringan, sebuah suara bernada sarkas menyambut mereka.      

Seorang anak muda berpakaian serba putih keluar dari sudut. Dia melihat ke arah Cahaya Putih dengan tatapan permusuhan."      

Wajah Bai Po berubah menjadi masam.     

"Bai Hui, jangan berbicara seperti itu. Memang apa untungnya buat kamu kalau Yang Mulia Muda Cahaya Putih tidak lulus kualifikasi. Tanpa adanya Yang Mulia Muda, maka orang-orang dari Macan Putih Petarung Penindas dan Api Lembayung tidak akan menoleh pada kita."      

Raut wajah Bai Hui pun bisa langsung berubah. Dia menjawab sambil mendengus kasar.      

"Memang kenapa? Setidaknya, aku tidak menjadi bahan tertawaan di seluruh perkemahan klan Macan Putih. Kalau sampai nanti aku kalah sekalipun aku akan mengaku kalah."     

Bai Pao hampir saja tersedak mendengar kalimat yang diucapkan oleh Bai Hui. Memang benar, kalau sampai Cahaya Putih kalah maka dia akan menjadi bahan tertawa semua orang yang ada di klan Macan Putih.      

Di samping, Ye Yuan santai saja mendapati situasi seperti ini. Kemunculan Cahaya Putih mungkin sudah merenggut kesempatan anak muda ini menjadi Yang Mulia Muda.      

"Kakak Ye, ayo kita pergi."      

Cahaya Putih tidak tertarik untuk berdebat dengan Bai Hui.      

Ye Yuan tersenyum. "Namamu Bai Hui kan? Kau juga tidak bisa menerima kekalahan mu dengan baik, tapi kepercayaan dirimu ini sungguh mencengangkan. Tidak mengherankan jika Klan Macan Putih Aliran Ringan mengalami masa kemunduran sekarang ini. Kalau pemudanya juga mundur seperti ini. Maka sudah otomatis kalau keadaan klan ini juga ikut mundur, kan?"     

Kalimat Ye Yuan membuat muka Bai Hui menjadi merah padam. Bai Po juga melihat kalau pemuda di depannya ini begitu malu.      

Apa yang dikatakan Ye Yuan memang benar. Memang banyak orang di klan ini yang berpikiran sama dengan Bai Hui. Kalau Cahaya Putih tidak muncul maka semua orang juga akan melakukan hal yang sama dengan Bai Hui.      

"Kau, dasar manusia kecil! Memang apa yang kau tahu tentang kami?! Kekuatan klan Api Lembayung dan Petarung Penindas tidak akan bisa kau bayangkan." Bai Hui berteriak dengan suara kencangnya.      

Ye Yuan tersenyum lagi.      

"Jadi, kau pikir kalau kau ini sudah sangat berani kalau kau datang ke sana bertanding dengan mereka untuk menjadi Yang Mulia Muda, kan?"      

"Aku ...Aku tidak.."     

Bai Hui ingin membantah kalimat Ye Yuan namun tidak bisa.      

"Apanya yang tidak? Aku bertemu dengan Rong Xin ketika akan masuk ke wilayah totem ini. Dibandingkan dengannya, kau ini masih jauh. Bukan hanya soal kekuatan kanuragan, toleransi dan pikiranmu jauh dibandingkan dengannya. kalau sampai kau yang maju bertanding mewakili klan Aliran Ringan, kau hanya akan mempermalukan klan ini saja."      

Ye Yuan seolah telah telah menjatuhkan wajah Bai Hui ke atas tanah berkali-kali dan bahkan mungkin dia sudah menginjaknya. Sekarang ini, Cahaya Putih mungkin sangat kesulitan hidup di tengah-tengah klan Macan Putih Aliran Ringan. Dia yakin kalau Bai Hui senang mempermalukan Cahaya Putih.      

Ye Yuan tentu tidak akan membiarkan Bai Hui bertindak sesuka hatinya karena telah berbuat jahat pada Cahaya Putih.      

"Kau...Kau..." Bai Hui amat marah hingga mukanya berubah menjadi merah padam.      

"Apa? Berhenti mempermalukan dirimu di sini. Asal kau tahu, aku pastikan Cahaya Putih punya kualifikasi untuk menjadi Yang Mulia Muda. Dan dia pasti akan mendapatkannya. Dan kau, menyingkirlah dari sini! Ayo kita pergi!" kata Ye Yuan dengan nada dingin.      

"Keputusan pada tetua di dewan akan keluar dalam waktu dua hari. Aku ingin lihat apakah kesombonganmu itu masih menjulang setinggi langit atau tidak."      

Bai Hui masih berteriak dari belakang namun Ye Yuan tidak memperdulikannya.      

Ketika dia sampai dia ruang tengah, Cahaya Putih tiba-tiba tersenyum kecut.      

"Aku sudah membuatmu malu, Kakak Ye."      

Plak!      

Ye Yaun tiba-tiba memukul belakang kepala Cahaya Putih. Dia membentak sambil tersenyum.      

"Dasar sial! Apa yang kau katakan? Apa kau ini adalah macan kecil yang tidak tahu takut yang dulu aku kenal?"      

Bai Po tercengang ketakutan mendapati kejadian ini di hadapan matanya. Dia langsung merasakan ada udara dingin yang berhembus di belakang kepalanya.      

Meski Cahaya Putih belum lama tinggal di tengah-tengah klan Macan Putih, dia sudah memiliki aura seorang pemimpin dengan banyaknya metode bertarung yang dia gunakan dan aura kekuatan yang dia pancarkan.      

Mungkin tidak akan ada yang meragukan kekuatannya kalau dia tidak dikeluarkan dari pemilihan Yang Mulia Muda karena dianggap tidak punya kualifikasi.      

Anehnya, Ye Yuan justru memperlakukan Cahaya Putih seperti anak kecil dengan langsung memukulnya. Dan Yang Mulai Muda Cahaya Putih diam saja tidak melawan.      

Hal ini tentu membuat mata Bai Po membelalak lebar.      

"Hehe...si Putih, bagaimana kau mengatakan hal seperti ini kalau hubunganmu dan Kakak Ye ini begitu dekat. Bukankah kau ini masih menganggap kami sebagai orang asing dengan bersikap seperti itu? Jangan cemas. Dengan adanya Kakak Ye di sini maka posisi Yang Mulia Muda tidak akan lari ke mana-mana!" Yue Mengli yang sedari tadi diam kini ikut tertawa melihat perlakuan Ye Yuan pada Cahaya Putih.      

Cahaya Putih sepertinya kembali sadar setelah ditempeleng Ye Yuan. Dia terlihat sedikit malu ketika dia menanggapi kalimat Li dengan suara tawa.      

"Haha, selama tidak ada Kakak Ye di sini, aku marasa sedikit ketakutan. Tekanan yang aku rasakan beberapa hari ini terlalu kuat. Kakak Li, kau memanggil Kakak Ye dengan panggilan yang terdengar begitu akrab. Apakah aku harus memanggilmu Kakak Ipar mulai dari sekarang?"      

Wajah Yue Mengli berubah menjadi merah mendengar kalimat godaan Cahaya Putih.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.